14. Kota Makassar

7 3 0
                                    

Anjayyy, udah di kota Makassar aja ni eeh...🐁🐁🐁🚗🚌✈️✈️

"Rindu, selalu menuntut untuk pulang.
Sayang, selalu hadir di setiap saat.
Dimana pun berada, tetaplah setia menungguku."

—Nadhif Calfy Deandra—

Happy Reading...
.
.
.

Nadhin dan keluarganya telah tiba di bandara Hasanuddin. Entah apa yang mereka tunggu padaha sudah 5 menit berada di sana seperti orang yang tak tau arah pulang.

Nadhin terduduk dengan tatapan kosong. Ia mengingat tentang Jo kemarin sore. Tanpa ia sadari, cairan bening jatuh mengalir di pipinya. Nadhif yang menyadari itu pun heran, ada apa dengan adiknya.

"LO KENAPA njir?!" Pekik Nadhif dan memelankan umpatannya karena sadar kehadiran orang tuanya.

"Loh, dek? Adek kenapa?" Tanya mama nya yang merasa khawatir.

Lamunan Nadhin buyar dan segera menghapus jejak air matanya. "Eh anu.. Ini, terharu aja mau ketemu nenek. Udah lama juga Nadhin gak ketemu keluarga disini." Alibi nya.

"Eh iya, gue sampe lupa bahasa sini. Bukan lupa sih, tapi kaku aja kalo mau ngomong. Soalnya udah jadi cowok JKT gue." Ucap Nadhif.

Nadhim mengangkat sebelah alisnya, "lo masuk grup JKT 48? sejak kapan? Berarti lo satu satu nya cowok dong?"

"Cih, JKT singkatan Jakarta---itulah." Nadhif berdecih, dan sempat hampir mengumpat lagi, namun ia tahan. Nadhin terkikik melihat abangnya itu.

"Nah itu dia, Daeng kalian dateng." Ujar sang papa yang mengalih kan atensi anak dan istrinya ke orang yang di maksud.

Nadhin mengerutkan keningnya. Tak lama kemudian ia memasang binar kagum. Sangat tampan! Fiks jadi crush ku! Batinnya.

Yang di maksud Daeng itu pun menyalimi tangan Azhal dan Naira, "maaf om, tante. Tadi ada macet dikit jadi lambat."

"Tidak apa.. Yang penting selamat sampai tujuan."

Si Daeng itu melirik Nadhim, Nadhif, dan Nadhin. "Ini si kembar? Terus ini si Nadhin? Wih pada ganteng dan cantik ya!" Ujarnya yang membuat Nadhin tersipu. Dia tau apa yang di katakan manusia di depannya itu.

"Eh, ini kakak sepupu kalian. Namanya Arsyam. Kalian lupa?" Tanya sang papa sembari memperkenalkan Arsyam.

Nadhin melotot kaget, sedangkan Nadhif mengeluarkan cengiran khas nya. Nadhim? Lelaki itu bahkan tak menampakkan ekspresi apapun.

"Arsyam?! Elo kan yang suka ngilangin kaos kaki gue?!" Tanya Nadhif dengan mata berbinar saat berada di depan sepupu sekaligus teman masa kecilnya.

"Ya ampun. Logat Jakartanya ternyata sudah melekat sekali ya, om?" Kagum lelaki berusia 22 tahun itu saat melihat sepupunya yang sangat lancar dengan logat Jakarta.

Azhal terkekeh dan meninggalkan mereka yang masih berbincang ria bersama Arsyam. Azhal membawa barang ke dalam mobil dan di susul oleh Nadhin yang membantunya.

Di lain sisi, Nadhin mencoba mengingat saat berada di sini, apa saja yang dia lakukan bersama Arsyam.

"Nadhin?" Panggil Arsyam melihat adik sepupunya yang mungkin sedang beradu dengan isi kepalanya.

"Hm?"

Lelaki di hadapannya itu terkekeh. "Cantik. Sekarang sudah menjadi gadis yang cantik. Ingat gak, dulu kamu selalu lari dari aku saat mati lampu?" Ungkap Arsyam menggunakan bahasa Makassar.

Tiga AnagapesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang