🐼RIZWAN 🐼

91 8 0
                                    


Sebelumnya......

Rizwan diam-diam meremas dadanya yang berasa sakit.

Ketua teras, Lagi asyik-asyiknya mengomeli Rizwan tanpa henti selama 1 jam, tiba-tiba......

“Brukkkkkk!!!”

Ketua teras: Hah!, Rizwan!
.
.

############################

Rizwan diam-diam meremas dadanya yang berasa sangat sakit,
Nafasnya memburu.

“Brukkkkk!!!” Rizwan terjatuh dari atas katil dan berguling di lantai.

Ketua teras apalagi....terkejutlah, Djin yang pertama kali sedar dari keterkejutan, langsung menghampiri tubuh anak saudaranya yang tergolek tak berdaya di lantai.

Djin menampar pelan pipi Rizwan, tidak ada reaksi, dan membuatnya panik.

Dengan tergesa-gesa djin mengangkat tubuh kecil Rizwan dan menempatkannya di atas katil lalu meminta dayang untuk memeriksa Rizwan

******************************
              🐼🐼🐼🐼🐼🐼

Skippppp~~

bilik pemerhati

Djin dan Dayang berdiri bersisian menghadap kaca tembus pandang

Mereka memperhatikan seorang anak berusia 6 tahun yang sedang berlatih menembak di bilik simulasi, bersama seorang ketua teras Neuro, Ejen Zain.

Djin: tidak terasa sudah satu tahun Rizwan bergabung dengan M.A.T.A, dan sudah 3 bulan ia memulai pelatihan Ejen di bawah bimbingan kita

Ucap djin dengan tangan dilipat didepan dadanya

Dayang menganggukkan kepalanya setuju'

Dayang: hm...Dan selama pelatihan ini, kemampuan bela diri Rizwan meningkat dan itu cukup untuk mempertahankan dirinya sendiri

Djin: tapi....

Atensi dayang yang sedari tadi tertumpu pada Rizwan yang berlatih di arena,pun melirik kearah lelaki disampingnya

Ia dapat melihat ada sesuatu yang ingin djin sampaikan, tapi Djin terlihat ragu-ragu

Dayang: tapi?,tapi apa, Djin?

Djin balas menatap wajah Dayang, lalu menghela nafas berat

Djin: Rizwan, ia adalah anaknya mizn dan ia adalah satu-satunya pewaris yang masih hidup dan terselamatkan dari tragedi malam itu

Kali ini, atensi dayang benar-benar sepenuhnya tertumpu pada Djin, ia agak penasaran dengan untaian kata yang akan lelaki itu lanjutkan, atau lebih tepatnya ia, harap-harap cemas.

Djin: aku rasa sudah tiba saatnya, Rizwan memasuki kehidupan persekolahan *sambung Djin*

Dayang tersentak mendengar ucapan lelaki itu

Dayang: Djin.... Saya rasa, Rizwan tidak perlukan sekolah umum, sebab pembelajaran yang tersedia di M.A.T.A sudah cukup untuk menjamin masa depan Rizwan, lagipula...akan sangat berbahaya membiarkan Rizwan berkeliaran sendiri di luaran sana.

Djin tersenyum lembut kearah perempuan disampingnya

Djin: hurmm....betol~, pembelajaran disini memang memadai untuk Rizwan, tapi, apa gunanya pandai dalam semua pelajaran, kalau dia tidak pandai dalam berinteraksi dengan orang lain

Djin menghela nafas pelan, sebelum kembali melanjutkan perkataannya

Djin: bagaimana pun, di masa depan, Rizwan akan meneruskan perusahaan yang sudah susah payah dibangun oleh ayahnya, oleh sebab itu, Rizwan perlukan sekolah orang awam untuk mengajarkannya cara berinteraksi dan bersosialisasi

Ucap Djin tegas, yang pertanda ia tidak mau dibantah

Dayang mengeluh pelan

Dayang: huh.... sepertinya tentang hal tadi, lebih baik kita bicarakan nanti, saat kita mengadakan rapat selanjutnya

Djin mendengar ucapan Dayang hanya membalas dengan anggukan kepala

Dan perhatian mereka berdua kembali pada Rizwan yang saat ini kembali bangun setelah usai istirahat sejenak dan mulai berlatih lagi

Dan kali ini dengan ketua teras kombat, Ejen Ganz.
.
.
.
.
.
.
.
.

****

Zain, Ganz, Djin, Dan Dayang baru saja keluar dari ruangan rapat

Mereka berjalan beriringan menuju kafetaria M.A.T.A

Setelah sampai mereka menuju ke bangku dan meja, yang tersedia 4 bangku dengan meja berbentuk bulat, dan mereka menempati tempat itu

Seorang pelayan kafetaria yang merangkap sebagai salah seorang Ejen Inviso, pun mendekati meja para ketua teras

Pelayan itu pergi dari hadapan mereka berempat untuk menyiapkan pesanan

Cukup lama mereka melakukan pekerjaan sendiri tanpa ada yang memulai pembicaraan

Setelah itu,Keempat ketua teras saling memandang satu sama lain

Zain: Dimana kau akan menyekolahkan Rizwan, Djin?

Djin menggerakkan tangan kanannya untuk meraih secangkir kopi dihadapannya

Hidungnya menghirup aromanya yang khas lalu menyeruput secangkir kopi moca pesanannya yang baru saja datang

Djin: tidak jauh dari lokasi jalur rahasia

Jawab Djin singkat, padat, dan jelas!

Zain: sekolah TK yang berdekatan dengan sekolah rendah technologi itu,kah?

Djin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban

Ganz: hurmm.... kebetulan sekali, adikku Hanz, ia bersekolah di sekolah rendah technologi itu, mungkin dia juga bisa ikut mengawasi Rizwan.

Datang:Hanz?, Hanz yang menjadi salah seorang Ejen muda Tecno itu, ya?

Ganz: ya!, Benar, benar sekali!

Zain: tapi, aku rasa itu belum cukup untuk menjamin Rizwan selamat

Dayang: tenang Zain, di sekolah TK itu ada Ejen Mei yang bekerja menjadi guru di sekolah TK di sana

Mereka berempat pun mengangguk dan mereka sudah memutuskan untuk membiarkan Rizwan bersekolah

Dayang: baiklah masalah ini sudah selesai dan___

Ganz: waktunya makan!!!!, Ayo,ayo,ayo!

Ucap ganz menyela ucapan dayang, membuat dayang mengepalkan tangannya kesal!
.
.
.
.
.
.
Disalah satu tempat duduk di kafetaria yang berada di pojok dan jauh dari kerumunan para Ejen yang berada di kafetaria ini, seorang anak yang baru menginjak usia 6 tahun,duduk sendirian sambil menyantap hidangan yang ia pesan

Raut wajahnya muram, tampaknya ia tidak suka dengan arah pembicaraan para ketua teras

Eh?!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bagaimana ia tahu apa yang dibicarakan oleh ketua teras, sedangkan ia saja duduk di pojokan kafe dan ketua teras duduk di bangku meja dekat kasir.

He, mudah saja😎, ia baru saja menciptakan chip perekam suara dengan bantuan Professor Akram

Dan ia meletakkannya di belakang kerah suit Ejen dayang, ia jamin Ejen dayang tidak menyadarinya
.
.
.
.





Maaf lambat update, sebelum-sebelumnya aku gak punya ide apapun yang dapat aku luahkan ke cerita ini....

Nah berhubung udah lama gak update, maka aku langsung update sekaligus 2 chapter

Nanti lagi...

EJEN ALI (Separate Twins) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang