16

1 1 0
                                    

☆☆☆

Sudah Hanin duga.

Dari pagi sampai jam terakhir, dia menjadi trending topik dikelas. Bermacam spekulasi simpang siur membahas hubungannya dengan Diga.

"Kayaknya pacaran deh,"

"Masih pdkt sih kalo menurut gue."

"Hebat ya Diga, Hanin kan temboknya tinggi banget kalo sama cowok."

"Dari kelas sepuluh gak pernah liat Hanin deket sama cowok, sekali deket langsung sama Diga."

"Ini siapa yang melet siapa, ya?"

"Cocok sih. Tadi pagi gue sempet liat, kayak pasangan idol korea."

Hadeuhhh, udah sampe kemana-mana ternyata.

"Lo sama Diga tinggal diciduk dispacth aja, Nin." Tea tertawa. "Dating terplot twist tahun ini. Ngalahin Jisoo sama Bo Hyun."

Hanin memamerkan senyum kering. Memijat pelipis yang mendadak berdenyut. Dia selalu begini saat selesai berolahraga.

"Pusing?" Tanya Tea, "Gue udah bilang jangan lo paksain kalo gak kuat. Nyakitin diri sendiri yang ada,"

Cewek itu bergerak cepat membantu Hanin berdiri. Memapah perlahan menuju ruang kesehatan.

"GA!"

Hanin yang memejam mata sembari berjalan berusaha membuka kelopak mata. Meski terasa berat, dapat ia lihat Diga menghampiri mereka setelah dipanggil Tea.

Drama apalagi setelah ini?

"Hanin pusing. Dia emang sering begini kalo abis olahraga, lo bisa gendong bawa ke uks?"

Hanin buru-buru mengangkat tangan. "Gue masih bisa jalan, Te."

"Tapi lo sempoyongan gitu."

"Gue bilang-"

Bibir Hanin terkatup rapat. Ntah bagaimana tubuhnya terasa melayang dan dalam sekejap berada didekapan Diga.

Hanin melirik Tea yang sempat terdiam sebelum bergerak menyusul. Menyimpan senyum melangkah dengan girang.

"Gue masih bisa jalan sendiri padahal," bisik Hanin didada Diga.

"Merem," Diga mendorong pintu UKS dengan bahunya. "Jangan bangun, sebelum gue balik."

Setelah membaringkan Hanin dibrangkar, Diga pergi ntah kemana. Tak lama, Tea menyusul disertai Awin dan,

Kanzi.

"Pulang duluan aja ya, Nin? Gak papa kok kata pak Heru. Bel pulang juga bentar lagi bunyi,"

Hanin menggeleng, "Gak papa, Te. Gue baik kok, udah gak pusing juga."

"Tapi gue yang pusing liat lo kayak gini." Tea berdecak, "Pulang aja ya? Dianter Kanzi."

Kanzi mendekat. Berusaha membantu Hanin turun dari brangkar sebelum pintu uks terbuka cukup kuat dengan Diga disana.

Cowok itu membawa barang-barang Hanin ditangannya. Tas, paper bag yang berisi seragam ganti, dan beberapa buku pelajaran.

Hanin jelas saja tertegun. Diga pergi untuk mengambil benda-benda itu?

"Kuat jalan?" Tanya Diga. Mendekati brangkar Hanin menggeser Kanzi secara halus. "Mau gendong depan atau belakang?" Wajahnya serius ketika bicara.

Hanin spontan tersedak. Menggeplak bahu cowok itu cukup kuat. Meski wajahnya memanas malu.

Apaan sih Diga?!!

"Bukannya lo ada tambahan ekskul? Hanin biar gue yang urus." Kanzi memaksa Diga bergeser. Menggapai bahu Hanin untuk turun dari brangkar, "Bisa jalan, Nin?"

MHS Series #1: Just Feel ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang