➿TheRa-08➿

10.3K 1K 71
                                    

Semalam cuma bisa double up, tapi gapapa lah, semoga hari ini bisa triple up.

JANGAN SIDER! Sider tiada guna, mending kalian vote aja malau gabisa komen.

200 vote dan 50 komen, vote diawal atau diakhir chapter, gas!

Happy Reading

Tengah malam, Tera terus menangis sampai harus membuat Theo terbangun dan terpaksa menenangkan Tera yang ada di kamarnya.

Theo jelas masih mengantuk, ini saja masih jam 3 malam, dengan langkah lunglai Theo mendekati kasur kecil Tera dan menggendongnya segera.

"Sst, Tera kenapa? Udah, jangan nangis," gumam Theo seraya menepuk pelan punggunh bayi 2 bulan itu dan sesekali mengecup pipinya.

Tapi Tera terus menangis kuat sampai menggema keluar, Dira juga jadinya terbangun karena kamar Dira kan sebelahan sama kamar Tera juga.

Dia berjalan masuk melalui connecting door.

"Kenapa sih? Berisik amat," keluh Dira seraya berjalan mendekat kearah Theo yang tengah menggendong Tera.

Saat Dira berdiri di depannya, Theo langsung menyandarkan dahinya ke bahu Dira, masih ngantuk.

"Tera nangis terus, aku gak tau apa yang salah," lirih Theo seraya menguap.

Dira mengelus punggung Theo lalu mengambil alih Tera dari gendongan Theo.

"Lo tidur aja, biar gue yang urus," ujar Dira.

"Hmm, sini aku susuin dulu," tawar Theo seraya membuka piyamanya dan menunjukan dada b cupnya, kemudian Theo menggendong Tera lagi.

Setelah Tera menyusu selama kurang lebih 10 menit, ternyata bayi 2 bulan itu kembali tertidur lelap, Theo segera meletakan Tera di kasur kecilnya lagi.

"Udah tidur dia, kamu balik ke kamar sana."

"Males." Dira menarik Theo ke kasur dan membaringkannya, lalu Dira ikut berbaring di sebelahnya dan memeluk Theo erat.

Theo tak melawan, dia menghembuskan napas pelan, jantungnya berdebar luar biasa cepat tapi Theo membalas pelukan Dira.

Keduanya tidur dengan nyenyak sampai jam 10 pagi, Dira gak masuk kerja jadinya, tapi ya gak papa sih, kan dia bos jadi suka-sukanya aja mau masuk kapan.

.....

Ini kali pertama Theo mengeluh, karena dia lelah membersihkan satu mansion ini sendirian, mana bersihinnya sambil gendong Tera lagi.

"Aku capek," keluh Theo sedikit merengek pada Dira.

Dira yang tadinya sedang mengerjakan sesuatu di laptop, mendongak dan menaikan sebelah alisnya.

"Kan memang kerjaan lo," jawabnya tak acuh.

"Dira ih, jahat!" Sungut Theo seraya menepuk bahu Dira.

"Kan emang."

"Dira! Serius aku tuh, capek banget tau beresin satu mansion ini, ada 3 lantai, besar lagi."

"Ck, yaudah iya besok gue panggilin maid, susah amat."

Senyum cerah Theo berikan, dia memeluk Dira "Makasih Dira~"

Sial, jantung Dira berdegup tak karuan, dia membalas pelukan Theo dengan senang hati.

"Hm, sama-sama, udah sana urus si Tera."

"Tera lagi bobok, jadi aku ada waktu luang." Theo duduk disebelah Dira, lalu menyandarkan pipinya ke bahu Dira.

Dira membiarkan apapun itu yang mau Theo lakukan, apalagi jantung Dira berdegup gila-gilaan.

"Dira, aku pengen kerja ke kantor lagi," cicit Theo melas.

"Yaudah, tapi setelah itu gaji lo gue potong."

"Loh, kok di potong sih?" Protes Theo pelan.

"Iya lah, gaji di mansion kan 40 juta, kalau lo kerja ke kantor otomatis yang di mansion bakal terabaikan."

Theo merenung sejenak, benar juga apa kata Dira "Yaudah deh, gajadi kerja ke kantor," rengutnya lucu.

Dira tersenyum puas, bagus, teruslah nurut apa kata Dira biar hidupmu aman Theo.

Dira mengecup dahi Theo pelan lalu melanjutkan pekerjaannya di laptop, sementara Theo kini terlihat merah padam.

Baru Dira lah yang mencium dahi Theo selembut itu, bahkan orang tua Theo saja tak pernah menciumnya.

Hanya Dira yang mencium dan memeluknya, itulah kenapa Theo nyaman berada di dekat Dira.

"Dira baik," bisiknya seraya mendusel dilekuk leher Dira.

Dan Dira hanya terkekeh pelan, dia merangkul bahu Theo lembut "Gue baik cuma sama lo," bisiknya penuh goda.

Membuat Theo malu lagi "Dira apaan sih!" Rengeknya.

"Ya itu faktanya."

Boleh gak sih Theo baper? Apalagi kan Dira udah nenen juga sama Theo, berarti Dira harus tanggung jawab ke Theo karena berani nenen ke Theo.

Nah benar itu.

Bersambung

The Man Who Can Lactating [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang