Twenty Seventh - 27

715 32 0
                                    

Seperti biasa Nagata akan terbangun terlebih dahulu dan membiarkan Angkasa tertidur. Nagata segera keluar kamar dan betapa terkejutnya dirinya melihat mamanya sudah terduduk di sofa dengan pandangan lurus ke depan seperti menahan sebuah amarah.

"Ma..." Ucap Nagata menghampiri mamanya

Mamanya menghela nafas dan menatap Nagata dengan tatapan mengintimidasi "selama mama pergi. Bagus ya kamu sama Angkasa seperti itu?"

Nagata menggenggam tangan mamanya "ini gak seperti yang mama pikirin. Kami berdua ga ngapain - ngapain"

Hani terkekeh licik dan menghempaskan tangan Nagata dengan kasar "Harusnya kamu bersyukur saya masih mau rawat kamu!"

"Maksud mama?" Tanya Nagata yang bingung

"Saya jual kamu ke Keluarga Winata! Kamu bukan anak kandung saya! Saya pikir kamu beda dengan mama kandung kamu. Ternyata sama aja, J*lang teteplah J*lang." Ucap Hani dengan kasar

Nagata mendengar perkataan itu lagi, dirinya kini terdiam.

"Kamu butuh penjelasan saya bukan? Dari awal keluarga Winata memang ingin kamu jadi menantu mereka. Karena hubungan Papi Angkasa dengan Mama kandung kamu yang gak jelas itu. Saya serahin kamu dengan syarat mereka membayar hutang semua papa br*ngsek mu itu dan memberikan beberapa toko butik yang menjadi mimpi saya sedari dulu." Ucap Hani kembali

"Awalnya saya ingin menebus kesalahan saya dengan kamu, karena kamu tumbuh menjadi anak baik. Saya berusaha cari duit untuk mengganti semua uang yang keluarga Winata berikan ke kamu. Tapi nyatanya kamu sama aja kaya mama kamu J*LANG!. Jadi saya sekarang gak perlu capek - capek banting tulang. Sekarang saya lepasin kamu! Saya sudah tidak peduli sama kamu! Rumah ini atas nama kamu! Keluarga Winata yang memberikannya. Papa br*ngsek mu juga sudah membuang kamu." Ucap Hani dengan berdiri

Nagata menahan dan menggenggam tangan Hani "ma, aku tau aku salah. Tapi jangan buang aku. Aku udah gak punya siapa - siapa. Aku minta maaf ma. Mama pasti bohong kan? Aku anak kandung mama, aku bukan anak angkat mama kan?"

Hani menghela nafas kesal dan menghempaskan tangan Nagata dengan kasar "masih gak sadar diri juga ya kamu?! Sejak kapan saya pernah berbohong! Dari awal saya sudah bilang kan untuk mempertahankan beasiswa itu! Itu sengaja saya lakukan untuk menutupi dana yang mengalir dari keluarga Winata untuk kamu. Sekarang saya sudah tidak peduli dengan kamu, Kamu juga sudah saya coret dari KK, kamu bisa buat KK kamu sendiri. Mulai detik ini kamu tidak ada hubungan dengan saya. Paham?"

Nagata hanya terdiam dan menangis.

Hani merogoh tas nya dan memberikan kartu ATM dan tabungan atas nama Nagata Lavina "Ini uang kamu yang saya simpan dari keluarga Winata, walaupun saya yang pakai. Ini sisanya. Kamu hanya bisa bertahan hidup pakai uang itu. Kalau kamu butuh uang, kamu bisa kerja dimanapun termasuk jual diri kaya mama kamu"

Nagata hanya terdiam dan menangis mendengar semua perkataan mamanya yang dirinya pikir sayang dengan dirinya walaupun mamanya lebih sering meninggalkannya. Namun, benar adanya bahwa dari awal dirinya memang perempuan j*lang, padahal dirinya tidak jual diri sama sekali.

Hani melempar ATM beserta bukunya di depan wajah Nagata "Nyesal saya bisa Rawat kamu dan sayang kamu! Ternyata waktu saya terbuang habis merawat perempuan j*lang seperti kamu"

Nagata masih terdiam di posisi terduduk dan shock dengan apa yang di dengarnya. Sedangkan Hani segera pergi meninggalkan rumah itu dengan mobilnya.

Angkasa sedari tadi mendengar semua pembicaraan itu dari balik pintu. Kini Nagata tau kebenarannya hampir semua. Walaupun masih ada hal yang perlu dijelaskan, tapi kini Nagata mengetahui hampir seluruh alasannya.

Angkasa membuka pintu kamar Nagata dan melihat Nagata yang masih terdiam dan menangis pelan.

Nagata langsung mengelap air matanya saat dirinya sadar bahwa ada orang yang memperhatikannya.

"Udah bangun?" Tanya Nagata

"Udah," Jawab Angkasa

"Mmm sa, boleh gak kalau kamu pulang sekarang? Aku hari ini gak sekolah, aku rada ga enak badan" Ucap Nagata menatap Angkasa

Angkasa hanya terdiam menatap Nagata.

Nagata segera berdiri menghampiri Angkasa "pulang ya? Kamu siap - siap sekolah. Aku mau istirahat, nanti sore kita ketemu di bandara antar Nathan, kalau kamu mau. Kamu jadi kan bawa aku ketemu mami kamu?"

Angkasa mengelus kepala Nagata "Mmm jadi na."

Nagata mengangguk "ya udah hati - hati di jalan, aku masuk kamar dulu. Maaf gak bisa antar kamu ke depan"

Sebelum Angkasa menjawab, Nagata langsung masuk ke dalam kamar. Karena Nagata tau bahwa Angkasa punya kunci cadangan, Nagata memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya.

Nagata terdiam sejenak dengan mencerna semua yang terjadi saat ini.
Jadi sekarang dirinya tau kenapa dari awal Angkasa membenci dirinya, bahkan menyebut dirinya J*lang di saat dirinya pun tidak tau apapun.

'J*lang, J*lang, J*lang, J*lang' Pikiran yang muncul terus memenuhi otaknya. Tapi dirinya akan berusaha untuk tidak terlalu bersedih, karena dirinya akan berusaha menerima bahwa dirinya memang J*lang bagi orang lain.

Nagata segera menyalakan shower untuk mandi dan menutupi segala tangisannya yang pecah agar tidak terlalu terdengar.

Sedangkan Angkasa menghela nafas berat meninggalkan rumah Nagata untuk memberikan Nagata jeda waktu. Angkasa pulang ke rumahnya untuk berbicara serius dengan papinya sendiri.

xxx

Angkasa segera memarkirkan mobilnya dan segera masuk untuk duduk di sofa di hadapan papinya.

"Kenapa?" Ucap Winata sambil membaca koran

Angkasa menghela nafas berat "Nagata udah hampir tau seluruh ceritanya"

Winata terkejut lalu menutup korannya "Terlalu cepat bagi Nagata untuk tau ceritanya"

"Perempuan Br*ngsek itu yang kasi tau semua dengan hina - hina Nagata dan Mama kandungnya" Ucap Angkasa kesal

Winata tersenyum "sekarang kamu mau gimana? Kamu sudah cinta sama Nagata?"

"Belum, aku belum cinta sama Nagata. Pi, aku mau buat perempuan itu hancur, perempuan yang berani ngelukai hati Nagata dan mama Kandungnya" Ucap Angkasa dengan

Winata menahan tawa gelinya "kamu mau papi gimana? Anak buah kamu kan juga banyak, koneksi kamu juga banyak seperti papi. Sepertinya papi gak perlu ambil tindakan bukan? Sama hal nya seperti apa yang kamu lakukan ke Nathan dengan mengusirnya langsung ke Bali tanpa papi tahu"

"Kalau aku sampai b*nuh perempuan itu, gak masalah kan?" Tanya Angkasa dengan dingin

"Terserah kamu, asal kamu bisa membersihkan segalanya dengan baik. Jangan bawa keluarga Winata kalau kamu ingin membuat kriminal." Ucap Winata yang membaca korannya kembali

"Aku gak akan b*nuh secara fisik" Ucap Angkasa dingin lalu masuk ke dalam kamarnya

Winata yang mendengar itu seketika merinding mendengarnya. Kenapa anaknya seperti dirinya, tapi Winata tau Angkasa akan berubah berbeda dari dirinya karena ada Nagata yang akan merubahnya.

Nagata lebih berani untuk menentang Angkasa dan membuat Angkasa menjadi laki - laki yang jauh lebih baik dari Winata. Karena Winata tau, Nagata sama seperti Mama kandungnya yaitu Nara Lavina Sugiarto.

In Love - Story of AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang