05. Hari memalukan

22 7 0
                                    

Happy reading...
.
.
.

Sudah empat hari Fanya tidak masuk sekolah. Nadhin dan yang lain terus berusaha menghubunginya tapi hasilnya tetap nihil. Hari ini adalah jadwal NUSANTARA JUNIOR HIGH SCHOOL untuk melakukan literasi Qur'an bagi yang muslim.

Kegiatan baru saja selesai. Nadhin berjalan bersama Zela yang seperti anak kehilangan emaknya di pasar.

Tak sengaja mata Zela menangkap sosok yang tidak asing. "Dhin..." Zela mencekat tangan Nadhin yang berjalan dan bersenandung kecil.

"Ape?"

"Lo lihat deh. Itu bukannya cowok yang pernah kita lihat pas lagi nge–bajak handphone Fanya?" Tunjuknya sambil mengingat kejadian dimana mereka iseng membajak ponsel Fanya saat mereka tinggal bersama dirumah Nadhin.

"Lah iya! Samperin kuy!" Nadhin menyeret Zela yang sudah mengabsen berbagai nama yang ada di kebun binatang.

"WOII! LO YANG PAKE HOODIE NAVY." Teriak Nadhin yang membuat Zela menutup telinganya.

Sedang orang yang dipanggil menoleh kekanan dan kiri guna memastikan apa dia atau bukan yang dipanggil si cewek yang terlihat seperti kakak kelasnya itu. Merasa tak ada yang memakai hoodie yang sama seperti dirinya, cowok itu berbalik dan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, lo yang gue panggil. Lo cepet kesini!" Nadhin berpura-pura galak agar mereka yang ada disitu takut.

"Santai aja kali, Dhin." Zela mengingatkan.

Si adkel tadi hanya saling pandang dengan temannya yang ada di gazebo.

Salah satu teman murid baru itu peka terhadap apa yang dirasakan teman barunya. "Udah, lo kesana aja. Gak usah takut." Temannya mencoba untuk menenangkannya.

Tadinya Nadhin sudah berhasil membuat dirinya cemas. Tapi saat berjalan kearah kedua kakel nya, ia kembali mendatarkan wajahnya. "Ada apa?" Tanyanya dingin.

Wajah Zela terlihat cengo, sedangkan Nadhin memutar bola matanya. "Udah deh, gak usah sok cool." Ucap Zela.

"Langsung to the poin aja. Lo apanya Fanya?" tanya Nadhin yang berlagak guru BK yang sedang mengintrogasi.

Cowok tersebut lantas terkejut. Bukan karena Nadhin yang mengintrogasi tentang Fanya, but itu karena Vivy yang baru saja datang dari belakang Nadhin dan Zela dan langsung menoyor kepala Nadhin.

Vivy berkacak pinggang dan melihat Nadhin yang mengusap kepalanya beserta Zela dan satu adkel yang meringis karena mereka melihat Nadhin yang hampir terjungkal karena kerasnya Vivy menoyor kepala Nadhin.

"Lo dari mana aja, hah?! Orang lagi pada baksos, lo ama Zela malah ngegoda adik kelas. Gak abis pikri gue ama lo bedua." maki Vivy dan mengalihkan pandangannya pada adkel mereka. "Nah! Lo! Lo siapa? Lo murid baru kah? soalnya baru aja gue liat." Vivy mengerutkan kening saat melihat mereka bertiga memandangnya dengan heran, tetapi tak lama kemudian mereka tertawa. "Apa sih? Kalian gak jelas banget!"

"Oke-oke. Justru lo yang gak jelas Vy! Lo dateng marah-marah ke Nadhin, ngatain Nadhin—eh gak deng, ngatain kita berdua maksudnya. Abis itu lo sendiri yang nanya-nanya ke nih bocah.Munafik lo." Zela menjelaskan sambil melirik kearah adkel mereka yang masih setia berdiri didekat Nadhin.

Tak lama kemudian, rombongan adkel itu datang dari arah gazebo tadi. Dan saat ketiga cewek itu lihat, satu kata terlintas dipikiran mereka. Tengil.

"Hai kakak-kakak yang cantik dan memiliki body bak aidol K–Pop. Kami tau teman baru kami ini ganteng. Tapi bisa gak, kalian gak usah ganggu. Kasian si Azril, muka nya kek tertekan mulu dari tadi." Kata salah satu dari mereka yang Nadhin dan Zela ketahui namanya adalah Faryan.

Tiga AnagapesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang