Chapter 4

990 131 99
                                        


Disclaimer ‼️
Chapter ini mengandung adegan kekerasan yang mungkin dapat men-triger atau mungkin membuat kalian gak nyaman. Jadi, author mohon maaf sebelumnya 🙏🙏

Kalau emang gak nyaman, gak usah lanjut baca ya, mending nonton shining solo 🌝

Sebelah tangan kanan, Iri bukan sih?

~Happy Reading~

Menangis sepanjang malam hingga tertidur dengan sendirinya membuat kepala Alana pusing begitu bangun keesokan pagi. Belum lagi perutnya yang ikutan sakit karena sedang kedapatan tamu bulanan. Semua rasa sakit itu ia tahan, keadaan memaksa Alana untuk terus melanjutkan hari. Apalagi setelah ancaman Hyunsuk yang menyuruhnya tetap sekolah, Alana takut jika harus melanggarnya. Meskipun harus pergi lebih awal karena mengejar bis, dan naik sebanyak dua kali untuk sampai di sekolah.

Menyusuri lorong sekolah, langkah Alana begitu lambat karena jalannya yang pincang. Rasanya Alana ingin menangis saking sakitnya. Tiap kali melangkah, rasa nyeri yang Alana dapatkan.

"Mau gue gendong gak?" Jake muncul dari belakang dan mensejajarkan langkahnya dengan Alana.

"Biar gue makin di musuhin satu sekolah? Gak perlu, makasih,"

"Cih, sok kuat Lo," cibir Jake lalu berlalu mendahului Alana.

Tak lama kemudian, Jake kembali lagi sambil berlari kecil, ternyata ia hanya meletakkan tasnya di dalam kelas lalu kembali menghampiri Alana. Tangan Jake dengan cekatan mengambil tas Alana yang bergantung di pundak, kemudian membawa sebelah tangan Alana melingkari pundaknya. Jake memapah Alana, membantunya untuk berjalan.

"Gue bisa sendiri, Jake,"

"Bawel! Lo nolak kebaikan gue? Udah lanjut jalan, gak usah bantah."

Alana sangat lelah untuk berdebat. Tak dapat dipungkiri pula bantuan Jake memang sangat membantunya untuk berjalan lebih cepat tanpa menambah rasa sakit di kakinya.

"Makasih," ucap Alana setelah duduk di bangku. Jake hanya berdehem singkat sebagai balasan.

Setelahnya tak terjadi apapun lagi di antara mereka. Jake kembali menjadi pria dingin yang tidak banyak bicara. Alana pun tak terlalu ambil pusing tentang hal itu.

Setelah beberapa jam berkutat dengan pelajaran yang mampu membuat otak berasap, bel istirahat akhirnya berbunyi. Alana meringis merasakan perih di ulu hatinya, namun ia juga meringis melihat dompetnya yang tidak ada uang sepeserpun. Uang Alana telah habis untuk membayar ongkos bis. Itulah uang pegangan Alana yang terakhir, ia belum meminta atau mungkin tidak akan meminta lagi kepada para kakaknya. Cukup sudah ia di cap sebagai anak manja yang selalu boros.

"Lo diem di sini, jangan kemana-mana,"

Alana menatap sinis pada Jake, kenapa pria ini tiba-tiba suka mengaturnya? Lagipula siapa juga yang mau pergi?

Seperti biasa, Jake berlalu pergi tanpa menunggu balasan ataupun jawaban dari Alana. Ya, Alana pun tak peduli, lebih baik ia tidur saja untuk menahan rasa laparnya. Namun, sepertinya hal itu tak dapat terjadi. Baru saja memejamkan mata, rasa dingin tiba-tiba menjalar dari kepala Alana dan merembes hingga ke badannya. Lagi-lagi ia di siram air, meskipun kali ini tidak sebanyak yang kemarin.

Hah... Aku ingin menghilang saja.

Alana bangkit dari duduknya, menatap jengah pada beberapa teman perempuannya yang tentu saja di pimpin oleh Seo Jin dan Debora.

"Ups, maaf ya, tangan gue licin,"

Cukup sudah, Alana tak tahan lagi.

Plak!

Alana | Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang