Ini yang terakhir
Aku janjiKarna nanti, jika kamu memintaku kembali
Maaf, aku tak bisa lagi-seseorang disuatu tempat
☆☆☆
Teman-teman sekelas-atas suruhan Zein-kompak tutup mulut atas temuan Roy dan teman-teman hackernya. Zein bilang, Demi menjaga nama baik Diga juga Wulan yang masih trauma. Meski begitu, dia tetap akan berkonsultasi dengan Diga terkait tindakan lanjutan dan mengkonfirmasi apa hubungan Diga dan Wulan.
"Biar gue yang kasi tau Diga."
Hanin tak tau dia punya keberanian darimana untuk bertemu Zein dan mengucapkan kalimat tersebut. Sudah kepalang basah, meski dengan telinga dan pipi memerah karna tatapan jahil Zein, Hanin menyorot cowok itu sungguh-sungguh.
"Kenapa?" Tanya Zein. "Kalo gue yang ngasi tau, dengan lo yang kasi tau, bedanya dimana?"
Hanin tak bisa menjawab. Ada sedikit rahasia antara dia dan Diga terkait kasus Wulan. Jadi rasanya akan lebih afdol jika Hanin saja yang memberitahu Diga perihal ini.
"Sama sih," Hanin tak menampik, tapi ntah kenapa terasa berbeda jika Diga mengetahuinya dari mulut orang lain. Dan Sekaligus dia bisa mencari tau apa mungkin Diga bertemu Wulan sore itu?
"Jadi?"
"Pengen aja." Hanin setengah tertawa, "Gue pengen jadi informan gitu Zein. Izinin lah sekali-sekali,"
Zein menatap Hanin dengan kerutan didahi. Menerawang sejenak, cowok itu mengalah dengan satu syarat.
"Kalo ada informasi apapun, kasi tau gue. Sekecil apapun itu,"
Hanin mengangguk cepat dengan senyum merekah, "Oke."
Ditepuknya pundak Zein sebelum berlalu dari hadapan cowok itu. Zein menyusul langkah ringannya tak lama kemudian. Sesekali bergurau disepanjang koridor, semua jelas tau ada sesuatu diantara mereka.
Pada tatapan Zein yang seringkali jatuh pada gadis disampingnya.
Pada pandangan Hanin yang sama sekali tak terusik.
Dan juga pada debaran sederhana yang mengisi dada salah satu diantara mereka. Semua tau itu siapa.
Ah, cinta sepihak memang se kejam itu, ya?
"EH, NIN!"
Kepala Hanin berputar memastikan siapa yang memanggilnya. Bibir berpoles lipbalm tanpa warna itu tersenyum manis melihat Kanzi berlari menghampiri dengan jersey basket dipundak.
"Mau ikut nonton basket kesekolah sebelah nggak?" Tanya cowok itu.
Hanin mengernyit, "Kapan?"
"Sekarang. Harusnya nanti sore, tapi gak tau kenapa mereka mintanya siang ini."
"Lo gak ikut?" Tanya Hanin pada Zein. Cowok itu sama sekali tak memberitahu apa-apa padanya.
Zein menggeleng, "Gue absen kali ini, Nin. Biar anak baru yang turun,"
"Mau pergi nggak?" Kanzi kembali mengalihkan atensi Hanin. "Kalo mau, bareng gue. Lo juga Zein, kita butuh suporter."
Hanin jelas mengangguk cepat. Dia suka menonton permainan basket, dan dia juga suka pergi dengan Kanzi. Masa iya ditolak?
"Ayo!"
Ketika Kanzi menarik lembut lengannya menuju parkiran, Hanin tidak bisa berbohong pada perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MHS Series #1: Just Feel It
Teen Fiction2023 "Gue gak capek. Karna emang, selama ini gak ngarepin apa-apa." "Padahal tinggal bilang, kenapa malah ngilang." "Harusnya gue gak confess waktu itu." "Makasih, ya. Gue pamit," "Ajarin gue jatuh cinta, bisa?" ◇◇◇ "Don't asking, just feel it." ◇◇◇...