➿TheRa-11➿

8.7K 928 82
                                    

Ayo vote, jangan sider terus, minimal vote kalau gabisa komen.

200 vote dan 50 komen, ayo! Kalau cepat penuh kan bisa double up!

JANGAN SIDER! Sider tiada manfaatnya🙏

Happy Reading

Theo seharian ini tak melihat adanya Nuna di mansion, bahkan cucian hari ini saja tak dikerjakan sama sekali, membuat Theo bingung.

Dira sendiri ada di kantor, biasalah, kerja.

"Apa Nuna izin?" Gumam Theo seraya berjalan menuju kamar ART yang ada di belakang Mansion.

Kebetulan juga Tera lagi tidur, biasa, bayi yang mulai berusia 5 bulan itu lebih suka tidur daripada beraktivitas seperti bayi normal.

Tera tuh, kesehariannya, bangun tidur saat Theo menepuk pantatnya, ya Tera harus dibangunkan baru bangun, kalau enggak, tuh bayi bisa tidur seharian, baru malamnya gak tidur.

Setelah bangun, Tera dimandiin, lalu disusuin, diajak berjemur sebentar di luar baru setelahnya tidur lagi sampai siang, minum susu lagi, tidur lagi, sore bangun lagi lalu minum susu, lalu tidur lagi.

Malam bangun lagi, minum susu lalu tidur lagi.

Begitu terus.

Theo berjalan menuju kamar Nuna dan membuka pintu yang memang gak ditutup.

"Permisi, Nuna-"

Theo terdiam kaku saat melihat isi kamar Nuna, tubuhnya kaku bahkan sampai tak bisa bergerak sedikitpun.

Terlihat jelas banyak sekali foto Theo yang terpajang di kamar, bahkan sampai ke langit-langit kamar.

Ada celana dalam Theo dan singlet Theo di kasur Nuna, lalu gelas bekas Theo pakai.

Tubuh Theo mulai bergetar ketakutan.

"Anda sedang apa, Tuan Theo?"

Jantung Theo langsung berhenti sedetik, Theo menoleh ke belakang dan melihat Nuna baru masuk dari arah taman belakang.

Raut wajah Nuna begitu tenang namun tatapan matanya seperti predator, Theo takut..

"Ooh, anda sudah lihat yah," gumam Nuna seraya berjalan mendekat lalu merengkuh pinggang ramping Theo, Theo terkaku, yang boleh melakukan itu hanya Dira.

Theo tak suka jika ada orang lain yang berani merengkuh pinggangngnya.

"K-kau stalker!" Histeris Theo seraya mendorong tubuh Nuna kuat, Theo segera berlari, hendak kabur, namun Nuna dengan cepat menangkap pergelangan tangan Theo lalu membantingnya ke lantai.

Kepala belakang Theo terbentur keramik, membuat Theo mengerang penuh kesakitan, bahkan matanya berair.

Nuna mengukung Theo dan menatapnya dingin "Anda ini, nakal ya, masuk ke kamar saya sembarangan," bisik Nuna seraya membuka kancing kemeja Theo dan melihat lilitan kain di dada Theo.

Theo meronta kuat "Lepasin! Minggir gak!" Jerit Theo marah, dia berusaha mendorong Nuna namun wanita itu lebih kuat.

Nuna menyeringai lebar, melepas lilitan di dada Theo dan memperlihatkan dada b cupnya.

"Akhirnya, benar dugaan saya, anda bisa mengeluarkan air susu, hahahaha bagus sekali, dengan begitu anda bisa saya jadikan alat penghasil uang! Anda tau sapi perah? Anda akan saya jadikan sapi perah di peternakan ilegal saya," kikik Nuna gila.

Theo pucat, peternakan ilegal yang Nuna maksud adalah peternakan dimana manusia yang bisa menghasilkan susu lebih, akan dijadikan sapi perah.

Tak perduli itu pria atau wanita, selagi dia bisa menyusui, maka dia berguna.

"Anda akan saya jadikan, sapi perah paling cantik, hihi." Nuna mengelus dada Theo dan merematnya kuat, sampai susunya muncrat.

"Akh! Sakit brengsek!" Maki Theo, Dira saja tak pernah meremat dada Theo terlalu kuat.

Dira selalu berhati-hati dan lembut, walau kalau udah nenen gak pake otak, sampai satu jam lebih.

Theo tak bisa seperti ini, tatapan mata Theo tertuju pada cangkir kaca yang ada di lantai kamar Nuna.

"Dan sebelum anda saya jadikan sapi perah, saya mau mencoba tubuh anda dulu," bisik Nuna dengan seringai jahat.

Theo tak mau membuang waktu, dia meraih cangkir itu dan langsung menghantamkannya ke kepala Nuna.

PRANG!!

Suara pecahannya terdengar jelas, darah mulai bercucuran dari kepala Nuna.

"Aaakh! Dasar jalang sialan!" Jerit Nuna kesakitan, Theo segera mendorong tubuh Nuna dari atas tubuhnya, kemudian Theo berjalan cepat meninggalkan Nuna.

Namun wanita itu justru mencengkram kaki Theo.

"Anda tidak bisa lari!" Seru Nuna mengerikan.

Theo gemetar, dia langsung menginjak dada Nuna dan menjambak rambutnya, kemudian Theo hantukan kepala Nuna ke lantai.

Berulang kali, sampai tulang kepala Nuna retak.

Nuna berteriak kesakitan, darah mulai mengotori lantai.

Theo melepas jambakannya saat Nuna tak bergerak, bahkan tak bernapas, tatapan mata Theo menjadi penuh teror.

Theo menunduk menatap tangannya yang berdarah, darah Nuna.

"A-aku habis bunuh orang?" Racau Theo takut.

Theo panik, dia segera berjalan meninggalkan Nuna disana lalu Theo membersihkan bekas darah di tangan dan pakaiannya.

Theo harus menunggu Dira pulang, Theo takut..

Bersambung

The Man Who Can Lactating [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang