08. Salam Rindu

72 12 1
                                    

Halo guys kalian tahu cerita ini dari mana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo guys kalian tahu cerita ini dari mana?

Yuk baca novel sambil belajar!!

🗡️

(Sebutkan nama orang yang dicintai) dia membalas cinta kamu". Lakukan hal tersebut sebanyak 311 kali. Setelah membaca surat Al-Fatihah sebanyak 311 kali, kemudian bacalah surat Al-Insyiroh sebanyak 11 kali.

       Tiga hari lagi adalah proses dimana saya ingin menghalalkan Ning Nara, demi Allah. Badan saya terasa panas dingin, jantung saya tak henti bedetak kencang, selama tujuh hari terakhir saya sering kali latihan mengucapkan ijab Qobul. Begini saja sudah ketar-ketir bagaimana lagi pas hari jadi?.

      Tidur saya terganggu, pola makan saya hancur akhir-akhir ini, bukan masalah takut untuk menghalalkan Ning Nara tapi ini menyangkut tentang perjanjian saya pada Allah yang di saksikan oleh beribu-ribu malaikat.

Saya takut saya tidak mampu untuk mengemban amanah dari pak kyai tapi di sisi lain saya juga tidak ingin terlalu lama membiarkan bidadari yang selama ini saya tungggu malah di biarkan sendiri.

Dengan kedua mata yang menggambarkan sorot kelelahan, saya beralih melangkah menuju kamar mandi lalu mulai mengambil wudhu'. Saya tersenyum kala mengingat ucapan rindu itu terlontar dari bibirnya.

Flash back

      Di tengah sibuknya kegiatan pesantren Tampa sadar saya menemukan Seorang wanita tengah duduk di kursi panjang di depan dhalem, awalnya saya ragu untuk menghampirinya tapi dengan niat bismillah saya melangkahkan kaki saya menuju kursi itu lalu mulai menunduk. Saya tahu wanita itu adalah calon istri saya, wanita yang selalu saya minta pada Allah agar bisa menjaganya dalam ketaatan.

       Dua sampai tiga menit saya masih diam, saya tipekal laki-laki kaku yang tidak mahir dalam bergombal.

         "Khemmm" saya berderham sebagai tanda awal untuk memulai pembicaraan, dia masih menunduk, pandangan itu yang selalu saya kagumi, pandangan yang tak pernah dia relakan untuk melihat laki-laki yang bukan mahramnya. Niqob yang menjadi mahkotanya selalu membuat saya yakin kalau dia adalah wanita yang telah Allah tuliskan di lauhul Mahfudz saya.

         "Tinggal tiga hari lagi ya!" ucap saya kaku sambil menatap lurus ke depan, jarak antara saya dengannya berkisar sepuluh jengkal tangan.

Dia mengangguk saya yakin dia pasti tengah menyimpan berjuta senyuman di balik kain niqob itu.

         "Kamu nggak ikut feeting baju?" tanya saya beralih topik, terkadang saya meretuki diri saya sendiri kenapa sebelum bertemu dengannya saya tidak pergi ke Afan dulu buat belajar ngomong sama wanita? Kalau gini kan saya yang kaku seperti es.

ZulfikarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang