#9

148 122 5
                                    

Sunghoon duduk dan menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia bertanya-tanya, apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tidak tega untuk membunuh temannya sendiri, namun ia juga ingin hidup. Ia menunduk sambil terus berfikir.

"Hey", panggilnya.

Sunghoon mendongak, ternyata itu Asahi.

"Kenapa nunduk? Takut mati?", tanyanya.

Sunghoon melihat Asahi yang membawa pistol itu, hanya menatapnya dan kembali menunduk.

"Tenang, gua ga setega itu buat bunuh lo", ucapnya lalu pergi.

Saat melangkahkan kakinya menjauh, Asahi merasa betisnya ditusuk oleh sesuatu. Ia menoleh ke belakang, ternyata Sunghoon menancapkan pisau tepat di betisnya.

"Apa maksud lo ngelakuin ini?", tanya Asahi.

"Disini adalah tempat untuk bertahan hidup. Disini, kita harus egois. Ga peduli siapapun itu", ujar Sunghoon.

"Jadi maksudnya? Disini tempat kejahatan?", tanya Asahi.

"Kan emang itu peraturannya. Siapapun yang ikut game ini bakal jadi penjahat", ucap Sunghoon.

Sunghoon berhasil merebut pistol Asahi dan segera menembaknya.

DOR!

"Sa..", ucap seseorang di belakang Sunghoon.

Ia menoleh dan mendapati Jaehyuk disana yang sedang memegang erat pisaunya.

"Lo apain temen gua?", tanyanya.

"Bunuh. Apalagi?"

"Brengsek", umpat Jaehyuk.

Jaehyuk langsung memukul wajah Sunghoon hingga sudut bibirnya berdarah. Sunghoon mencoba untuk melakukan perlawanan, namun kekuatan Jaehyuk lebih besar.

"Lo cuma kuman, udah pantes buat ketemu Tuhan", sentak Jaehyuk.

Ia mengangkat tinggi-tinggi pisaunya dan menancapkannya tepat di jantung Sunghoon. Ia hanya bisa mengerang kesakitan sebelum akhirnya melihat ojeknya menuju akhirat.

Jaehyuk berteriak untuk meluapkan emosinya yang menggebu-gebu itu dan segera menghampiri tubuh Asahi yang tergeletak tak berdaya di lantai.

"Sa, gua sama cipung bakal kangen sama lo. Kok cepet banget sih lo ninggalin gua? Ntar ga ada yang bakal selalu ngikutin gua kemana-mana lagi dong?", ucapnya sambil memeluk tubuh sahabatnya yang sudah kaku dengan genangan darah itu.

"Baik-baik disana. Biar gua urus cipung. Ntar lo cari gantinya di surga aja ya", ujarnya.

"Maaf, gua ga bisa jaga lo"

_________________________________________
.
.

Jeongwoo mondar mandir sejak tadi. Ia takut untuk melangkah. Tubuhnya bergetar saat mendengar suara tembakan.

"Gua gabisa kaya gini", gumamnya.

Ia melangkahkan kakinya menjauh dari tempatnya mondar mandir tadi. Ia terus berjalan dan berjalan. Banyak bercak darah yang ia lihat di lantai.

"Temen-temen gua mana ya?", tanyanya.

"Siapapun bawa gua pulang. Gua udah ga tahan, disini banyak darah", gumamnya.

Sampai akhirnya, ia melihat tubuh Jihoon yang tergeletak dibanjiri darah di sekitarnya.

Ia membeku ditempat. Ia tidak berani melangkah. Tubuhnya bergetar lagi. Ia sudah tidak sanggup.

Ia jatuh tersimpuh di samping mayat Jihoon dan mulai menangis.

"Bang, bangun", ia mencoba menggoyangkan tubuh Jihoon yang kaku dan dingin itu.

"Buka mata lo, bang", dia masih mencoba membangunkan kakaknya itu.

"Bang, jangan diem aja kaya gini. Ayo omelin gua lagi", ucapnya.

"Gua rela lo omelin setiap menit, larang gua, marahin gua, tapi jangan pergi"

"Bangun, bang. Gua ga bakal nyusahin lo lagi", ia menatap sayu pada wajah Jihoon.

"Hehe ga deh, gua boong. Gua ga bisa apa-apa tanpa lo", lanjutnya.

Ia mulai terisak. Ia tidak mengharapkan ini terjadi.

"Siapa yang bunuh lo, bang?", tanyanya.

"Gua bakal bales, siapapun itu", Jeongwoo melangkah pergi dari sana.

Tiba-tiba saja, Jeongwoo mendengar suara tangis yang tidak jauh dari tempatnya berada.

Suara yang terdengar sangat putus asa. Dan Jeongwoo mengenali suara itu.

"Bang Hyunsuk!", panggilnya.

Ia menghampiri asal suara itu dan mendapati Hyunsuk yang menangis tersedu-sedu disana.

"Bang", panggilnya.

Hyunsuk yang melihat Jeongwoo dihadapannya pun segera memberikan pistol yang ada di tangannya.

"Bunuh gua, Woo. Bunuh gua", ucapnya.

"Ga! Lo gila ya? Mana bisa gua bunuh lo?", tolaknya.

"Lo bilang bakal bales siapapun yang bunuh Jihoon 'kan? Kalo gitu, bunuh gua", ujarnya masih sambil menangis.

Jeongwoo masih berusaha mencerna apa yang Hyunsuk katakan. Jadi, Hyunsuk yang membunuh Jihoon? Itulah pertanyaan yang muncul di dalam benaknya.

Hyunsuk jatuh tersimpuh di depan Jeongwoo.

"Tembak gua, Woo. Tembak gua sekarang"

Hyunsuk mengulangi kata-kata itu berulang kali. Jeongwoo menatap dendam pada Hyunsuk dan memegang pistolnya erat-erat. Jeongwoo yang masih shock sekaligus emosinya yang meluap-luap itu mulai berteriak.

"DIEM!", teriaknya lalu mengarahkan pistol itu pada Hyunsuk.

Ia pun menarik pelatuknya. Peluru tersebut akhirnya menembus dada Hyunsuk. Tubuhnya pun ambruk ke lantai.

_________________________________________
.
.

Waduh, tambah banyak ya yang udah ke akhirat. Kira-kira siapa lagi ya?

Should we next?

KILL OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang