Bagian 27

103 6 1
                                    

Dengan niat yang tulus ingin memperbaiki hubungan antara ia dan Bachira, Utahime kini berjalan menuju tempat dimana ia akan menemui nya. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah dan Utahime sengaja datang lebih awal.

Heaven grave, tempat pemakaman

Sebuah tulisan di gerbang yang besar, Utahime berkali-kali memeriksa alamat yang Nanami berikan kepada nya, bertanya pada orang sekitar dan ternyata benar.

Utahime tidak menyangka maksud dari Bachira menemui ayahnya itu disini. Ia tidak yakin untuk masuk ke dalam karena tidak tau nama ayahnya jadi si raven memutuskan untuk menunggu Bachira di depan gerbang masuk.

Sudah sepuluh menit ia menunggu namun Bachira belum kunjung tiba hingga ada seseorang pak tua menghampiri Utahime.

"Permisi, ada yang bisa aku bantu, Nona? Aku melihat mu sejak tadi seperti mencari seseorang" ucap pak tua itu

"Oh tidak ada, aku sedang menunggu temanku"

"Teman mu sering kesini? Siapa namanya?"

"Iya, namanya Bachira"

Pak tua itu tersenyum ramah "Ia sudah datang satu jam yang lalu, apa ia tidak memberi tau mu?"

"Tidak"

"Ia berada di blok A, kau pasti bisa menemukan nya karena hanya ia yang sering berkunjung di blok itu"

"Terima kasih pak, kalau begitu aku masuk"

"Silahkan"

Dengan langkah ragu Utahime memasuki gerbang dan mencari blok A ternyata benar ia melihat ada seorang yang sedang berdoa didepan makam dan orang itu Bachira, Utahime menghampiri nya perlahan, menunggu nya selesai sambil melihat tulisan yang tertera di nisan itu.

Beristirahat dengan tenang,
Penyelamat ku
Ayah
'Seishiro Meguru'

Setelah membaca tulisan itu Utahime merasa tidak asing dengan namanya seperti pernah mendengar nya.

"Kau?" Ucap Bachira terkejut setelah membuka matanya, Utahime yang menyadari itu juga ikut terkejut "Dari mana kau tau aku disini?" Tanya nya

"Apa itu penting?" Sahut Utahime membuat Bachira terdiam dan tidak menatap wajahnya lagi.

"Hei, mempermainkan perasaan orang itu.. seperti apa rasanya? Aku penasaran, apakah itu hal yang sangat menyenangkan?" Tanya Bachira yang seperti sarkasme

"Bi-biarkan aku-"

Drrtt drrtt

Ponsel milik Utahime bergetar didalam saku celananya dan ia segera mengambil lalu melihat nama Satoru tertera di layar ponsel nya.

"Pergilah, kekasih mu akan marah jika kau dekat dengan ku" usir Bachira pelan seakan ia tau siapa yang menghubungi si raven.

Namun Utahime tidak mengangkat dan memasukkan kembali ponselnya, ia mendekat dan menarik wajah nya agar laki-laki itu melihat nya. Membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya, tentu Bachira terkejut dengan perlakuan Utahime terhadap nya.

Terjadi adu iris mata diantara keduanya masih diposisi yang sama.

"Aku minta maaf atas perilaku buruk ku terhadap mu... Aku salah, seharusnya aku tidak melibatkan mu, aku.. aku hanya memikirkan perasaan ku saja tidak menyadari betapa hancurnya dirimu, Bachira. Aku minta maaf" Utahime sedikit gemetar di kalimat terakhir nya

Bachira mengangkat wajah Utahime lalu mengusap airmata nya yang sudah mengalir "Ingat saat terakhir kali kukatakan aku membenci mu?" Utahime mengangguk pelan "Aku bohong, tentu saja"

Utahime kembali terisak mendengar sesuatu yang ia ingin dengar yaitu Bachira benar-benar tidak membenci nya.

