#12

109 88 12
                                    

"Ini udah berapa hari si? Di laci-laci ini ga ada makanan apa ya? Laper gua", keluh Junghwan.

"Perasaan kaya udah lama banget, tapi kok kaya ga ada malem si?", tanya Riki.

"Woah ada makanan euy", ujar Junghwan.

Junghwan mengambil sebuah roti dari laci itu.

"Jangan di makan, Hwan!", larang Jungwon.

"Lah kenapa?", tanyanya.

"Lo ga curiga? Kalo misal itu beracun gimana?", tanya Jungwon.

"Iya juga ya", ucapnya lalu meletakkan roti itu kembali.

Terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Mereka menoleh ke sumber suara dan mendapati Jaehyuk yang sedang berjalan ke arah mereka sambil menunduk.

"Bang Jae-"

"Disini bukan tempat buat berteman, tapi membunuh", ucap Jaehyuk. Anehnya, suaranya berbeda. Suara yang berat dan serak, tidak seperti biasanya.

"Bang? Lo gapapa?", tanya Jungwon.

Jaehyuk menyodorkan pistolnya ke arah Jungwon.

"BANG LO MAU NGAPAIN?", seru Junghwan.

"Bunuh. Biar manusia-manusia ga berguna kaya kalian cepet musnah", jawab Jaehyuk.

Junghwan segera menarik Jungwon dan menyodorkan pistolnya pada Jaehyuk.

"Turunin pistol lo, atau gua tembak lo sekarang juga", ancam Junghwan.

Jaehyuk mendongakkan kepalanya dan terlihat matanya yang putih.

"Itu kesurupan kah?", tanya Riki.

Jaehyuk bersiap-siap untuk menarik pelatuknya.

DOR!

DOR!

Jaehyuk tertembak dan Jungwon juga tertembak karena menghalangi peluru yang akan mengarah pada Junghwan.

"KAK JUNGWON!", Riki segera menghampiri Jungwon yang tergeletak di lantai dengan luka di perutnya.

"Kenapa lo nyelametin gua segala sih?", tanya Junghwan.

"Ini darahnya banyak banget, kita harus ngapain?", tanya Riki.

"AISHH GIMANA SIH?", Junghwan menjambak rambutnya frustasi.

Jungwon yang dalam keadaan kesakitan itu, mencoba menenangkan mereka berdua.

"Tenang, sekarang janji sama gua kalo kalian bakal sampe akhir", ujarnya.

"Kak, lo juga harus sampe akhir", ucap Riki.

Jungwon tersenyum dan berkata, "Setidaknya gua bakal pergi dengan tenang kalo kalian udah janji."

"Kak, lo apa-apaan sih? Kita bakal berhasil sampe akhir bareng-bareng", Riki berusaha menghentikan pendarahan itu.

"Janji dulu ya?", pinta Jungwon.

"Iya, gua janji-"

Jungwon menutup matanya. Ia sudah kehilangan banyak darah.

"Kak?", Riki menggoyangkan tubuh Jungwon, mencoba untuk membangunkannya.

"Ikhlasin ya. Dan tepatin janji lo", ucap Junghwan.

Kini hanya sisa Yoshi, Haruto, Jeongwoo, Junghwan, dan Riki saja. Semua teman Riki sudah tiada. Ia merasa sendirian. Namun, Junghwan selalu ada untuknya. Mereka adalah sahabat yang baik.

_________________________________________
.
.

Jeongwoo dan Haruto duduk di tangga untuk beristirahat sejenak. Mereka sangat lapar dan haus. Mereka tidak tahu sudah berapa lama menetap disana.

Jeongwoo melihat ke sekeliling dan perhatiannya tertuju pada kertas yang tertempel di dinding.

Ia berdiri dan mendekat untuk melihat kertas itu lebih jelas. Ternyata, isi kertas itu adalah daftar nama-nama pemain di game itu. Dan hampir semuanya dicoret dengan tinta merah kecuali, Yoshi, Haruto, Junghwan, Riki, dan dirinya sendiri.

Haruto yang penasaran pun berdiri di belakang Jeongwoo untuk melihat kertas itu juga.

Jeongwoo yang menyadari bahwa Haruto di belakangnya itu hanya bisa menyeka air matanya sendiri.

"Kenapa nama temen-temen kita dicoret?", tanya Haruto.

"Sisa beberapa aja yang hidup. Yang dicoret, berarti udah mati", jelas Jeongwoo.

"Tinggal 5 orang?", tanya Haruto memastikan.

Jeongwoo hanya mengangguk pelan dan duduk kembali di tangga. Ia merasa sangat terpukul setelah mengetahui hanya sisa beberapa saja yang hidup. Dan mereka bahkan tidak diketahui keberadaannya.

"Woo", panggil Haruto.

Jeongwoo menoleh dan menatap Haruto yang masih melihat kertas yang tertempel tadi.

"Gua ga yakin bisa sampe akhir", ucap Haruto.

"Gua takut mati, Woo. Tapi gua lebih takut buat nyelakain temen gua sendiri", sambungnya.

"Walaupun nanti akhirnya hanya 1 orang yang bakal menang dan bebas. Kalo bukan gua, setidaknya itu lo, Ru", tutur Jeongwoo.

"Kalo kita tetep disini, permainan ini gabakal selesai, Ru. Ayo kita pergi", ajak Jeongwoo.

"Kalo kita pergi, sama aja kita ngejemput ajal", ucap Haruto.

"Justru itu. Kita harus berani walaupun kita ga bener-bener yakin nanti akhirnya gimana", ujar Jeongwoo.

Mereka akhirnya berjalan lagi sembari melawan rasa lapar dan haus yang mereka rasakan sekarang.

Sampai akhirnya, mereka melihat Yoshi yang juga sedang berjalan ke arah mereka.

"KAK YOSH!", panggil Haruto.

Yoshi yang merasa dipanggil itu langsung mendongakkan kepalanya ke sumber suara.

Yoshi menatap sayu pada mereka berdua. Ia menjatuhkan senjatanya dan jatuh tersimpuh di depan mereka. Ia mulai menangis. Tangisan yang terdengar begitu putus asa.

"Kak Yosh? Lo kenapa?", tanya Jeongwoo.

"Gua bunuh Yedam", lirihnya.

Jeongwoo dan Haruto terdiam. Mereka tidak tahu bagaimana harus merespon perkataan Yoshi barusan.

Mereka berdua mendekat ke arah Yoshi dan memeluknya. Terasa badan Yoshi yang bergetar ketakutan saat mereka memeluknya.

Mereka mencoba menenangkan Yoshi yang masih saja menangis. Bahkan mereka juga mulai berkaca-kaca.

"Gua tahu itu bukan salah lo. Pasti ada maksud dari semua ini. Dan gua tahu kalo lo itu orang baik. Setidaknya, orang baik kaya lo masih diberi kesempatan buat hidup, kak", tutur Haruto.

_________________________________________
.
.

Kira-kira ada yang selamat ga ya? Ntar kalo ga ada yang selamat, YANG BENER AJA? RUGI DONG.

Should we next?

KILL OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang