Dongeng Pasien RSJ

8 1 0
                                    

Pak kancil naik di kursi kota,
Aku kini telah menderita.
Habis sudah semua harta,
Bungapun habis tiada tara,
Api membakar tanpa sisa.

Pak kancil bermain bergembira,
Aku gila karena membeli suara.
Tentunya agenda kampanye butuh harta,
Tujuan pesta demokrasiku penuh dusta.
Jangan hanya bermain catur saja.

Pak kancil cerdas, pemilih kini buta.
Aku pun tenggelam di sebuah pola,
Rencana politik uang menjadi idola.
Persiapan tatanan yang perlu dicela,
Mengangkat isu ketukan palu MK.

Bersiaplah menari seperti boneka,
Berkunjung, mendesak dan analisa.
Menciptakan legislator tak berpancasila,
Menghasilkan topeng berupa serigala.
Berlandaskan baik dan bernegara,

Pak kancil matanya merah di gelora.
Jelas sudah mencari simpati rasa,
Dakwah sejarah dan aspirasi massa.
Semuanya pun berdangsa,
Bukannya berbangsa.

Tapi puja-puji devisa,
Sungguh berdosa.
Saya pun merasa,
Gila sungguh tak ada rasa.
Mati dengan kehilangan visa,

Anak ku, janganlah bersedih.
Kini, semuanya terlihat pedih,
Dimana hasil sudah berbeda.
Ayah tak terima kenyataan yang ada,
Terlihat pemilik pesta banyak gerilya.

Pak kancil, merdu suaranya.
Dimana-mana dan bergema,
Ayah terkena getaran trauma.
Dan Ayah harus berhenti tertawa,
Karena menjabat di Rumah Sakit Jiwa.

Banjarmasin, 14 februari 2024.

Aksara KalbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang