06. Fanya Olivia Aldebaran

26 5 0
                                    

Happy reading...
.
.
.

Fanya pov:

Ini hari kelima gue gak masuk sekolah. Gue yang selalu tegar dan kuat, kini terlihat seperti... entahlah, sekarang gue gak tau. Setiap kali gue ambil cermin yang ada di nakas, pantulan diri gue dalam cermin terlihat pucat. Ini kali pertama gue ngerasain sakit yang sungguh hebat.

Sekarang pukul tujuh pagi. Semua orang telah pergi dan hanya tersisa beberap asisten yang berkerja dirumah ini.

Tok..

Tok..

Tok..

"Masuk aja."

Bi Isa masuk membawa segelas susu dan bubur. Bubur ayam yang sangat wangi dan menjadi makanan favorit gue terasa sangat hambar sekarang.

"Makan dulu ya, Non?"

"Sesuap aja bi," jawab gue dengan suara serak.

Bi Isa hanya mengangguk lalu menyuapkan sesendok bubur beserta lauk nya ke dalam mulut gue.

"Lagi ya Non? Masa Non Fanya yang selalu strong jadi lemes gini?"

Gue tersenyum mendengar penuturan dari bi Isa. "Kan sakit, bi."

"Minum susunya ya, Non. Kalo butuh bantuan, telpon bibi aja. Bibi ada di belakang beres-beres dapur."

"Siap bi!" Gue berusaha tegak dan hormat pada bi Isa. Tapi tidak semudah itu.

Setelah bi Isa menghilang dari ambang pintu, gue mengambil handphone gue. 410 panggilan tak terjawab. Gue menghela nafas. Gue masih gak niat buat menghubungi mereka kembali.

Ting!

Satu notifikasi masuk ke handphone gue. Saat gue lihat, ternyata dari adik gue.

Azril
Online

Kak, lo jgn lupa mkn!
Kalo ada yg trjdi, telpon gw!

Hm

Ada gk yg mau lo pesan klo nnti gw
plng?

Batagor kak Lilis

Ok nnti gw beliin yg bnyk😊

Read..

Gue udah gak sabar banget buat nungguin Azril pulang. Udah lama banget gue gak makan batagor buatan kak Lilis anak bu Yeni yang punya warung makan depan sekolah. Hayalan ku memakan batagor terhenti saat handphone ku berbunyi.

Bi Isa is calling....

"Halo bi?"

"Halo non, ini di depan ada tamu nyari-in non Fanya. Katanya temannya non. Di suruh masuk gak non?"

Siapa yah? Temen gue kan pada sekolah. Apa ada yang bolos? Batin gue. Tapi gak mungkin lah. Mereka kan masih waras, kalo tentang sekolah.

"Iya bi, suruh masuk aja. Bawa ke kamar ya bi."

Habis itu gue menutup telpon. Gue penasaran siapa yang datang. Tapi udahlah, lagian udah mau ketemu.

Ceklek

"Silahkan masuk mas." Gue yang membelakangi pintu merasa bingung. Siapa dia? Kenapa bi Isa manggilnya 'mas'?.

Tiga AnagapesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang