12

199 13 0
                                    

"oh iya, jiana mana?" tanya ayura tak menyadari ada jiana

"jiana di luar kota, gua sama dia LDR" ucap Alvin

"gua permisi, oh ya na, selamat ulang tahun buat julian" lanjut alvin di anggukan oleh kanaya

"lo masih suka sama alvin?" tanya meyssa

ayura menggeleng. "ya gitulah, di bilang masih ya masih, di bilang gak ya gak" jawab ayura

"di sisi lain gue masih inget kejadian gue nyatain perasaan gue ke dia malah berujung malu gue di omongin, tapi disisi lain nya lagi gue masih suka karena pesona nya" lanjut ayura

"BENER BENER LO YE MANDANG PISIK" teriak becca

kanaya pun menghela nafas. "bec ayura wajar kalo dia masih benci dan soal fisik rata rata semua orang suka mandang fisik, emang lo suka sama arga?" tanya kanaya.

becca? gadis itu terdiam yang di omongin kanaya memanglah benar.

kini meyssa yang angkat suara.

"kebencian emang selalu dateng, kalo lo mau lupain dia gapapa masih ada bian yang nunggu lo" ucap meyssa

bian adalah pacar ayura namun itu hanya sebuah pacar virtual tidak secara langsung saja.

"huftt hidup emang banyak pilihan jadi kita harus milih" sambung nya

.
.
.
.
.

***

.
.
.
.
.

malam ini kanaya dan melia sedang sibuk, ya sibuk membukakan kado kado ulang tahun julian.

hesa? kepala rumah tangga itu sedang meminum kopi nya di balkon rumah sambil memandangi malam.

"papa mana ma?" tanya kanaya

"kamu kayak gatau aja papa mu itu suka banget di balkon" jawab melia

kanaya pun ber oh ria saja.

kedua hening

"aku gak kerasa julian udah 4 tahun, seandainya ntar dia nanya papa nya dimana aku nggak tau harus jawab apa.." gumam kanaya

yang di bicarakan kanaya itu ada benarnya, bagaimana jika nanti pas julian sudah dewasa di tanyakan temannya di mana papa nya?

kanaya tidak bisa bayangin itu semua.

"kalo yang mama rasa kayaknya ntar julian bakalan benci sama kamu atau jeano, kalo benci kamu julian pasti kecewa karena kamu bohongin dia kalo benci jeano ya begitulah" ucap melia

kanaya nunduk dia sangat rapuh ketika julian membenci dirinya.

kanaya menatap langit langit rumah dari kaca hingga beningan air mata nya menetes ke wajahnya.

"aku benci bunda, kenapa bunda bohongin aku? bunda bilang papa itu udah gak ada tapi nyata nya?"

"aku gak mau sama bunda, bunda pembohong"

"bunda jahat"

"ENGGAK" teriak kanaya

"hiks hiks bunda gak jahat, bunda gak pembohong hiks hiks" tangis kanaya pecah.

kanaya membayangkan itu seperti nyata.

hesa yang di balkon pun turun menyamperin keduanya karena teriakan kanaya.

mommy, where daddy? || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang