➿TheRa-05➿

12.1K 1.2K 89
                                    

YEAY DOUBLE UP! Besok pagi kalau ini penuh, aku up lagiiii.

Semoga besok bisa double up juga!

JANGAN SIDER! Sider tiada guna jadi lebih baik kalian vote aja😘🙏

200 vote dan 50 komen, vote diawal atau diakhir chapter, GAS!

Happy Reading

Theo tremor, ini hari dimana dia akan menyusui bayi manusia, iya bukan bayi kingkong kaya Dira semalam, ini beneran bayi.

Altera sudah Dira jemput dan saat ini, jam 11 siang, Dira dan Theo gak kerja karena harus fokus sama Altera, karena ini pertama kalinya sejak orang tua Tera meninggal, Tera bisa mendapatkan susu selain susu formula.

"Geter tangan lo, lemah," cibir Dira saat melihat Theo menggendong Tera namun tangannya terlihat bergetar.

Theo menatap Dira sebal "Y-ya maaf, aku gak pernah gendong bayi," gerutu Theo.

"Lo bilang bisa nyusui bayi, bohong kan lo?"

"Ya enggak bohong sih,"

"Terus apa kalau gak bohong? Tipu-tipu?"

Theo menggeleng "Itu bukan bohong, tapi enggak jujur," gumam Theo seraya membuka kancing kemejanya lalu menjulurkan puting pink imutnya ke bibir mungil Tera.

Namun Tera menolak, dia mulai merengek dan menangis.

Membuat Theo panik "Dira, gimana ini!? Dia nangiiiis!" Pekik Theo yang keceplosan menyebut nama Dira.

Dira mengerjab pelan, dia merasa jantungnya berdebar kuat saat mendengar namanya dipanggil tanpa embel-embel Buk.

Dengan senyum agak salting, Dira mendekat lalu menggendong Tera.

"Diem lo, gausah nyusahin gue ya, ini udah gue datengin bapak susu buat lo, nurut atau gue buang lo ke panti," ketus Dira pada Tera.

Bayi 2 bulan itu semakin menangis saat mendengar suara Dira.

"Iih kamu ini, bukan gitu cara ngomong sama bayi!" Kesal Theo seraya menarik Tera dan menggendongnya lagi, mengelus pipi Tera dan menenangkan bayi tersebut.

Dira mendengus, dia bersidekap dada.

"Lebay banget, lo masukin aja puting lo langsung ke mulut dia, biar diem," usul Dira.

"Mana bisa gitu, Dira."

"Bisa tau, coba aja."

Theo pun bodoh, sama-sama bodoh nya kalian berdua ini.

Dia memasukan puting imutnya ke mulut Tera agak paksa dan bayi itu pun berhenti menangis, lalu mulai menyedot susu yang ada di dada Theo.

"Nah lo, diem dia kan," cetus Dira.

Theo mengulas senyum cerah "Dia mau nyusu, hehe, susu aku manis kan Ra? Semalam kamu kan udah nen," ceplos Theo begitu polosnya.

Dira tertohok, dia berdehem pelan.

"Susu lo hambar," jawab Dira kalem.

"Ih, masa sih.."

Dira menggeleng pelan, dia memilih untuk menyiapkan makan siang selagi Theo duduk di sofa dan nyusuin Tera.

Setelah makan siang tersaji, Dira kembali ke ruang tv dan melihat Tera sudah tertidur lelap di gendongan Theo, namun bayi tak melepaskan puting Theo dari mulutnya.

"Lo belum makan siang," ujar Dira.

Ringis pelan Theo berikan "Ya gimana, Tera baru tidur, nanti kalau dilepas dia nangis lagi," cicit Theo melas.

Dira merotas matanya malas, dia segera meraih piring berisi nasi dan lauk, kemudian duduk disebelah Theo, dan menyuapkannya makanan sesendok demi sesendok.

Theo agak ragu sebenarnya "Aku makan nanti aja," tolak Theo pelan.

"Berani ya lo nolak gue, gue kan bos lo, disini lo juga harus nurut, gue bakal buat surat perjanjian nanti malam, lo harus tau apa aja kerjaan lo disini," ketus Dira.

Theo menghembuskan napas pelan, ya, Dira tetaplah wanita arogan dan penuh dominan.

"Iya, maaf," gumam Theo seraya menerima suapan Dira dan memakan makan siang dengan tenang.

Mereka seperti keluarga kecil ya kalau dilihat-lihat.

Hanya saja posisinya terbalik, tapi tak apa, berbeda itu indah.

Setelah makan siang dan Tera dipindahkan ke box bayi, Theo bersiap untuk memakai kembali kemejanya, namun kalah cepat karena Dira sudah mendorongnya ke sofa.

"Dira-"

"Sst, diem deh, gue mau nyusu juga, enak aja Tera doang," kesal Dira kemudian meraup puting kanan Theo dan menyedot susunya.

Theo bergetar pelan, dia menggigit bibir bawahnya pelan "Umh..pelan aja..jangan digigit," bisik Theo lemas.

Dira menjilat puting Theo, seolah memainkannya, membuat Theo merengek.

"Jangan dimainin gituuu, geli tau," protesnya lirih.

Tapi Dira tak perduli, dia meremat dada kiri Theo dan menyedot puting kanan, sensasi itu membuat Theo memekik kuat.

"Aaakh! Diraaaaa! Jangan diremet dada aku!" Pekiknya dengan wajah yang sudah merah sampai ke leher.

Tapi Dira abai, dia hanya mengedipkan mata kanannya dan mengulas seringai penuh kesombongan.

Membuat Theo kesal, dia menepuk pipi Dira pelan "Udah minum aja, gausah seringai-seringai," omela Theo halus.

Dira mengangguk, keduanya berakhir tidur siang di sofa dengan Dira yang memeluk pinggang Theo dan masih menyusu, dan Theo sendiri memeluk Dira seolah membiarkannya.

Benar-benar cocok ya, hehe.

Bersambung

The Man Who Can Lactating [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang