➿TheRa-23➿

5.7K 680 69
                                    

7 chapter lagi end! Kayanya nanti pas puasa, aku bakal tetap update kaya biasa ya, cuma untuk part-part agak vulgar bakal update malam.

Ini lapak bakal end sebelum puasa kayanya, terus setelah end, tentu aku bakal LANJUT BUAT CERITA BARU MUAHAHAHAHAHAHAHAH!

Ekhem, boleh kasih saran gak? Aku rencananya mau buat cerita baru lageh.

Gimana guys?

200 vote dan 50 komen, gas!

Happy Reading

Hari ini Theo lagi di taman kota, sama Tera juga, rencananya Theo cuma bawa Tera ngelukis biasa di taman, sore-sore sejuk ya kan.

Tera selain pintar matematika, bayi 2 tahun itu juga pintar menggambar, walau gambarannya masih agak abstrak.

Tapi bagus kok, biasa Tera suka gambar wajah Papa Theo sama Mama Dira gitu.

Theo sibuk membentang alas dibawah pohon rindang yang ada di pinggiran taman, mereka sengaja berdekatan dengan jalan dan parkiran.

Jadi biar dekat kalau mau ambil barang dari mobil.

Tera bertepuk tangan dengan riang saat Theo meletakan alat-alat lukis milik Tera, seperti kanvas berukuran sedang, lalu tempat cat-cat warna dan kuas lukis.

Semilir angin begitu menenangkan, Dira tak ikut karena masih kerja, katanya juga bakal pulang malam, jadi Theo sama Tera hanya berdua saja.

"Papa, biskuit Tera mana? Tera mau biskuit," pinta Tera dengan polos sambil menadahkan kedua tangan mungilnya kearah Theo.

Senyum hangat Theo berikan, dia mengelus rambut halus Tera "Masih di mobil, biar Papa ambilin, Tera disini aja ya."

Tera mengangguk riang, dia menunjukan ibu jari mungilnya pada Theo.

"Papa sekalian mau ambil cemilan dulu di mobil, Tera tunggu disini ya, jangan kemana-mana," ujar Theo sembari beranjak dari alas duduk mereka kemudian berjalan menuju parkiran.

Bentuk tamannya itu, lumayan luas, ada trek lari dipinggir dalam taman, posisi Tera dan Theo tepat didekat parkiran dan jalan masuk taman.

Karena posisi itu paling sepi, sebab orang lebih suka di bagian dalam taman dibanding bagian pinggir.

Tera asik melukis-lukis langit dengan cat warna biru dan jingga dibagian bawah, dengan telaten Tera mempadukan kedua warna itu seolah menjadi langit kesorean yang indah.

Theo masih sibuk mengambil tas cemilan.

"Tera!"

Tera mendongak, dia menoleh ke belakang dan melihat salah satu sepupu Mama Dira memanggilnya.

Tera kenal siapa Tante itu, namanya Tante Rahayu.

Beberapa kali Tante Rahayu pernah datang.

Posisinya Tante Rahayu ada di dalam mobil bagian penumpang, Tante Rahayu buka kaca mobil dan memanggil Tera untuk mendekat.

"Tera sini, Tante bawain susu kesukaan kamu," ajak Tante Rahayu.

Tera beranjak pelan, kaki mungilnya berjalan riang menuju mobil Tante Rahayu, namun Tera berhenti saat kaki mungilnya menginjak aspal.

Benar, posisi mobil Tante Rahayu ada di sebrang jalan dari gerbang masuk taman.

"Tante, Tera ndak bisa nyebrang," ujar Tera polos.

"Enggak apa-apa sayang, nyebrang aja, lagi sepi kok," ujar Tante Rahayu dengan seringai lebar.

Tera ragu, tapi dia suka susu, jadi perlahan, Tera berjalan menyebrangi jalan ber aspal tersebut.

"Tera, ini biskuit-Tera?" Theo yang baru saja kembali dari parkiran, kaget saat tak menemukan Tera di tempat semula.

Jantungnya berdegup tak karuan.

"TERA!" Jerit Theo kalang kabut, dia segera melempar tas cemilan lalu berlari menuju pintu masuk taman.

Pupil matanya mengecil saat melihat Tera menyebrang jalan, tanpa menunggu lama Theo langsung berlari sekencang yang dia bisa.

"TERA! TERAAAAAAA! TERA JANGAN NYEBRANG! TERA---"

BRAK!!

Jantung Theo seolah berhenti berdetak saat tubuh mungil Tera dihantam sepeda motor yang melaju cepat.

"TERA!!" Histerisnya dan berlari mendekati tubuh Tera yang tergeletak penuh darah di tengah jalanan.

Air mata Theo sudah meluruh tanpa bisa dia cegah.

"Tera! Nak! Ya Tuhan!" Theo segera meraih ponselnya yang ada di kantong celana dan langsung menghubungi ambulance.

Tangannya bergetar hebat, ditambah air mata terus berjatuhan.

"TERA!? LO! LO EMANG PEMBAWA SIAL! BISA-BISANYA LO BIARIN ANAK BAYI KAYA TERA BERKELIARAN TANPA PENGAWASAN DI TAMAN KAYA GITU! SAMPE DIA JALAN KE JALAN RAYA DAN KETABRAK! LO INI MEMANG SENGAJA MAU BIKIN TERA MATI!?" Itu Rahayu.

Dia ber akting, pasalnya saat tadi Theo berlari mengejar Tera, Rahayu sudah melajukan mobilnya dari sana.

Jadi seolah Rahayu baru lewat dan melihat kejadian barusan.

"Aku..a-aku hanya meninggalkannya sebentar.." Isak Theo sesenggukan, dia menghubungi ambulance dan menangis pilu meminta pihak ambulance untuk datang.

"Gue yakin habis ini Dira bakal batalin pernikahannya sama lo! Lo itu cuma pembunuh sialan!" Maki Rahayu.

Theo sesenggukan, ini memang salahnya, salahnya yang meninggalkan Tera sendirian tadi.

Salah Theo..

"Tera..maafin Papa.." Rintih Theo pilu, menatap tubuh ringkih Tera yang bermandikan darah.

Theo tak sanggup, rasanya mau pingsan, tapi Theo lebih tak sanggup menghadapi Dira.

Theo lalai..Theo gagal menjaga Tera..

Bersambung

The Man Who Can Lactating [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang