Sixty Three - 63

456 26 0
                                    

Angkasa dan Nagata kini berada di mobil. Nagata hanya terdiam dan menatap jendela, dirinya enggan sekali melakukan apapun kali ini. Sedangkan Angkasa terus menggenggam tangan Nagata, sampai akhirnya mereka sampai si suatu tempat yang asing bagi Nagata.

Angkasa tersenyum menatap Nagata "Turun yuk.."

"Ini dimana?" Tanya Nagata menoleh menatap Angkasa

"Kamu bakal tau ini dimana," Jawab Angkasa lalu turun, dirinya membuka pintu Nagata dan membantu Nagata untuk turun.

Nagata memeluk lengan Angkasa dan berjalan pelan mengikuti Angkasa,

Tangan Angkasa membuka gerbang dan sudah terdapat satpam di sana yang menjaga tempat itu.

"Selamat sore tuan" Ucap Satpam itu dengan hormat

Angkasa mengangguk untul membalas sapaan dari satpam itu, dan segera masuk ke dalam rumah yang lumayan besar, dengan 2 lantai dan semua serba warna putih emas, terlihat elegant, seperti rumah mewah.

"Ini rumah siapa?" Tanya Nagata menatap Angkasa

Angkasa tersenyum "rumah kita."

Nagat terkejut dan menghentikan langkahnya "ru..ru..rumahh kita?"

Angkasa mengangguk dan menarik tangan Nagata perlahan "iya rumah kita, aku siapin ini udah lama. Memang awalnya mau aku jual, karena aku juga gak perlu rumah sebesar ini."

Nagata berjalan kembali perlahan mengikuti Angkasa yang berjalan masuk ke dalam rumah itu.

"Terus, kenapa gak kamu jual?" Tanya Nagata

"Aku sadar waktu papi suruh aku untuk tanggung jawab sama hidup kamu, di situ aku tau maksud papi, maka dari itu aku pertahanin rumah ini" Ucap Angkasa membawa Nagata mengelilingi rumah tersebut.

Nagata hanya terdiam, Angkasa sangat serius dengan dirinya.

"Rumah ini lagi proses penambahan perabotan, setelah anak kita lahir, nanti kita bisa pindah ke sini. Aku juga udah siapin kamar untuk anak kita." Ucap Angkasa kembali

"Sa.." cicit Nagata pelan

"Kamar nya ada 4, ada kamar utama dan juga 2 untuk kamar anak kita. Sisa kamarnya, kamar tamu. Mau kesana?" Tanya Angkasa

Nagata menahan tangan Angkasa, saat Angkasa mengajak dirinya untuk naik ke tangga.

"Kenapa? Hmm?" Tanya Angkasa menatap Nagata

Nagata menatap Angkasa "Angkasa.."

"Kenapa sayang?" Tanya Angkasa sedikit bingung dan mengelus kepala Nagata

Nagata mengeluarkan air matanya "Kamu kenapa siapin ini semua? Bahkan aku gak pantes untuk nikah sama kamu sa,"

Angkasa tersenyum, lalu mengelap air mata Angkasa "Kamu pantes untuk nikah sama aku, justru aku yang gak pantes. Aku sering banget nyakitin kamu, tapi kamu gak pernah benci sama aku sedikitpun"

Nagata menggelengkan kepalanya "Angkasa..."

Angkasa lalu menarik tubuh Nagata perlahan di dalam pelukannya dan mengusap punggung Nagata "Udah ya, jangan ngomong kaya gitu? kaamu tetep jadi satu - satunya perempuan yang aku jadiin masa depan aku."

Nagata memeluk Angkasa dan menangis pelan, sedangkan Angkasa menenangkan Nagata "Udah dong, kalau nangis terus, bayi kita nanti ikutan nangis"

Nagata melepas pelukannya dan mengelap air matanya sendiri "Aku udah gak nangis.."

Angkasa tersenyum dan mencium kening Nagata singkat "Gitu dong, kan jadi cantik banget, sekarang kita liat kamar anak kita ya?"

Nagata mengangguk, lalu Angkasa mengenggam tangan Nagata untuk menaiki tangga dan memasuki kamar 1 "Belum isi apa - apa, cuma baru cat aja, karena aku gak tau anak di perut kamu itu perempuan atau laki - laki, jadi kamar ini aku kasi warna biru putih, kalau kamar satunya pink putih"

In Love - Story of AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang