Alhamdulillah atas izin dan ni'mat dari Allah aku bisa kembali public cerita ZULFIKAR.
Kalian greget nggak sama cerita ini?
Gimana-gimana? lebih suka tokok AISYAH atau NING NARA?
🗡️
"Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara." (HR Bukhari)
🗡️
Suasana pondok pesantren masih panas-panasnya membicarakan tentang pernikahan saya dengan Ning Nara. senyum teduh itu mulai terlukis di wajah saya. saya kembali duduk bersila sambil mengambil kitab kuning yang berjudul siroh nabawiyah dan mulai mutholaa isi didalamnya. Gedoran pintu kamar terdengar cukup nyaring, saya mengerutkan kening bingung.Siapa datang malam-malam begini?
Dengan langkah santai. Saya menghampirinya lalu mulai membuka pintu itu.
Kedua mata saya menyipit curiga saat menyadari kalau sosok yang menggedor pintu saya adalah Afan.
"Ada apa Fan?" tanya saya bingung. Afan menyengir tidak jelas sambil meminta izin pada saya agar memperbolehkan dirinya untuk masuk ke dalam kamar saya. Saya mengangguki ucapannya.
"Ustadz gimana perasaan Ustadz sebelum menuju akad?" tanya Afan secara tiba-tiba. Saya menatapnya lekat lalu mulai tersenyum tipis.
"Kenapa nayain itu Fan? nanti juga bakal kamu alamin sendiri," jelas saya, wajah Afan berubah tidak mood.
"Ya kan Ustadz Ghazii yang mau nikah bentar lagi," seru Afan, saya terkekeh kecil.
"Ustadz hebat! bisa dapetin Ning Nara," sorak seseorang dari balik jendela, saya dan Afan sama-sama menoleh lalu mulai menatap antara satu sama lain.
"Kamu bawa teman ke sini Fan?" tanya saya dingin, Afan terkekeh kecil sambil mengangguk.
"Siapa?" tanya saya to the poin.
"Biasa ustadz Circle saya,"
"Hadar atau Iky?" tanya balik saya, An menggaruk tenguknya yang tidak g
"Semuanya Ustadz," saya menggeleng-gelengkan kepala lalu mulai membuka pintu kembali.
"Ngapain di sana? masuk," seru saya, Hadar dan Iky bertos riah lalu mereka mulai mengikuti langkah saya ke dalam kamar.
"Wih rapi benar kamarnya, andai kamar kita kek gini gue jamin hama tikus itu nggak akan ada," seru Iky sambil melihat-lihat isi kamar saya penuh dengan ke kaguman.
"Ceplas-ceplos tuh mulut, mana ada hama tikus? yang ada hama air liur lo!" sentak Hadar tak sabaran. Saya tersenyum kecil, biarkan mereka mengoceh asalkan saya tidak terlibat di dalamnya.
"Ustadz bagi amalan buat dapetin calon istri Spek Ning Nara dong," jelas Iky sambil memohon.
"Ngghe bener, saya juga mau dapetin Syarifah soalnya tadz," tambah Hadar.
"Syarifah? ngaca brother lo itu cuma ikhwan bukan Habib!" ejek Afan, Iky dan Afan terus tertawa keras, mereka berdua memang hobi tertawa alias mood selalu baik jika mengejek Hadar.
"Kan jodoh nggak ada yang tahu!" ucap tak mau kalah Hadar.
"Hadar, jangan mencoba memantaskan diri jika kamu sendiri tahu kalau kamu itu tidak pantas, masalahnya gini, jodoh memang tidak ada yang tahu, cuma Allah yang tahu tapi sadarlah jika kamu mengharapkan ingin berjodoh dengan Syarifah resikonya itu besar. Kalian tidak sekufu, dan jalur nasab keturunan Syarifah itu nanti akan terputus jika menikah dengan selain Habib pula," jelas saya, Hadar menunduk.
"Noh dengerin! jangan merusak nasab mereka. Kalau udah tahu cuma orang biasa nddak usah pakai cara nekat buat jadi suaminya Syarifah, emang lo siap Insecure sama keluarganya?" tambah Iky sewot.
"Nih kayak kisah cinta gue yang beda agama, senggol nih bos!" ucap bangga Iky, tapi dua menit kemudian wajahnya berubah sendu.
"Masjid sama gereja boleh berdampingan tapi apakah pantas jawaban Assalamualaikum itu bisa di jawab salom?" tanya saya, Iky berubah dramatis, dia memegangi jantungnya.
"Tragis banget kisah lo Ky, mending cari yang seiman!" tambah Afan bijak. IKy menatapnya malas.
"Yang seiman masalahnya nggak seaamiin, gue doain dia, terus dianya malah doain laki-laki lain ya rugilah gue Fan," tegas Iky, saya menggeleng kecil.ka
"Tidak ada kata rugi untuk saling mendoakan umat islam Ky," ucap saya, Iky mengangguk kecil.
"Mending kayak gue jomblo!" tambah Afan sambil di iriingi dengan hempasan nafasnya kasar.
"Lo mah bukan jomblo tapi nggak laku," seru Iky sambil tertawa lepas.n
"Mulut tuuh bisa nggak sih nggak usah sewot?" tanya geram Afan sambil menabok pipi Iky cukup keras.
"Sakit be_" ucappan Iky tertahan dengan lirikan tajam saya.
"Kamu bilang apa?" tanya sayng a yang berhasil menangkap basah Iky yang ingin berkata kasar. Iky menggaruk kepalanya sambil menggeleng.
"Be_beta" jawabnya gelapgapapan.
"Bohong Ustadz, dia tadi mau bilang Bego, iya kan? ngaku lo!" sentak Afan.
Saya mengeluarkan nafas kasar.
"Iky, Afan jongkok lima puluh kali sambil baca istigfar!" tegas saya.
"Lah kok saya juga ikut Ustadz kan yang bilang bego itu Iky," ucap tak terima Afan.
"Gue cuma bilang Be, kan lo yang memperjelas!" sambung Iky.
"Intinya kalian berdua salah, yang benar cuma gue!" ucap Hadar ikut menimpali.
"Hadar kamu juga ikut jongkok!" tambah saya, Hadar menatap saya bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Kok saya juga tadz?" tanyanya.
"Karena lo tadi sombong!" ucap Afan dan Iky bersamaan.
"Gue juga yang kena!" bisik Hadar kecil.
Saya lihat mereka tengah berjongkok berulang kali sambil melafalkan istigfar. Kenapa saya harus menghukum mereka? Supaya mereka tidak terbiasa mengucapkan kata-kata kotor dan sombong lagi. Dua jalan yang menyesatkan dan mendekati tingkah laku setan. Terkadang mereka meremehkan kata-kata kotor dan malah menjadikannya sebagai bahasa santai untuk mengumpat orang. Padahal resiko dari mengatakan ucapan kotor adalah memperberat timbangan amal seseorang nanti di hari kiamat.
YUK VOTE!!!
JANGAN LUPA MAMPIR DI INSTAGRAM : FATIMALHANFI
BELAJAR PLUS HIBURAN!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Zulfikar
عاطفيةNama saya Zulfikar Shofwah Ghazi. Umur saya 23 tahun, saya adalah Ustadz muda yang terkenal cukup galak, kaku bahkan tidak suka dengan keramaian. Entah dosa apa yang saya lakukan sampai-sampai Allah memberikan ujian paling berat pada saya, yaitu...