➿TheRa-13➿

8.4K 944 70
                                    

Ayo vote! JANGAN SIDER TERUS! Sider tiada manfaatnya bagi siapapun🙏

200 vote dan 50 komen, Vote diawal atau diakhir chapter!

Happy Reading

Dira menatap dingin pada tubuh Nuna yang sudah dipotong-potong dan sudah dibakar oleh orang suruhan Dira, masalah selesai, tak akan ada yang tau.

"Lacak dimana peternakan sapi perah ilegal yang ada di Pulau Kalimantan," titah Dira pada orang suruhannya.

Pria tegap dengan otot besar itu segera mengangguk "Baik Nyonya."

Peternakan Sapi perah, sungguh gila karena di dalamnya bukanlah sapi melaikan manusia yang dipaksa memproduksi susu terus menerus.

Setelah masalah selesai, Dira kembali ke rumah di jam 3 pagi, dan ternyata Theo belum tidur.

Melihat Dira kembali ke mansion, Theo yang tadinya duduk di sofa ruang tamu, segera beranjak dan berjalan tergesa kearah Dira.

Digenggamnya kedua tangan Dira, raut wajahnya masih terlihat cemas.

"Gimana? Selesai?" Tanya Theo pelan.

Dira mengangguk, dia menarik Theo masuk ke pelukan.

"Selesai kok, lo aman, gak bakal ada yang tau," tutur Dira lembut seraya mengelus rambut setengkuk Theo.

Hela napas lega Theo berikan, dia bersandar dibahu Dira "Dira, makasih banyak, aku beneran takut, aku gak mau masuk penjara..aku cuma mau disini sama kamu dan Tera.." Lirih Theo seraya mendusel dibahu Dira.

Piyama yang Theo pakai, itu kedodoran dibagian bahu, jadi saat ini bahu Theo agak terpampang jelas.

Dira mengecup bahu telanjang Theo, lalu mengecup lekuk lehernya.

"Apapun buat lo," bisik Dira tenang.

Jantung Theo berdebar cepat, ditambah rasa tergelitik diperutnya dan panas dikedua pipinya.

"Ayo masuk ke kamar, kamu harus istirahat," ajak Theo seraya mengelus pipi Dira, Dira menurut, dia mengangguk lalu melepaskan pelukan mereka.

Theo segera menarik tangan kanan Dira, masuk ke kamar Theo, benar, mereka tidur sekamar malam ini karena Theo masih was-was.

Jadi dia butuh Dira untuk menenangkan kegelisahannya.

Keduanya berbaring di kasur, Dira segera memeluk Theo, membekapnya lembut, dekapan hangat dan penuh kasih.

Theo tak pernah merasakan dekapan ini sebelunnya, bahkan dari orang tuanya juga Theo belum tau bagaimana rasanya dipeluk dengan hangat.

Duselan Theo berikan didada Dira, Theo meringkuk dalam pelukan Dira, sangat nyaman dan hangat.

Dira mengecup pucuk kepala Theo lembut dan mengelus punggung sempit Theo.

"Lo aman Theo, gak bakal ada lagi bahaya disekitar lo," bisik Dira serius.

Theo mengulas senyum kecil, dia mengangguk dan masih mendusel didada Dira.

Ya, selama ada Dira, maka Theo akan senantiasa aman.

....

3 bulan setelah insiden Nuna yang mati dibunuh Theo, dan kini Tera sudah masuk bulan ke 8, Tera masih lebih sering tidur daripada ber aktifitas.

Bahkan Tera setelah makan bubur bayi di pagi hari, dia bakalan di dudukan di kursi bayi dan diberi tontonan University War, reality show Korea yang entah ide darimana Dira menyuruh Theo memberikan tontonan itu.

"Tera, sayang, ayo mam siang, habis itu mimik susu, terus bobok." Nada suara Theo sangat lembut dan penuh keibuan.

Dia segera duduk di sofa dan mengangkat Tera dari kursi bayi, lalu Theo meletakan Tera di kursi bayi khusus makan.

Setelahnya Theo menyuapi Tera bubur MPASI, itu terbuat dari gabungan gilingan daging ayam, sayur wortel, brokoli dan udang.

Bahan-bahan itu direbus, lalu diblender jadi satu, lalu Theo saring lagi sampai mendapatkan yang terhalus dan lembut.

Tera makan dengan tenang dan lahap, tanpa ada rengekan sedikitpun.

"Mamamama," oceh Tera tiba-tiba saat melihat Dira berjalan melewati ruang makan, Theo menoleh ke belakang dan tersenyum lembut.

"Dira, Tera manggilin kamu," panggil Theo penuh kelembutan.

Dira menoleh, tadi niatnya Dira mau nonton bola di ruang tamu, tapi sudah keduluanan dipanggil Tera.

Dengan tenang Dira berjalan mendekati Theo dan Tera.

"Apa? Mau ngapain?" Tanya Dira seraya mengecup dahi Theo.

Theo merona malu, dia sudah terbiasa dengan perilaku Dira tapi tetap saja Theo malu.

"Ini, Tera manggilin kamu," cicit Theo dengan pipi merah bak bunga sakura.

Dira segera menatap Tera "Apa? Lo ngapain manggilin gue?" Tanya Dira langsung.

Tera mengangkat kedua tangannya, bayi perempuan dengan rambut hitam pekat lebat sebahu itu mulai mengoceh.

"Mamama, ndong," ocehnya khas bayi.

Dira merotasi matanya malas, tapi tak ayal dia menggendong Tera, sementara Theo segera menyuapi Tera yang ada digendongan Dira.

Tera bertepuk tangan dengan senang, sesekali Tera mendusel dibahu Dira lalu membuka mulutnya untuk menerima suapan Theo.

"Papapapa," oceh Tera seraya menepuk pelan pipi Theo dengan tangan gembulnya.

Theo merona malu "A-aku bukan Papa, aku Theo," ujar Theo pelan.

"Papapapa."

"Bukan Papa, tapi Theo."

Dira terkekeh pelan melihat keduanya, ini suasana yang Dira sukai, walau mereka sibuk mengurus Tera, tapi mereka seperti keluarga kecil.

Ya, untuk saat ini sebelah pebinor datang.

Bersambung

The Man Who Can Lactating [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang