Happy reading
.
.
."Nadhin.... Ada tamu nyariin kamu!"
Ais! Sungguh menjengkelkan. Nadhin yang sedang menonton kartun favoritnya yaitu kartun kucing biru harus terganggu saat Nadhif meneriaki nya.
"Ya ampun bang. Suruh aja masuk! Suruh dia nunggu sampai aku selesai nonton." Balas Nadhin sambil teriak.
Ceklek
"Ooi."
Nadhin menoleh pada pintu yang terdapat kepala Nadhif yang mengintip. "Apa sih bang?!"
"Tuh orang bawa barang banyak banget. Kalo gue mau bilang dia kurir, masa iya kurir tampilannya kayak anak geng motor? Kalo gue mau bilang dia Mars, kan gak mungkin dia, karena gue tau persis dari atas sampai bawah Mars kayak gimana. Apalagi orang di luar pake masker. Etdah, kayak lagi dateng di rumah bervirus aja." Bisik Nadhif sambil sedikit bergerutu dari pintu.
Nadhin mengerutkan keningnya. "Yeei! Kalo pun dia Mars, kagak bakalan bawa apa-apa kecuali hp buat foto tugas kali, bang." Ujar Nadhin dan menatap sinis Nadhif.
Nadhin pun keluar kamar menuju ruang tamu serta Nadhif yang terus mengekorinya.
"Maaf... Mas siapa?" Ucap Nadhin dengan sopan.
"Loh, Regan?!" Nadhin terkejut. Pasalnya, darimana Regan tahu rumahnya?
"Ngapain lo ke sini?"
Regan berdehem ringan agar tidak terlalu canggung. "Gue... Gue kesini mau nyampein sesuatu."
"Hm, terus? Lo bawa banyak barang gitu, mau nginap di sini?"
Regan membelalakkan matanya, "yakali! Kagak lah! Gue kesini—" Nadhin mendengus sebal, lagi-lagi Regan menggantung ucapannya. "Abang lo bisa gak, gak nguping dulu?" Bisiknya.
Tapi percuma saja, bisikan Regan yang nyatanya berbicara dengan suara nyaring tentu saja di dengar oleh Nadhif. Hal itu membuat Nadhif melotot.
"Lo kayak lagi sama siapa aja, Gan. Biasanya juga lo mau nyoba rok — itu loh, rok nya mbak Jaenab. Ho'oh, rok nya mbak Jaenab." Nadhif membelok ucapannya saat di tatap tajam oleh Nadhin.
"Ck, tapi ini genting banget. Jadi lo gak bisa di ajak, bang." Ujar Regan.
☆ ☆ ☆
Bel pulang telah berbunyi lima menit yang lalu. Semua siswa dan siswi merapikan alat tulis dan memasukkan nya ke dalam tas masing-masing.
"Dhin, Zel, Fan, lo pulang pake apa?" Teriak Vivy dari bangku kedua dari belakang.
"Gue di jemput sama sopir gue, Vy." Jawab Zela.
"Kalo gue sih sama."
"Sorry, Vy. Janji kita kemarin buat ke resto tante Rini gak jadi. Soalnya hari ini gue pulang bareng..."
"Nadhin pulang bareng gue." Celetuk Regan yang menunggu di ambang pintu.
Vivy, Fanya, Zela, Astrid, Alana, Nana dan Vee yang sedang berkumpul di meja Nadhin melongo. Sedangkan Gevan, Gino, Azamar, Liam dan Rezi yang akan balik ke bengkel The Zine menghentikan langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Anagapesis
Ficção Adolescente"Dunia sangat baik, dan karena kebaikan itu sudah tak terbendung, makanya dunia memperlihatkan orang-orang yang jahat!" ☆ ☆ ☆ "Hampa. Mati rasa. Bahkan sakit itu sudah tidak berlaku lagi. Diriku benar-benar seperti raga yang ditinggalkan jiwanya." ☆...