"Saat itu aku sengaja mengatakan nya agar bisa menjauh dari mu, Hime. Namun ternyata aku salah, seperti pelangi yang kehilangan warnanya semua seolah menjadi abu-abu. Tanpa arah, tanpa tujuan, tanpa keinginan untuk melakukan apapun. Pandanganku kosong, hanya menatap langit malam ditemani dingin nya udara. Tepat beberapa detik setelah itu aku hanya mampu menghela nafas panjang kemudian bergumam 'Sial, aku jatuh cinta sendirian'. Dalam usaha ku melupakan mu, ketahui saja aku sangat segagal itu, setiap hari aku berjanji untuk tak mengingat mu dan setiap hari pula aku ingkar pada malam.. wajah mu mungkin terlihat samar-samar, namun suara tawa mu masih indah untuk ku kenang"

Tanpa aba-aba Utahime memeluk laki-laki yang berada di depan nya ini. Menenggelamkan wajahnya di dada masih menangis. Bachira membiarkan Utahime memeluk nya, ia mengusap rambut panjang dan menaruh dagunya diatas kepala si raven.

"Seperti pepatah mengatakan orang lama akan selalu menang" ucap Bachira dalam hatinya

Cukup lama mereka dalam posisi seperti itu, Utahime merasa lebih tenang melepaskan pelukan nya.

"Maaf" ucap Utahime dengan suara serak

"Tidak apa"

"Ingin cari tempat?" Tanya Bachira

"Tidak perlu, disini saja"

"Kau yakin?"

Utahime mengangguk "Aku juga ingin bertemu dengan ayah mu" kemudian ia berjongkok dan berdoa.

• • • •

"Ku antar ya?" Bachira menawarkan dirinya

"Tidak perlu, nanti merepotkan mu" tolak Utahime secara halus

"Ayolah, Hime. Ini sudah hampir malam"

Utahime menghela nafas "Baiklah"

Setidaknya hubungan mereka kembali normal setelah percakapan intens diantara keduanya. Namun keberuntungan tidak berada di pihak mereka di tengah jalan yang sepi, mereka bertemu dengan roh terkutuk. Utahime yang menyadari itu menyuruh Bachira untuk mundur karena ia orang biasa.

"Bachira, kau cari tempat berlindung" suruh Utahime

"Ha? Bagaimana dengan mu?"

"Kau tenang saja aku yang akan membunuhnya" saat Utahime berbicara ia tidak menyadari bahwa kutukan itu sudah berada di belakang nya Bachira dengan cepat mendorong tubuh Utahime dan ia yang terkena serangan dari kutukan itu.

"Bachira?!" Teriak Utahime

Laki-laki itu tengah berdiri diantara dua roh terkutuk dengan darah yang mengalir diwajahnya. Utahime berdiri dan berlari menuju Bachira.

"Berhenti disitu, Hime. Serahkan ini padaku" ucap nya yang memberhentikan langkah Utahime.

Utahime sangat ingin membantu Bachira melawan para kutukan itu namun ia tidak bisa bergerak kaki nya seperti tersegel sesuatu.

Ia khawatir dengan Bachira saat ini, laki-laki itu sudah babak belur. Ia sempat terkejut Bachira bisa mengimbangi kutukan itu tapi Utahime tau orang biasa tidak bisa mengalahkan roh terkutuk karena mereka tidak memiliki teknik kutukan untuk membunuh.

"Aku sudah mencapai batas ku, Hime. Aku ingin kau menutup mata mu" ucap Bachira terengah-engah

"Bachira kumohon pergi dari sana"

"Tutup mata mu, Hime!" Teriak Bachira tidak menghiraukan ucapan nya

Utahime dengan terpaksa ia menutup mata nya dan merutuki dirinya sendiri karena lagi dan lagi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Hingga sebuah ledakan terdengar dari udara tapi ia tetap menutup mata nya.

"Utahime" ia langsung membuka matanya dan melihat Bachira berdiri lemas sambil tersenyum

"Aku menang" ucapnya sebelum ia terjatuh

"Bachira!"

To be continued

• • • •

Terima kasih sudah mampir dan membaca

Stay safe and healthy everyone

Five Songs CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang