Mau kah kamu mendengarkanku kali ini?
Aku memintamu untuk tidak pergiMenetaplah
Meski harus berpura-pura, tidak apa-apa—seseorang disuatu tempat
☆☆☆
"Lo gak ada niatan sama Diga, Nin? Cocok lho." Silaknat Roy Kusuma.
"Iya, Nin. Diga mah sultan, lo minta helikopter dia bisa kasi jet pribadi. Ya gak, Zi?" Sekarang Ammar bawa-bawa Kanzi membuat delikan Hanin makin tajam.
"Yoi! Terjamin lah kalo sama Diga."
Hanin terdiam. Tak disangka Kanzi menyahut santai tanpa beban. Ditatapnya cowok itu lama, kemudian menghela napas berat karna memangnya sedang mengharapkan apa?
Kanzi cemburu?
Ya kali, Nin!
"Tapi, serahin ke Hanin ajalah. Jangan di ceng-cengin gitu, kasian kalo orangnya emang gak mau." Sambung Kanzi kemudian.
Hanin menahan senyum. Setidaknya, Kanzi masih menghargai perasaannya dan itu lebih dari cukup.
"Gue curiga Hanin udah punya gebetan. Kasi tau Nin, siapa gebetan lo?" Todong Roy tiba-tiba.
"Dihh apaan sih lo?! Maksa-maksa." Hanin jelas keki diserang begitu.
"Tuhkan! Fix nih, udah ada gebetan. Anak mana, Nin? Kelas kita juga?"
"Gue cekek ya, kalo nyerocos lagi!"
Roy mencibir, cowok itu berpindah dari yang tadinya berdiri didepan meja Hanin menuju Kanzi.
"Menurut lo siapa, Zi?" Tanyanya tak puas hati.
Kanzi tertawa, "Yang pasti bukan elo lah!"
Kini, Hanin dan beberapa teman kelas mereka sukses tergelak.
"Ya kali selera nya Hanin kayak Roy! Jauuhhh!" Bibir Awin memuncung lucu, "Kalo Diga masih bisa dibicarakan, Ya Nin?"
Asu! Hanin memukul lengan Awin sebelum tawa garingnya muncul kemudian. Kenapa sih, akhir-akhir ini Diga sering kali dibahas?
"Jangan bilang gebetan lo si Kanzi, Nin!" Celetukan Ammar seketika membekukan senyum Hanin, "Ya tapi gak mungkin lah! Kanzi terlalu astagfirullah buat lo yang alhamdulillah."
Ada tawa sumbang yang terdengar dari bibir Kanzi. Cowok itu melirik Hanin sesaat sebelum ikut mengangguk menyetujui celetukan Ammar.
"UDAH! UDAH! Tenang ya, sekarang tugas selesai nggak selesai kumpulin ke gue." Tea menengahi suasana. Cewek itu melangkah kemeja guru meski diiringi riuh murid lain yang belum menyelesaikan tugas.
Dalam diam, Hanin berterima kasih kepada gadis itu. Menoleh kearah Kanzi yang kemudian tersenyum tipis.
Ammar benar, gebetan Hanin itu Kanzi.
Sudah confess juga.
Kalau teman-temannya tau, dimana Hanin akan menaruh muka?
Buk!
"Aw!"
Hanin yang baru saja keluar dari mejanya segera berjongkok membantu Audra yang terjatuh. Gadis itu terdorong cukup kencang karna desak-desakan mengumpulkan tugas kedepan kelas.
"Gak papa, Dra? Woi pelan-pelan dong!"
"Yesa tuh, Nin. Gak sabaran banget jadi orang," Audra meringis memegangi tangannya yang tak sengaja terinjak. "Sakit banget,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MHS Series #1: Just Feel It
Teen Fiction2023 "Gue gak capek. Karna emang, selama ini gak ngarepin apa-apa." "Padahal tinggal bilang, kenapa malah ngilang." "Harusnya gue gak confess waktu itu." "Makasih, ya. Gue pamit," "Ajarin gue jatuh cinta, bisa?" ◇◇◇ "Don't asking, just feel it." ◇◇◇...