"Lari", ucap Yoshi lalu menarik Haruto dan Junghwan untuk lari.
"Kak, Jeongwoo gimana?", tanya Haruto.
"Ikhlasin Jeongwoo ya? Biar dia tenang disana", ujar Yoshi sambil berlari.
"Kak, mereka makin banyak", ucap Junghwan ketakutan.
Mereka berhenti saat melihat bayangan hitam tadi berada di depan mereka.
Mereka dikepung.
"Ayo turun", ajak Yoshi dan menarik adik-adiknya untuk menuruni tangga.
"Apa lagi ini Ya Tuhan?", gumam Yoshi.
"KAK, TOLONG!", teriak Junghwan.
Ternyata, Junghwan tertinggal di belakang karena para makhluk aneh itu.
"Hwan-"
"Kak, jangan. Kita gabisa ngelawan mereka", ucap Haruto.
Junghwan ditarik masuk ke dalam suatu ruangan oleh makhluk-makhluk aneh tadi.
Terdengar suara teriakan Junghwan di dalam sana.
"Kita gabisa kaya gini", ucap Yoshi lalu berlari ke arah ruangan yang ditempati Junghwan.
"Kak! Tunggu!", Haruto menyusul.
Pemandangan mengerikan terpampang jelas. Tubuh Junghwan sudah tergeletak di lantai dengan tangan kirinya berada di sudut ruangan dan kaki kanannya berada di atas meja. Darah berceceran dimana-mana.
"Hwan..", lirih Yoshi.
"Kak, mereka dateng lagi", ujar Haruto.
Yoshi dan Haruto segera lari untuk menghindari makhluk-makhluk itu.
Tiba-tiba, Haruto berhenti saat mendengar teriakan Yoshi di belakangnya.
Ternyata, Yoshi terpental ke dinding dan jatuh ke lantai. Ia merintih kesakitan.
"KAK!", seru Haruto.
Saat hendak menghampiri Yoshi, Haruto merasakan ada tangan yang mencengkram kakinya. Ia menoleh ke bawah dan melihat tangan-tangan pucat yang sedang menahan kakinya.
Haruto masih berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan misterius itu. Namun, sangat sulit karena cengkramannya sangat kuat.
"Ya Tuhan, tolong kak Yoshi", ucapnya berdoa. Ia terlebih dulu mendoakan keselamatan Yoshi dibanding keselamatannya sendiri.
Di sebrang sana, Yoshi masih berusaha berdiri untuk menyelamatkan adiknya. Namun, rasa sakitnya lebih mendominasi.
"LEPAS!", teriak Haruto sambil mencoba menginjak tangan-tangan itu.
Tiba-tiba saja ada sesuatu yang menarik Haruto sehingga ia dapat terbebas.
Itu Asahi.
Haruto terdiam dan berfikir sejenak, merasa ada yang aneh dengan kejadian barusan. Hingga akhirnya ia tersadar dari lamunannya.
"Ayo nyelametin kak Yoshi", ajaknya lalu menarik Asahi.
Namun saat ia mencoba meraih tangan Asahi, tangannya tembus. Haruto menatap Asahi kebingungan. Sampai akhirnya ia teringat dengan daftar nama yang ia lihat bersama Jeongwoo beberapa waktu yang lalu, dan nama Asahi sudah dicoret dengan tinta merah.
"Maaf", ucap Asahi.
Haruto kembali terdiam. Ia masih mencoba mencerna semuanya. Apakah Asahi membeli immortal? Sepertinya tidak.
"Yoshi butuh lo", lanjutnya.
Haruto segera berlari menghampiri Yoshi. Di sisi lain, Yoshi merasa tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Ia merasakan sakit sekaligus sekujur tubuhnya kaku.
Saat ia hendak menutup matanya, ia merasa ada tangan yang mengelus rambut dan punggungnya. Rasanya sangat nyaman. Tanpa sadar, Yoshi menangis.
Elusan tangan yang lembut dan hangat, hingga ia melupakan rasa sakitnya. Samar-samar ia mendengar bisikan, "Bertahanlah demi kami. Hidupmu berharga."
Suara itu tidak hanya diucapkan oleh 1 orang saja, namun banyak orang. Suara itu serempak. Yoshi merasa tidak asing dengan suara-suara itu.
"Kak! Ayo bangun. Kita harus pergi sebelum makhluk-makhluk tadi dateng lagi", ucap Haruto mencoba membantu Yoshi untuk bangun.
Mereka berdua akhirnya pergi sebelum akhirnya makhluk aneh tadi muncul kembali. Sesekali Haruto menoleh ke tempat Asahi berada tadi. Sekarang, sudah tidak ada.
Saat mereka berlari, terlihat sebuah cahaya di sebrang lorong. Cahaya itu semakin lama terlihat meredup. Mereka berdua pun menghampiri cahaya itu, namun rasanya semakin dihampiri malah semakin jauh.
Yoshi sudah merasa sangat lemas. Kakinya mati rasa karena terus-terusan berlari. Tubuhnya juga terasa remuk.
"Air", lirih Yoshi.
"Bentar kak, gua cari air dulu", ucap Haruto.
Haruto berjalan kesana kemari untuk mencari air. Ia membuka satu persatu laci dan lemari yang ada disana. Sampai akhirnya ia menemukan 1 botol air.
"Gua nemu kak", ucapnya lalu memberi 1 botol air itu pada Yoshi.
"Terus lo gimana?", tanya Yoshi.
"Tadi udah gua minum kok", ujar Haruto.
"Ini masih utuh, ga mungkin lo minum", ucap Yoshi.
"Gua tahu lo boong. Nih minum dulu", Yoshi memberikan botol itu pada Haruto.
Akhirnya, Haruto meminumnya dan segera mengembalikannya pada Yoshi.
"Kak", panggilnya.
"Kapan ya kita keluar dari sini?", tanya Haruto.
Yoshi menoleh dan menatap sendu pada Haruto. Ia sedih karena teringat teman-temannya. Ia gagal menjaga mereka.
"Kak, lihat deh", ucap Haruto dan menunjuk sebuah pintu yang bertuliskan "EXIT".
"Ayo kita-"
Terdengar suara pecahan kaca jendela. Ternyata, bayangan-bayangan hitam tadi mulai berdatangan dari luar dan semakin banyak.
"Astaga, mereka dateng lagi", gumam Yoshi.
"Kak, pintunya ilang", ucap Haruto.
Benar saja, pintu itu sudah tidak ada. Seperti hilang dalam sekejap. Dan tiba-tiba saja, ada salah satu pintu yang terbuka dengan keras. Dan makhluk-makhluk itu menunjuk ke arah Haruto. Seketika, tubuh Haruto seperti ditarik ke dalam ruangan itu. Sebelum akhirnya Yoshi meraih tangan Haruto, ternyata pintu tersebut sudah tertutup lebih dulu.
"RU!", teriaknya sambil menggedor-gedor pintu.
"KAK! TOLONG! SAKIT!", jerit Haruto kesakitan.
Yoshi perlahan mundur dan mulai berdoa. Lalu ia berlari ke arah pintu itu dan mendobraknya. Percobaan pertama, kedua, dan ketiga gagal. Sampai akhirnya percobaan keempat, pintu itu berhasil dibuka.
"HARU!"
_________________________________________
.
.Should we next?
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL OR DIE
Mystery / ThrillerDi sinilah letak keegoisan. Mereka hidup dengan penuh keraguan dan ketakutan. Cerita diawali dengan berbagai gangguan aneh dan sulit dipercaya. "Yang terdekat, belum tentu penyelamat. Yang terdekat, bisa jadi pengkhianat. Terkadang, keegoisan itu di...