Emm masih adakah yang menunggu cerita ini???
Sebelumnya aku mohon maaf karena menghilang lagi. Semoga kalian gak bosan dengan permintaan maaf aku ini🥲
Semoga juga kalian gak lupa sama alur nya ya😭
Kalau kalian mungkin lupa, kalian bisa baca ulang dari chapter 8, di situ aku ada sedikit rangkum hal-hal yang terjadi sama Lana 😭
Oke lanjut aja
Happy Reading ✨
•••
"Kita pulang."
Hanya itu kata yang terucap dari kakaknya, Jihoon setelah Alana tersadar dari tidurnya. Dan kata itu pula yang terus membuat Alana bingung, entah angin dari mana Alana dijemput dan di suruh pulang ke rumah.
Sekarang di sinilah Alana, di kamarnya dan Alisa. Kepalanya kembali di kompres oleh Jaehyuk dan ia juga di suruh untuk beristirahat. Alana tak tau apa yang telah terjadi selama ia tertidur. Seingatnya ia izin pulang dari sekolah karena kepalanya pusing akibat bola yang dilemparkan oleh Seo Jin kepadanya.
Kepala aku yang kena bola, kenapa mereka yang kaya orang amnesia?
"Lan, Lo gak kesambet, kan?"
Pertanyaan konyol dari Jeongwoo membuyarkan lamunan Alana. Ia pun menatap heran pada Jeongwoo yang mengangkat tangannya dengan kelima jari yang melebar.
"Ini apa, Lan?" Lagi pertanyaan konyol yang Jeongwoo lontarkan.
"Lima."
Jeongwoo terkesiap, "wah gak bener nih, kayanya otak Lo udah berpindah ke dengkul," ucapnya dengan ekspresi yang sungguh dramatis.
"Goblok." cecar Jaehyuk sembari menoyor kepala Jeongwoo dengan ringannya.
"Seo Jin dan Debora, mereka pelakunya?" Tanya Junkyu yang baru saja datang dan bersandar di ambang pintu.
Alana cukup terkejut saat Junkyu menyebutkan dua nama itu. Ia terus bertanya-tanya bagaimana kakaknya ini bisa tau. Saat Alana akan bicara, Junkyu kembali bersuara,
"Ya atau enggak, gue cuma butuh jawaban itu, gak ada yang lain!" tekan Junkyu.
"Y-ya," jawab Alana takut-takut.
Ah, padahal Alana ingin bertanya bagaimana Junkyu bisa tau, tapi ditekan seperti itu membuat nyali Alana ciut.
"Anjir, tanyain dulu kek keadaan adiknya, main to the point aja," protes Jeongwoo setelah Junkyu pergi tentunya.
•••
Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam tapi Alana masih tak dapat tidur. Mungkin karena sudah tidur hampir seharian membuat mata Alana segar. Ia akhirnya memutuskan keluar rumah dan duduk di tempat mereka pernah makan bersama setelah melakukan bakar-bakaran waktu pertama kali datang ke desa ini.
Helaan nafas berat berulang kali Alana lakukan. Mata sendunya terus menatap taburan bintang di atas sana. Konon katanya orang yang telah pergi dari dunia ini dan memiliki sejuta kebaikan akan menjadi salah satu bintang di atas sana. Jika hal itu benar, Alana yakin mamanya akan ada di antara ribuan bintang itu.
"Ma, boleh gak Alana mengeluh, kali ini aja, ma. Alana capek, gak ada yang mau dengerin Lana. Sekali ini aja ma, jadi pendengar buat Lana, ya?"
Alana mengulum bibir bawahnya sekilas sebelum akhirnya lanjut bersuara.
"Ma, boleh gak sih Lana kecewa sama semuanya? Lana kecewa banget ma sama kakak, mereka sedikitpun gak ada yang peduli dengan Lana. Pemikiran mereka ke Lana selalu aja buruk. Hati Lana rasanya hancur, Ma. Tanpa tau apa yang Lana rasakan mereka tetap pada pemikiran mereka,"
Alana berhenti sejenak, karena suaranya yang semakin bergetar ingin menangis.
"Kenapa harus selalu Lana yang mengerti keadaan mereka, sementara mereka dengerin penjelasan Lana pun gak mau, kalaupun mereka mendengarkan, tetap aja Lana yang di salahkan."
"Lana cuma ingin di dengar tanpa harus disalahkan, Ma."
"Gak bisa tidur?"
Alana terperanjat mendengar suara Hyunsuk yang ternyata berada di belakangnya, kemudian ikut duduk di samping Alana.
"Hidung nya udah gapapa?" Alana hanya membalas dengan anggukan kepala.
Hening kembali menyelimuti. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.
"Ma, aku gagal jadi seorang kakak,"
Perkataan Hyunsuk membuat perasaan Alana campur aduk. Jika dikatakan gagal, Hyunsuk tak sepenuhnya gagal. Ia memang sosok kakak yang baik pada adik-adiknya yang lain, Alana akui itu. Yah, mungkin memang dirinyalah yang membuat Hyunsuk gagal menjadi seorang kakak. Ialah sumber masalah disini. Bahu Alana pun kian merosot bersamaan kepalanya yang tertunduk lesu.
"Aku gagal melindungi Lisa tiap kali dipukul papa, aku gagal memenuhi keinginan papa dan membuat Jihoon dan Junkyu yang dituntut untuk memenuhi hal itu. Sekarang, aku juga gagal melindungi Lana."
Perlahan Alana mulai mendongak, kembali menatap langit, tanpa ingin menoleh ke Hyunsuk yang saat ini menatapnya.
Ma, apa keberadaan ku benar-benar kesialan?
"Lan,"
Alana tetap pada posisinya. Semenjak masalah yang terakhir kali, Alana memang belum ada bertemu ataupun bicara dengan Hyunsuk. Jujur saja Alana masih kecewa dengan tuduhan Hyunsuk saat itu yang mengatakan dirinya sedang balas dendam.
"Maaf," lirih Hyunsuk.
Alana hanya menganggap perkataan itu seperti angin lalu, tiada makna.
"Tolong kasih kesempatan buat kakak perbaiki semua ini. Kakak tau kakak salah,"
Ah, Alana muak.
Alana berdiri dari duduknya, "aku akan maafkan, tapi tidak tau kapan." ucapnya dengan dingin lalu pergi meninggalkan Hyunsuk.
Bagi Alana maaf itu sama saja mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Sementara saat ini hatinya masih enggan untuk meraih keikhlasan itu.
•••
Jangan lupa Vote nya bestie...
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana | Treasure
FanfictionKarena kebangkrutan sang papa membuat mereka terpaksa pindah ke suatu desa terpencil. Dalam kebangkrutan itu mereka kehilangan segalanya termasuk papa mereka yang harus mendekam di penjara. Alana yang begitu dimanja serta mendapatkan perlakuan lebi...