Halo bub, aku kembali...
Datang ke kedai untuk beli permen
Datang ke lapak ku untuk beri votmen😘😘😺"Keinginan terkadang harus tertunda,
Demi ego yang melanda."—Vivyan Az Zahra Alexander—
Happy reading...
.
.
.Katanya Nadhin akan tinggal selama 3 hari di Makassar. Jadi saat kemarin Nadhin dan keluarganya akan berangkat menuju bandara, mereka terlebih dahulu mengantar Vivy pulang ke rumah bunda Ain.
Lusa Nadhin akan pulang, dan mungkin di hari jumat itu gadis blasteran itu akan istirahat penuh sebelum kembali sekolah di sabtu dan melaksanakan PERSAMI.
"Vivy..." Panggil bunda Ain yang berada di kebun belakang rumahnya.
"Iya bund, kenapa?" Vivy yang tadinya duduk bersila di tempat tidur pun akhirnya memilih menyusul bunda Ain.
"Adek mu di kamar tidak bangun kan? Tolong kamu jagain sebentar, bunda mau ke rumah bu Lilis."
Vivy mengernyit kan dahinya, "bunda ngapain mau pergi? Bukannya tadi lagi bersihin hama di batang tomat? Terus tadi Fika aman kok kayaknya gak nangis? Eh bunda kesana lama gak?"
Bunda Ain tersenyum lantaran banyak pertanyaan dari Vivy. "Bunda cuman sebentar, ini mau bawa tomat pesanan bu Lilis." Ucap wanita paruh baya itu. "Yaudah bunda pamit, bunda nitip Fika. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam.."
Vivy bergegas melihat Fika di kamarnya. Ternyata balita itu masih tidur dengan nyenyak. Vivy kembali keluar dari kamarnya dan yang tak di sangka adalah, ia mendapati Ian—abangnya.
Vivy yang hendak kembali masuk kamar dan menguncinya pun sia-sia karena dengan cekatan Ian menarik pergelangan tangannya dengan kuat sehingga gadis itu sedikit meringis.
"Vy.. Vivy pulang ya? Orang di rumah kangen sama Vivy." Ujar Ian dengan lembut membuat Vivy menajam kan tatapannya.
Sebelum akhirnya Vivy terkekeh sinis. "Kangen? Oh, iya.. Kangen nyiksa maksudnya? Hm?" Sekarang Vivy susah terlepas dari cekalan Ian, dirinya kini menyilangkan tangan di depan dada.
"Vy.." Lirih Ian seolah merengek.
"Loh, ada nak Ian? Ngapain? Mau jemput adeknya?" Celetuk bunda Ain yang baru saja datang.
Ian pun berjalan mendekati bunda Ain dan menyalimi tangannya.
Bunda Ain dan Ian bercengkrama di ruang tamu sambil menunggu Vivy mengemasi barangnya.
Setelah selesai, mereka berdua berpamitan untuk kembali pulang.
Ian memarkirkan mobilnya di garasi. Vivy merasa cemas saat ingin masuk ke rumah. Apalagi yang akan ia dapatkan? Tamparan? Cacian? Pukulan? Atau apalah Vivy tak tahu.
Dengan Ian memegang tangannya, membuat Vivy menyalurkan sedikit tenaganya. Mereka berdua berjalan memasuki rumah.
Kini semua anggota keluarga berada di ruang tamu. Rafa menatap datar sang adik yang datang, Gilang menatap malas kakaknya, Ananta—Mami nya menatap rindu sang putri satu-satunya. Namun, yang membuat Vivy canggung adalah Papi nya yang masih terdiam melihat dirinya. "Apa dia mengumpulkan tenaga sebanyak itu sehingga belum mengangkat bicara?" Batin Vivy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Anagapesis
Подростковая литература"Dunia sangat baik, dan karena kebaikan itu sudah tak terbendung, makanya dunia memperlihatkan orang-orang yang jahat!" ☆ ☆ ☆ "Hampa. Mati rasa. Bahkan sakit itu sudah tidak berlaku lagi. Diriku benar-benar seperti raga yang ditinggalkan jiwanya." ☆...