Prank!
Sebuah piring berisi makanan yang terlihat menggugah selera terhempas begitu saja di lantai dan pecah terserak kemana-mana.
"Apa ini, Alana?! Masakan apa yang kamu buat?!"
Gadis remaja yang dipanggil Alana itu hanya dapat tertunduk diam sambil memelintir jari-jarinya. Bibir bawahnya pun ia gigit dengan kencang sebelum akhirnya bersuara,
"Biar Lana buat lagi, Pa,"
"Gak perlu!" Alana kembali tersentak dengan sergahan tuan Kim, papanya, "bersiaplah, kita akan pergi belanja gaun untuk pesta di rumah nyonya Sim. Papa harap kali ini kamu bisa mendekati putranya." lanjut papanya dengan nada yang lebih pelan namun penuh penekanan.
Alana mengangguk patuh, lalu berjalan menuju pecahan kaca yang ada di lantai.
"Ngapain kamu?" tangan Alana yang hendak mengambil beling itu terhenti mendengar interupsi papanya, "mau buat luka baru di tangan kamu? Biarin aja itu, suruh Alisa yang membersihkannya,"
"Tapi, Pa-"
"Cepat Lana! Kenapa kamu jadi anak yang pembangkang sekarang?!"
Kim Alana, gadis berusia 17 tahun itu berlari keluar dari ruang kerja papanya menuju kamar pribadinya. Tak lupa ia mengunci kamar kemudian duduk di bibir kasur dengan nafas yang berat. Lama kelamaan setitik air mata pun jatuh bersamaan dengan suara tangisan yang sudah di tahannya sejak tadi. Cukup lama tangisan itu berlangsung hingga ia dapat tenang dan mulai bersiap-siap.
Setelah satu jam berlalu, kini Alana telah siap dengan pakaian dan makeup tipisnya. Kali ini Alana menggunakan celana cutbray snowblack dengan atasan kaus putih polos lengan sejari dan ditutupi nya dengan cardigan rajut. Tampak sederhana dan tidak terlalu terbuka, Alana suka dengan look ini.
"Papa, aku udah siap," Lana tertegun saat memasuki ruang kerja papanya, di sana tampak seorang gadis berwajah mirip dengannya memakai baju rumahan sederhana tengah memungut pecahan piring bekas masakan Alana. Penampilan gadis itu jauh berbanding terbalik dengan Alana.
"Kamu ini kenapa, Lana? Papa menunggu satu jam cuma untuk liat kamu kaya gini?!" tuan Kim beralih melihat arlojinya lalu kembali melihat Alana dari atas sampai bawah, "tidak ada waktu, ini sudah sore, bisa-bisa kita terlambat ke pesta. Buka saja jaketnya," ujarnya lagi dengan santai kemudian berlalu pergi mendahului Alana.
Bukannya mengikuti langkah papanya, Alana malah menghampiri gadis yang mirip dengannya itu, Kim Alisa, adik kembarnya. Alana menepuk pelan pundak Alisa lalu mulai menggerakkan tangannya dengan berbagai gerakan teratur sebagai bentuk komunikasi, atau lebih tepatnya bahasa isyarat.
Ya, Alisa mengalami demam tinggi serta kejang sewaktu ia bayi dulu. Semenjak itulah ia kehilangan kemampuan mendengarnya, dan hal ini ternyata juga menyebabkan kemampuan bicara Alisa ikut terganggu, sehingga bahasa isyarat menjadi jembatan komunikasi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana | Treasure
FanfictionKarena kebangkrutan sang papa membuat mereka terpaksa pindah ke suatu desa terpencil. Dalam kebangkrutan itu mereka kehilangan segalanya termasuk papa mereka yang harus mendekam di penjara. Alana yang begitu dimanja serta mendapatkan perlakuan lebi...