Chapter 1

1K 125 63
                                        

Hidup konglomerat ini berubah drastis, dulu bergelimang harta lalu mendadak bangkrut saat kejahatannya terkuak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup konglomerat ini berubah drastis, dulu bergelimang harta lalu mendadak bangkrut saat kejahatannya terkuak.

Bahkan hingga saat ini polisi masih terus menyelidiki karena terus ditemukannya kejanggalan dan bukti-bukti yang kuat.

Warga yang geram dengan pelaku juga membuat parodi saat penangkapan pelaku di sebuah pesta. Hal ini pun berujung viral di kalangan masyarakat.

"Semua ini hanya fitnah! Lihat saja nanti setelah semuanya terbukti, orang yang memfitnah saya akan saya buat bungkam!"

"Alana... Alana!"

"Ha! Ya?" Alana tersentak dan menyahut secara spontan. Sedetik kemudian ia meringis, merasakan perih pada kuku jempol kirinya yang terus ia garuk hingga tanpa sadar telah berdarah. Memang keputusan yang salah menonton berita yang menyiarkan tentang papanya.

"Turun, kita udah sampai, jangan termenung," ujar Hyunsuk.

"Iya."

Hyunsuk lalu menutup pintu mobil dan Alana pun keluar dari mobil melalui pintu lain sesuai perintah kakaknya. Saat keluar Alana melihat para kakaknya yang mulai mengangkut barang satu-persatu, begitupun dengan Alisa yang hanya diberikan barang-barang kecil dan ringan saja oleh kakaknya.

"Tuh, barang-barang kamu, bawa sendiri, gak usah manja," ketus Junkyu kemudian melintas pergi sembari membawa kotak besar di tangannya.

Sesuai perkataan kakaknya, Alana pun berjalan ke mobil pickup yang mengangkut barang-barang mereka. Alana menghela nafas sejenak, ada dua koper dan dua kardus besar milik Alana seorang. Sekarang bagaimana Alana bisa membawanya seorang diri sekaligus?

Ah, sudahlah. Jangan manja, Alana. Bawa aja satu persatu.

Setelah bertekad di dalam hatinya, Alana mengambil dua koper besar itu dan mulai membawanya dengan susah payah. Alana sempat berhenti sebentar, melihat ke arah rumah lama neneknya yang sudah lama tidak ditempati. Rumah yang sederhana, tidak terlalu besar, tapi masih cukup untuk ditinggali oleh Alana dan saudara-saudaranya. Rumah itupun masih sangat kokoh dan bersih karena selalu dibersihkan oleh pengurus yang disewa papanya. Alana kemudian memperhatikan sekitar rumah, desa ini begitu tenang dan asri, udaranya sejuk, jauh berbeda dengan udara yang tercampur hiruk-pikuk kota.

Entah mengapa melihat suasana ini Alana merasa seperti telah.... Bebas?

Ya, bebas. Di sini tidak ada papanya yang terus mengatur Alana, tidak ada media, tidak ada keributan jalan raya. Ini kehidupan yang diimpikan oleh Alana, kehidupan yang tenang tanpa harta dan kekangan. Bolehkah Alana berharap dengan keadaan ini dapat membuat persaudaraan mereka membaik?

"Gak usah diliat terus, namanya juga desa terpencil, pasti beda jauh sama di kota. Buang jauh-jauh kehidupan kota Lo itu, dan terima kenyataan," lagi-lagi kata-kata sinis yang dilontarkan kepada Alana, dan kali ini dari Doyoung, kakak ketujuhnya.

Alana | Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang