➿TheRa-09➿

9.6K 1K 81
                                    

Ayo vote, jangan sider, mana tau bisa triple up sebelum jam 12 malam.

JANGAN SIDER! JANGAN, SIDER!

Sider tiada guna, menyusahkan saja untuk pembaca yang rajin vote dan komen.

200 vote dan 50 komen, vote diawal atau diakhir chapter!

Happy Reading

Terhitung sudah 2 bulan Theo bekerja sebagai Bapak susu nya Tera, dan lagipun Theo sudah sangat terbiasa dengan pekerjaan rumah sekalian menggendong Tera kemana-mana.

Dan selama 2 bulan itu pun, sisi keibuan Theo muncul karena dia terlalu mendalami kasih sayang untuk Tera.

Theo masih polos, itu sudah jelas, terlebih Theo selalu menuruti apapun perkataan Dira seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, semua karena Theo tak mau buat masalah.

Sifat Dira pun tak seketus diawal, Dira sangat cerewet dan suka mengomel, tapi ada kala dimana Dira benar-benar pendiam.

Seperti hari ini, Dira tak menelepon Theo untuk sekedar video call tadi siang, Dira juga mengurung diri di ruang kerjanya setelah pulang kerja.

Dira bahkan gak ada minta jatah susu seperti biasa, Dira benar-benar pendiam, biasanya satu hari Dira bisa minum susu selama setengah jam, itu pun satu dada, beda dada yang satunya.

Theo tak merasa tenang karena Dira begitu diam, tak ada godaan atau obrolan mesum andalannya.

Jadi Theo berinisiatif untuk membawakan teh hangat ke ruang kerja Dira, lalu meletakannya di meja.

Theo memegang bahu Dira lalu mengelusnya "Dira kenapa?" Tanya Theo penuh perhatian.

Dira mendongak saat mendengar pertanyaan Theo, tersenyum tipis lalu bersandar dikursi kerja.

"Gue capek banget, The, kerjaan numpuk," adu Dira seraya meraih tangan Theo dan mencium punggung tangannya.

Rona tipis terlihat diwajah Theo, pelan, Theo menangkup pipi kiri Dira.

"Sini aku bantu," usul Theo.

"Boleh, sini duduk." Dira menarik Theo dan mendudukannya di paha, lalu memeluk pinggang Theo erat dan bersandar dibahunya.

Theo tak menolak, dia memang selalu menerima apapun perlakuan Dira, sangat penurut.

"Mana? Sini aku kerjain," pinta Theo, Dira segera memberikan satu amplop berisi berkas yang harus Theo kerjakan.

Theo pun segera mengerjakan pekerjaan Dira sementara Dira asik menggerayangi tubuh Theo, tangannya masuk ke piyama yang Theo pakai.

Mengelus perut ratanya dan naik ke dada b cupnya yang tak memakai lilitan apapun, Dira mengelus puting imut Theo.

"Mhh.." Theo melenguh lirih, tapi dia tetap fokus pada pekerjaannya.

Dira asik mengecup lekuk leher Theo, lalu mendusel lagi dibahu Theo.

"Wangi susu, gue minta susu ya habis ini?" Minta Dira.

"Iya, Dira."

Senyum cerah Dira berikan, dia mencium gemas pipi Theo dan menikmati waktu bersama.

Tapi, Dira masih tak tau apakah Theo menyukainya atau tidak, Theo tak pernah menolak apapun perlakuan Dira, tapi, tatapan matanya bukan tatapan cinta.

Dira harus berusaha lebih keras lagi agar Theo mau membuka hatinya pada Dira.

Itulah kenapa Dira mengajukan kontrak 2 tahun, agar Dira bisa membuat Theo mencintainya, jika tak bisa, maka Dira akan melepaskannya.

"Dira, badan kamu hangat, sakit?" Tanya Theo khawatir saat merasakan dahi Dira di bahunya.

Dira menggeleng pelan "Enggak kok."

"Yakin?"

"Iya."

Setelah pekerjaan selesai, Theo segera menyusui Dira di kamar Theo, berbaring di kasur, dengan Theo yang berbaring dan Dira diatasnya.

Dira asik menyedot susunya dan Theo asik mengelus rambut Dira.

Suasana yang nyaman, hanya saja, masih belum ada kejelasan diantara mereka berdua.

Bersambung

The Man Who Can Lactating [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang