#8

134 121 2
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Permainan yang tanpa mereka sadari akan merusak masa depan mereka, akan segera dimulai.

Mereka mengikuti rute ke arah tempat pelaksanaan game di brosur aneh itu. Mereka diarahkan ke sebuah hutan dengan pohon-pohon yang menjulang sangat tinggi. Sehingga, di sekitar hutan itu sangat gelap.

Waktu menunjukkan pukul 08.00. Kebetulan sekali, sekolah dan kampus mereka diliburkan karena sedang ada renovasi dan semacamnya.

Mereka sampai di lokasi saat pukul 08.30 dan permainan akan dimulai pukul 09.00.

Mereka menghabiskan waktu sebentar sebelum akhirnya masuk ke dalam bangunan tua yang terlihat kumuh itu.

"Woah, rumahnya kaya nuansa-nuansa vintage gitu ya", ujar Jeongwoo.

"Nenek gua noh vintage", timpal Jihoon.

"Jir, lo gabisa liat bedanya nuansa vintage sama yang udah lumutan kaya gini ya? Beda ga menurut lo?", tanya Haruto.

"Kaga, yang tua udah pasti vintage", kata Jeongwoo.

"Dih, temen lo agak lolot ya", ejek Riki.

"Bukan temen gua itu", ucap Junghwan.

"Sa, ada kadal nih", panggil Jaehyuk pada Asahi.

"GA AH, NTAR CIPUNG CEMBURU", tolaknya.

"Yang kaya gini ngejar ga sih?", ledek Doyoung.

"Pengen indomie", ujar Jake.

"Makan batu aja tuh", sahut Heeseung.

"Dih, diem lo es kepal milo", ledek Jake.

"Diem juga lo bubur basi", mereka pun saling adu mulut dan menyebutkan nama-nama aneh yang ada di otak mereka.

"Stop membully, mulailah menganiaya", ucap Sunghoon.

"Bang, lo tim durian pake nasi atau nasi pake durian?", tanya Jungwon pada Jay.

"Tim bubur dibakar", kata Jay.

"Jir lo pernah coba bubur dibakar?", tanya Sunoo.

"Ngga, pernahnya gua lempar ke muka kucingnya Riki", ucapnya.

"WADAHEL", seru Riki.

"Sehat-sehat orang aring", celetuk Heeseung.

"Lama bener jir, harusnya tadi gua push rank dirumah", keluh Yedam.

"Push rank mulu, gaada kerjaan lain?", tanya Hyunsuk.

"Paling latihan pargoy", jawabnya.

Mashiho hanya diam saja sambil menyimak percakapan tidak berfaedah itu.

Akhirnya, pukul 09.00 tiba. Secara tiba-tiba, pintu bangunan tua itu terbuka. Di dalamnya ada banyak sekali lift dan mereka diarahkan untuk masuk ke lift itu. Mereka akan mendapat petunjuk lainnya nanti.

"Buset, dari luarnya aja yang lumutan. Dalemnya elit", celetuk Asahi.

"Ini kita ga bakal dikirim ke akhirat kan?", tanya Sunghoon.

"Woy, cepetan masuk jir", seru Jihoon.

Mereka semua masuk ke dalam lift. Masing-masing lift diisi oleh 1 orang. Mereka diarahkan ke tempat yang berbeda. Dan misi mereka dimulai dari sini.

Saat mereka sudah sampai di tempatnya masing-masing, mereka langsung menghadap kertas yang tertempel di dinding. Isinya adalah, mereka harus menggunakan senjata yang ada di meja didepannya itu untuk membunuh satu sama lain.

Mereka sontak kaget dengan isi kertas itu. Terdapat peraturan juga, bahwa mereka harus membunuh minimal 1 orang atau jika tidak, mereka yang akan dibunuh.

Jumlah mereka 19. 10 orang mendapat pistol dan 9 orang mendapat pisau.

"Kenapa jadi gini?", tanya Haruto pada dirinya sendiri.

_________________________________________
.
.

Heeseung sedang berkeliling. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia menyesal karena rasa penasarannya pada game ini. Hingga, ia bertemu dengan Junkyu yang membawa pistol.

"Kyu?", panggilnya.

Junkyu terpaku melihat Heeseung yang sedang memegang pisau.

Junkyu mulai mendekat, sementara Heeseung perlahan mundur.

"Lo tahu peraturannya 'kan?", tanya Junkyu.

"Gua pengen hidup", sambungnya.

Junkyu mulai mengarahkan pistolnya ke arah Heeseung dan menarik pelatuknya tanpa ragu.

DOR!

Suara tembakan tersebut menggema. Peluru yang tepat mengenai jantungnya, membuat Heeseung langsung ambruk ke lantai. Kaki Junkyu melemas. Sebenarnya ia takut melakukan itu.

"Maaf" katanya lalu menangis.

_________________________________________
.
.

"Suara tembakan? Siapa yang nembak?", tanya Hyunsuk.

Terdengar suara langkah kaki dari belakang Hyunsuk. Ia terdiam, namun mencoba memberanikan diri untuk melihat siapa yang berada di belakangnya.

Ternyata, itu Jihoon. Mereka sama-sama mendapat pistol saat itu.

"Ji?", panggilnya.

"Bang?", panggilnya balik.

"Ga, gua gabisa", Hyunsuk mulai lari menjauhi Jihoon.

"Berhenti, bang!" teriak Jihoon. Suaranya menggema.

Hyunsuk berhenti dan menoleh ke arah Jihoon yang perlahan meletakkan pistolnya di lantai.

"Lo harus bertahan sampai akhir", ucapnya.

Tanpa sadar, Hyunsuk meneteskan air matanya. Tangannya bergetar.

"Gua ga akan dendam sama lo, bang. Gua sendiri yang minta ini", ucapnya menenangkan Hyunsuk.

"Jangan gila, Ji", ucap Hyunsuk.

"Bertahan ya? Demi gua", ujar Jihoon.

"Ga, gua gabisa Ji", Hyunsuk tidak kuasa menahan tangisannya.

"Lo harus hidup demi gua. Gua rela ngasih nyawa gua ke lo, asal lo janji harus bisa sampe akhir nantinya", tutur Jihoon.

"Gua janji. Tapi ga gini caranya", ucap Hyunsuk.

Jihoon tersenyum dan berkata, "Gua sayang lo, bang"

Hyunsuk perlahan mengangkat pistolnya ke arah Jihoon. Ia menarik pelatuknya pelan-pelan.

"Gua sayang lo, Ji"

DOR!

Kakinya melemas, ia mulai ambruk. Hyunsuk langsung menghampiri mayat sahabat baiknya itu dan menangis sejadi-jadinya.

_________________________________________
.
.

Belum selesai. Masih banyak lagi yang akan menyusul ke akhirat. Hehe..

Should we next?

KILL OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang