➿TheRa-01➿

14K 1.4K 97
                                    

HALO SEMWA, APA KALIAN MERINDUKANKU!? Sudah 3 hari ya aku gak update, haha, jadi nih aku up lagi nih.

Kalau cepet penuh, ya aku bakal update lagiii.

JANGAN JADI SIDER BABIQ!

200 vote dan 50 komen, gas! Jimplang bakal aku karantina.

Happy Reading

Budak korporat, itulah yang Theo rasakan setelah hampir 6 tahun bekerja di AH Company, berpusat di Jakarta Selatan dengan gedung 10 tingkatnya.

AH Company bergerak dalam bidang majalah dan permodelan, dan juga penuh akan fashion kekinian.

Sebagai bagian dari divisi pemasaran, Theo tau apa itu rasanya bekerja lembur bagai kuda, hanya untuk menghidupi dirinya sendiri.

Theo masih punya orang tua kok, tapi Theo dibuang saat berusia 15 tahun, alasan karena apa?

"Yah..basah lagi.."

Benar, alasannya karena Theo adalah seorang pria yang mampu mengeluarkan air susu dari dadanya.

Altheo Kalazio, usia 28 tahun, tinggi 175 cm, berat 60 kg, kulit putih dengan rambut hitam setengkuk, tahi lalat dibawah mata kanan.

Bibir merah merona lumayan berisi, pipi tirus dengan garis rahang halus, Theo itu kurus, sudah jelas, tubuhnya ramping.

Sering ditembak sama pria penyuka pria karena mereka mengira Theo adalah uke alias pihak bawah.

Itu juga faktor bentuk tubuh Theo yang terlalu ramping untuk ukuran pria dewasa.

Tapi Theo, non muslim memang, dia benar-benar yakin kalau dia masih normal sehat wal afiat.

Theo masih suka sama wanita, walau sejak dia hidup dia belum pernah berpacaran, ya karena siapa yang bakal nerima dia kalau tau Theo bisa ngeluarin air susu.

Itu kan abnormal, kata orang.

Theo selalu mengambil jam istirahatnya untuk memompa air susu di gudang, Theo selalu membawa alat pompa asi.

Karena rentang air susunya akan keluar setiap saat, hanya saja Theo selalu melilitnya dengan kain, lalu dilapisi lagi dengan singlet, lalu kaus, baru lah kemeja.

Ada sekitar 3 lapis hanya untuk mencegah air susu itu tidak tembus sampai ke kemejanya.

Hela napas Theo berikan kala susu di dadanya sudah dia pompa dan berhenti keluar, hanya untuk saat ini saja.

"Capek banget hidup kaya gini," gumamnya seraya memakai kembali kain lilitan, singlet, kaus lalu kemeja lagi.

AH Company di pimpin seorang Ceo wanita, wanita independen katanya, ya memang, sebab wanita bernama Audira Hamira itu tak pernah terjerat rumor pacaran.

Bahkan ada rumor yang berkata jika Audira, atau yang sering disapa Dira, adalah penyuka sesama jenis.

Itulah manusia, tanpa bukti tapi suka sekali bergosip tanpa henti.

Audira memiliki 1 orang kakak, yang sudah menikah dan memiliki anak.

Tapi sayang, kakak Dira meninggal bersama sang suami sampai meninggalkan bayi 2 bulan yang baru dilahirkan bulan 12 kemarin.

Dan jadilah, Dira yang akan mengambil hak asuh tersebut, usia Dira baru juga masuk 29 tahun.

Theo tau siapa itu Audira, dulu mereka pernah 1 sekolah saat SMA, Audira itu kakak kelas Theo yang nakalnya luar biasa, Theo tak menyangka dia bisa menjadi Ceo.

"Altheo, dipanggil Buk Dira." Theo menegang saat dia baru saja keluar kamar mandi dan salah satu teman sedivisinya langsung memberi kabar.

Theo meneguk ludahnya pelan "Sekarang nih?" Tanya nya meyakinkan.

"Kagak njeng, tahun depan," ketus teman sedivisi Theo bernama Gerry.

Theo mendecih pelan "Santai dong," gerutunya.

Gerry merotasi matanya malas, Theo dan Gerry hanya teman 1 divisi, tapi mereka saling kenal karena dulu 1 SMP.

Theo segera berjalan menuju lift, ruangan Dira ada di lantai 10.

Butuh sekitar 5 menit untuk sampai, setelah sampai Theo langsung izin masuk dan menghadap pada Dira.

Wanita cantik dengan rambut hitam bergelombang dan make up bold, memiliki kesan tegas dan arogan, lipstick merah yang dipadu dengan eyeliner menambah kesan tajam dan dominannya.

Dira memiliki sedikit poni di dahinya, tahi lalat 2 dipelipisnya, tinggi Dira sekitaran 176 cm, kalau ditambah heels 2 cm maka tingginya 178 cm.

Audira menatap Theo datar, lalu menghela napas pelan.

"Theo, perlu saya tekankan sekali lagi, tolong target yang sudah kamu terima itu kamu penuhi, selama 3 bulan ini, dari 200 target majalah, yang baru kamu penuhi hanya 120, bagaimana ini, rugi dong saya."

Nada suara Dira begitu kesal dan menusuk, Theo sampai menunduk, Theo bisa merasakan aura dominan Dira sangat menekan.

"Maaf, Buk, akan saya usahakan lagi,"

"Kapan?"

"Secepatnya Buk,"

"Kalau gagal? Kamu saya pecat ya?"

Theo menatap Dira melas "Buk, saya sudah bekerja selama 6 tahun, apa tidak ada-"

"Tidak ada." Dira menyela ucapan Theo bahkan sebelum dia selesai bicara.

Theo menunduk lagi, lalu mengangguk "Baik, Buk, akan saya usahakan," lirih Theo.

Dira mengangguk puas, dia bertopang dagu dan menatap Theo tenang, melihat wajah murungnya membuat Dira berdebar.

Andai saja Dira punya cara agar Theo terus di dekatnya, maka akan Dira lakukan itu secepatnya.

Bersambung

The Man Who Can Lactating [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang