Setelah sekian lamanya, akhirnya Yoshi, Haruto, Jeongwoo, Junghwan, dan Riki bertemu.
Mereka berlima saling adu tatap satu sama lain. Rasa khawatir, bingung, dan takut menjadi satu. Entah bagaimana akhirnya nanti. Keyakinan mereka untuk selamat semakin menurun.
"Apa kalian tidak ingin bebas? Ayo, tunggu apa lagi?", suara itu terdengar entah dari mana. Menggema dari segala arah. Suara yang berat dan serak
Mereka menoleh mencari sumber suara, namun tidak menemukan siapa-siapa disana. Mereka semakin kebingungan saat itu.
"Bukankah ini kesempatan emas? Kalian masih bisa hidup sampai titik ini. Apakah kalian akan menyia-nyiakannya?", tanyanya.
Mereka masih diam, hingga Riki mengangkat pistolnya ke arah Haruto.
"Rik? Lo mau ngapain?", tanya Junghwan yang bingung dengan sikap Riki yang secara tiba-tiba berubah drastis.
"Setidaknya gua harus nepatin janji gua sama kak Jungwon dan gua mau nyingkirin penghalangnya", ucap Riki, masih mengarahkan pistolnya pada Haruto yang kebingungan itu.
Jeongwoo menghadang Riki yang akan menyelakai Haruto.
"Jangan berani-beraninya lo sama temen gua atau lo bakal kena akibatnya", ancam Jeongwoo.
"Minggir, atau lo yang bakal jadi korbannya", ancamnya balik.
"Lo egois", ucap Jeongwoo.
Riki tersenyum remeh dan berkata, "Lo kira, lo sendiri ga egois?", sambil menatap Jeongwoo dengan tatapan remehnya.
"Cukup. Jangan kaya gini. Jangan buat hal yang bakal lo sesali seumur hidup", pinta Yoshi.
"Game ini ga bakal ada habisnya kalo ga ada yang mati", ucap Riki yang mengarahkan pistol itu bergantian pada keempat rivalnya.
"Gua ga bisa nganggep kalian temen lagi disini", ujarnya.
Junghwan yang mendengar perkataan Riki barusan merasa sangat terpukul. Teman baiknya yang ia kenal dari kecil, kini sudah berubah.
Junghwan mengarahkan pistolnya pada Riki. Sesuai yang dikatakan Riki, bahwa di game ini tidak ada yang namanya teman.
"Ini kan mau lo?", tanyanya dengan tatapan kecewa. Ia tidak percaya bahwa sahabatnya menjadi seperti ini. Keadaan mendesak ini sudah merubah sikapnya.
Satu pukulan melayang ke wajah Riki. Pukulan keras dari Haruto itu berhasil membuat Riki naik pitam.
"Maksud lo apa?", gertaknya.
"Bukannya lo sendiri yang bilang? Kalo disini, ga ada yang namanya temen", ucap Haruto.
"Gua anggep Junghwan itu adek gua, bukan temen gua. Jadi, ga ada salahnya kalo gua bela dia 'kan?", lanjutnya.
Riki berdiri dan mendekat ke arah Haruto. Mereka saling beradu tinju sedangkan yang lain pun mencoba melerai mereka.
"Udah, cukup. Kelahi ga bakal nyelesaiin masalah. Selesaiin baik-baik dengan kepala dingin", ucap Yoshi.
Mereka masih mencoba melerai perkelahian itu. Haruto dan Riki saling beradu tatapan tajam.
Riki diam-diam mengarahkan pistol baru yang ia dapatkan ke arah Jeongwoo yang sedang menahan tangannya.
DOR!
Jeongwoo yang menerima tembakan di perutnya pun merintih kesakitan.
"BRENGSEK!", gertak Junghwan.
Junghwan dan Yoshi segera menghampiri Jeongwoo. Haruto yang emosinya sudah memuncak itu, menghampiri Riki dan menarik kerah bajunya dengan kuat.
"Ngelunjak ya lo? Bajingan kaya lo ga pantes diampuni", hinanya pada Riki.
Haruto menendang perut Riki dengan kuat hingga Riki tersungkur ke lantai. Ia terbatuk-batuk dan sesekali mengeluarkan darah.
"Woo, sadar Woo. Buka mata lo", Yoshi mencoba berbicara pada Jeongwoo, agar ia tetap sadar.
"Bang, jangan tutup mata lo", ucap Junghwan.
Jeongwoo masih membuka matanya namun tidak dapat merespon karena sakit yang ia rasakan.
Haruto dan Riki masih beradu jotos dan beradu argumen juga. Emosi mereka sama-sama membludak saat itu. Hingga akhirnya, Haruto berhasil merebut pistol Riki dan ia menempelkan pistol itu ke kepala Riki.
"Sebelum akhirnya lo kalah, ada kata-kata terakhir?", tanyanya.
"Ru, jangan", pinta Yoshi.
"Diem, kak. Dia udah ga pantes hidup", ucap Haruto sambil menatap tajam ke arah Riki.
Riki menyeringai dan berkata, "Gua tunggu lo di neraka".
DOR!
Tubuh Riki terhuyung lemas. Yoshi dan Junghwan menatap tidak percaya pada Haruto yang baru saat itu juga terlihat emosinya yang berada pada tingkat tertinggi.
Haruto menjatuhkan senjatanya dan menghampiri Jeongwoo yang mulai tak sadarkan diri.
"Hey, hey. Buka mata lo", ucapnya sambil mencoba menghentikan pendarahannya.
Namun semuanya terlambat. Jeongwoo sudah menutup matanya untuk selama-lamanya.
Kenangan mereka 10 tahun yang lalu hingga sekarang, berputar di kepala Haruto. Kenangan suka dan duka yang mereka lalui bersama-sama, kini salah satu diantara merekalah yang tinggal kenangannya saja.
"Ru, sadar. Jangan ngelamun", ucap Yoshi menyadarkan Haruto yang melamun sambil menangis.
"Kak, itu apa?", tanya Junghwan sembari menunjuk belakang Haruto.
Disana sudah terdapat beberapa bayangan hitam yang mulai mendekat. Semakin dekat, semakin banyak.
_________________________________________
.
.Should we next?

KAMU SEDANG MEMBACA
KILL OR DIE
Mistério / SuspenseDi sinilah letak keegoisan. Mereka hidup dengan penuh keraguan dan ketakutan. Cerita diawali dengan berbagai gangguan aneh dan sulit dipercaya. "Yang terdekat, belum tentu penyelamat. Yang terdekat, bisa jadi pengkhianat. Terkadang, keegoisan itu di...