"Tolong..", lirih Haruto yang terbaring di lantai dengan darah yang mengucur dari kepalanya.
Baru saja Yoshi melangkahkan kakinya masuk ke ruangan itu untuk menyelamatkan Haruto, ia merasakan rasa sakit yang amat sangat di kepalanya. Hingga akhirnya ia berjalan mundur sambil memegangi kepalanya.
Tetiba, pintu itu tertutup dengan kencang. Dan sekali lagi, terdengar suara teriakan Haruto.
Beberapa menit kemudian, hening. Haruto sudah tidak bersuara lagi. Dan rasa sakit yang Yoshi rasakan akibat terpental ke dinding tadi, mulai terasa lagi. Semakin lama semakin parah. Terasa kepalanya berputar dan darah mulai mengalir dari hidungnya.
Tubuhnya mulai melayang dan terpental lagi ke dinding. Rasa sakitnya berkali-kali lipat dari sebelumnya. Ia sudah berpikir, apakah ia akan menyusul teman-temannya ke akhirat?
"YOSH!", suara itu bergema di telinga Yoshi.
Yoshi mencoba membuka matanya dan melawan rasa sakit yang sedang ia rasakan itu. Ia menoleh kesana kemari, namun tidak menemukan siapa-siapa. Ia berpikir bahwa itu hanya halusinasinya saja, karena sedari tadi ia hanya sendirian.
Suara itu terdengar lagi dan semakin dekat. Namun, Yoshi tidak menghiraukannya lagi.
"Bangun, lo harus bangkit", ucapnya.
Yoshi mendongak dan mendapati Jihoon disana.
"Gua tahu jalan keluarnya. Ayo bangun", ujar Jihoon.
Akhirnya, Jihoon membantu Yoshi untuk bangun dan menuntunnya menuju pintu keluar.
"Kak, lo selamat?", tanya Yoshi.
Jihoon tidak menjawab, ia fokus membantu Yoshi untuk berjalan. Ia hanya menatap Yoshi sekilas lalu kembali menatap fokus ke depan.
Akhirnya, setelah lamanya mereka berjalan melewati lorong-lorong dengan lampu remang-remang, pintu keluar ditemukan. Yoshi mencoba untuk membuka pintu itu. Namun ia merasakan genggaman tangan Jihoon mulai terlepas. Ia menoleh ke belakang.
Ternyata, disana sudah terdapat teman-temannya yang berkumpul sedang menatap Yoshi dan tersenyum.
Tubuh Yoshi kaku, hatinya sangat terluka melihat keadaan teman-temannya yang tidak memiliki bayangan itu.
"Kalian-", ucapannya terpotong.
"Kita bakal selalu disisi lo, Yosh. Cepet keluar dan lanjutin masa depan lo", ucap Jihoon.
"Jangan nyalahin takdir. Karena emang kenyataannya, dari awal emang cuma lo yang bisa nikmatin dunia lebih lama", ujar Hyunsuk.
"Terima kasih karena udah berjuang", ucap mereka serentak.
"Keluar, kak", pinta Jeongwoo.
Yoshi perlahan menarik pintu keluarnya. Tiba-tiba ia merasakan ada yang mendorongnya dari belakang, hingga membuatnya jatuh tersungkur.
Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati bahwa dirinya terduduk di rerumputan. Ternyata ia masih di area hutan.
Sampai akhirnya ia menyadari sesuatu. Ia duduk dikelilingi dengan semacam sesajen. Terdengar juga suara tertawa nenek-nenek yang sangat keras hingga membuat telinga Yoshi berdengung.
"Akhirnya kamu keluar, nak"
Yoshi mengenali suara itu. Ia mencoba mengingat-ingat pemilik suaranya. Yang Yoshi sadari, itu suara neneknya.
"Nenek?", panggilnya.
Ia menoleh saat melihat ada uluran tangan yang seakan ingin membantunya untuk bangun.
Itu Jay.
"Lo? Jay?", tanyanya.
Jay tertawa kecil menatap Yoshi yang masih kebingungan.
"Bangun", ucapnya.
Yoshi menerima uluran tangan Jay dan perlahan berdiri. Ia mencoba mengatur keseimbangannya agar bisa berdiri tegak.
"Lihat deh", kata Jay.
Yoshi semakin kebingungan. Ia menatap ke arah tatapan mata Jay. Disana sudah terdapat mayat teman-temannya yang terbaring membentuk lingkaran dengan beberapa lilin di tengahnya.
Yoshi hendak menghampiri mereka, namun ucapan Jay menghentikannya.
"Kalo lo ngelangkah keluar dari sesajen-sesajen ini, lo bakal berakhir kaya mereka", ucapnya.
"Ayolah, tunggu dulu ritualnya selesai. Baru lo bisa keluar", lanjutnya.
"Maksud lo?", tanya Yoshi.
"Lo bodoh ya? Gua jadiin temen-temen lo sebagai tumbal pesugihan", jawabnya dengan nada meledek.
"Itu benar, nak. Dari awal memang sudah direncanakan bahwa hanya kamu dan Jay yang akan selamat", lanjut nenek Yoshi.
"Ga, ga mungkin-"
"Apanya yang ga mungkin? Ini semua udah terjadi", kata Jay.
"Oiya, makasih ya bantuannya", lanjutnya.
"LO KEJAM", seru Yoshi.
"Eh? Bukannya lo juga ya? Tangan lo juga udah kotor, asal lo tahu", ucap Jay.
"Tanpa lo sadarin, lo juga udah ikut andil dalam ritual ini", sambungnya.
"Buat apa lo ngelakuin ini semua?", tanya Yoshi.
"Masih nanya? Ya biar gua tambah kaya dong, apa lagi?", jawabnya.
"Lo ngelakuin ini demi harta yang ga bakal lo bawa mati? Dasar iblis!", bentak Yoshi.
"Hadeuh, iya deh iya. Ntar gua bagi dua deh hasilnya", ujar Jay lalu tertawa.
Nenek Yoshi perlahan mendekati cucunya dan mengusap rambutnya dengan lembut. Yoshi merasa kepalanya sangat pusing. Hingga akhirnya, ia tak sadarkan diri.
_________________________________________
.
.Kamu pikir sudah selesai sampai disini? Tentu saja belum.
Should we next?
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL OR DIE
Mystery / ThrillerDi sinilah letak keegoisan. Mereka hidup dengan penuh keraguan dan ketakutan. Cerita diawali dengan berbagai gangguan aneh dan sulit dipercaya. "Yang terdekat, belum tentu penyelamat. Yang terdekat, bisa jadi pengkhianat. Terkadang, keegoisan itu di...