~Happy Reading~
Tidur nyenyak yang terusik karena guncangan yang dilakukan seseorang membuat Alana mau tak mau terbangun dan membuka matanya. Sambutan yang di dapatnya adalah wajah panik dari Alisa yang menunjuk-nunjuk ke arah jam weker di atas nakas. Alana pun mengikuti arah pandang itu dan terbelalak begitu melihat jarum pendek yang menunjukkan pukul 5.
"Astaga! Aku telat bangun!" Dari tiduran Alana langsung bangun begitu saja yang membuat kepalanya pusing.
Alisa pun menahan tubuh Alana yang tak seimbang. Setelah dapat berdiri dengan benar baru ia lepaskan.
"Semuanya sudah selesai mandi, sekarang giliran mu. Jangan terburu-buru, mereka masih menunggu."
Usai mengatakan itu melalui bahasa isyarat, Alisa berlalu pergi dengan jalan yang pincang karena kakinya yang masih luka akibat pecahan kaca kemarin. Alana pun bergegas mengeluarkan seragam sekolahnya dari lemari sekalian mengambil handuk yang bergantung di samping lemari. Ia lanjut mengemasi buku-buku sesuai jadwal hari ini agar nanti sehabis mandi langsung berpakaian dan pergi. Setelah semuanya selesai Alana kemudian berlari ke kamar mandi tanpa melihat kemanapun lagi, hanya satu tujuannya, cepat masuk ke kamar mandi.
Saat ingin memasuki pintu kamar mandi, seseorang tiba-tiba saja keluar. Alana yang belum siap berhenti akhirnya menabrak orang itu.
Gedubrak! Klontang!
Pekikan dua wanita itu beradu. Ya, yang ditabraknya ternyata Alisa yang sedang membawa panci panas. Rasa panas dan melepuh pun menjalar di lengan Alana karena panci itu jatuh mengenai tangannya. Pergelangan kaki kanan Alana juga terasa sakit dan nyeri.
"Alisa! Kamu ngapain sih di kamar mandi?!" sergahnya.
Alisa buru-buru bangun dan memegangi lengan Alana yang tampak memerah. Alana yang sudah kepalang kesal menyentak tangan Alisa. Alana kesal, sudahlah bangun kesiangan, malah jatuh dan luka seperti ini yang menghambat waktunya. Padahal kan dirinya harus cepat bersiap. Dan karena Alisa yang ada di hadapannya, jadilah Alisa yang menjadi tempat pelampiasan Alana.
"Sakit Alisa, gak usah kamu pegang-pegang. Kamu tuh ngapain sih tiba-tiba muncul– ah, udahlah! Kamu pasti gak ngerti aku ngomong apaan!"
"ALANA!"
Teriakan Hyunsuk membuat Alana tersentak dan tersadar dengan sekitar yang sudah ada semua kakaknya. Ditatapnya lagi wajah Alisa yang ternyata juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis serta ketakutan. Ah, Alana menyesal telah memarahi Alisa.
"Apa-apaan sih Lo! Bagus Lo ngomong begitu? Udah merasa yang paling sempurna?!" tukas Jaehyuk.
"Minggir Lo!" Jeongwoo menyenggol kaki kanan Alana yang terkilir karena menghalangi jalannya untuk memapah Alisa. Hal itu berhasil membuat Alana meringis kesakitan.
"Gak usah lebay, gak gue apa-apain," ketus Jeongwoo dan membawa Alisa pergi dengan merangkul kedua bahunya.
"Biasalah, anak manja." sahut Junkyu.
"Ngapain masih diam di situ? Cepetan siap-siap kalau gak mau di tinggal." pungkas Hyunsuk.
Alana hanya dapat melihat punggung saudaranya yang pergi membelakangi dirinya. Tidak ada satupun dari mereka yang membantu Alana.
"Apa yang aku harapkan." gumam Alana, menunduk dalam.
"Ayo, bangun." Alana mendongak, mendapati Jihoon yang mengulurkan tangannya.
Alana menepis tangan Jihoon dan berusaha bangun sendiri meskipun kaki kanannya terasa nyeri. Dengan terpincang-pincang Alana berjalan masuk ke dalam kamar mandi, sebelum pintu itu tertutup, suara Jihoon kembali terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana | Treasure
ФанфикKarena kebangkrutan sang papa membuat mereka terpaksa pindah ke suatu desa terpencil. Dalam kebangkrutan itu mereka kehilangan segalanya termasuk papa mereka yang harus mendekam di penjara. Alana yang begitu dimanja serta mendapatkan perlakuan lebi...