07. Lantunan Ayat

68 18 0
                                    

مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَ عَلَّمَهُ
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya.”

🗡️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🗡️

    Menghafal setiap kalamnya mungkin terdengar cukup mudah dan gampang. Tapi ketahuilah! Bahwa mengulang hafalan itu yang sulit dan butuh kesabaran yang ekstra. Sejatinya penghafal Al-Qur'an itu adalah ia yang bisa mengamalkan setiap ilmu di dalam Al-Qur'an bukan cuma menghafal 30 jus tapi kelakuannya tidak bisa di jaga. Tak jarang banyak para penghafal yang malah ikut zaman yaitu pacaran sebelum halal bahkan lebih mirisnya lagi mereka malah ikut joget-joget di depan media sosial.

         Saya menghafal Alquran sekitar dari sepuluh tahun lalu. Saya mencoba mengamalkan semua apa yang ada di dalamnya. Setidaknya saya tidak terlalu hina untuk mendapat gelar tahfidz ini.

       Kali ini saya tengah sibuk mengulang hafalan saya di depan pak kyai. Meskipun saya ini ustadz tapi ilmu saya masih belum mencapai titik waro'nya akhirat.

      "MasyaAllah Semoga Allah menjagamu dan hafalanmu nak, nggak salah Abah telah mengangkatmu sebagai calon menantu Abah" jelas pak kyai sambil mencium ubun-ubun saya dengan tetesan air mata yang mulai turun dari kedua pelupuk matanya. Saya menunduk lalu mulai mencium tangan beliau ta'dim.
     
      "Nak apakah boleh acara akadnya Abah majukan?" tanya beliau secara tiba-tiba, saya terlonjak kaget, terlalu cepat. Saya saja baru mengumpulkan uang buat mahar Ning Nara masih terkumpul tiga puluh juta.
Saya terdiam cukup lama, mendengarkan setiap nasehat baliau.
    
        "Tidak baik menunda-nunda niat yang  sudah serius nak, Abah takut kamu sama Nara nantinya akan menimbulkan fitnah jika tidak segera di ikad dalam akad" seru beliau, saya mengeluarkan nafas pelan sembari mengangguk mantap.

        "InsyaAllah tujuh hari lagi saya akan melangsungkan akad dan menghalalkan Ning Nara pak kyai," jelas saya, beliau mengangguk sambil tersenyum ramah.

        "Laki-laki serius itu tidak butuh waktu lama dan alasan semata, dia hanya butuh hati nurani yang bisa menunjukkan letak kesetiaannya" tutur beliau.
Saya kembali mengangguk lalu mulai mencium tangan beliau dan berpamid pergi sambil mendekap mushaf Al-Qur'an ke sayangan saya.

      Di tengah jalan saya tengah berpapasan denga Afan. Dia sedang menjewer telinga santri iddadiyah yang tengah bermain.

       "Ustadz jahat!!" tangis Arifin sambil memberontak ingin pergi dari jeweran Afan. Afan terus menggeleng sambil memarahinya habis-habisan.
Saya menghampirinya lalu menyuruh Afan agar melepas jewerannya dari telinga Arifin.

ZulfikarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang