Chapter 7

759 103 86
                                    

~Happy Reading~

Seminggu telah terlewati setelah kepulangan Alana dari rumah sakit. Lalu apakah yang dilakukan gadis itu? Tentu saja mendekam dirinya di kamar, ia hanya keluar jika ingin ke kamar mandi saja. Lagipula apa yang bisa dilakukannya di rumah ini? Rumah dimana dirinya hanya dianggap menumpang.

Saat ini Alana duduk di pojok kasur dengan tubuh yang ditutupi selimut. Tangan kanannya menggenggam telepon pintar yang sedang menampilkan berbagai komentar dari suatu postingan. Ah, ya, postingan tentang Alana tentunya. Entah bagaimana berita tentang permasalahan Alana di sekolah bisa menyebar ke media hingga kepulangannya dari rumah sakit harus terhambat, penuh rintangan akibat wartawan yang juga entah bagaimana mengetahui lokasi Alana.

Untungnya saat sampai di rumah, para kakak Alana tidak memarahi nya. Mereka hanya melayangkan tatapan kebencian seperti biasa, meskipun kali ini lebih ketara lagi tatapan itu. Mungkin sudah terlalu lelah dengan semua permasalahan yang Alana buat.

Alana terus menggulir dan membaca isi komentar dari postingan itu, komentar yang begitu jahat tentang dirinya, semua hal dilebih-lebihkan, hingga tuduhan serta ancaman pun Alana dapatkan, yang terparah adalah komentar yang menyuruh Alana untuk mati. Meskipun seminggu telah berlalu Alana masih saja menitikkan air mata tiap kali membaca komentar-komentar itu. Rasanya sudah lelah dibenci seluruh keluarga, kini orang-orang pun ikut membencinya juga. Memang sepertinya terlahir ke dunia bukanlah pilihan yang bagus bagi Alana.

Seseorang menarik ponsel yang ada di tangan Alana dan mengambilnya. Alana pun mendongak dengan alis yang menukik tajam. Begitu melihat Alisa sang pelaku, Alana pun kembali tenang dan menghapus sisa air matanya.

Alisa menggerakkan tangannya membentuk bahasa isyarat, "Ayo, makan!" ajaknya dan hanya dibalas gelengan kepala yang lemah oleh Alana.

Alisa tampak menghela nafas, terlihat lelah dengan penolakan Alana yang entah sudah ke berapa kalinya. Memang selama seminggu ini hanya Alisa yang terus membawa makanan ke kamar dan mengajak Alana makan bersama, ah tidak, bukan mengajak melainkan memaksa. Jika tidak dipaksa, Alana tak akan makan. Bukannya tak sayang nyawa ataupun tak menghargai makanan, Alana masih ingat bagaimana perkataan Hyunsuk yang menyuruhnya menghidupi diri sendiri, cari makan sendiri, Alana ingat itu.

"Bagaimana kalau kita berjalan-jalan di luar? Udaranya sejuk sekali, ayo!"

Lagi-lagi Alana menggeleng lesu, kemudian mulai merebahkan tubuhnya. Sebelum tubuh itu benar-benar menyentuh kasur, Alisa menarik tangan Alana sambil merengek-rengek.

Demi apapun Alana sungguh tak bertenaga dan tak berantusias sekarang, tapi dirinya lebih tak bertenaga lagi jika harus dimarahi karena membuat Alisa merengek begini. Akhirnya mau tak mau, Alana mulai beranjak, mengambil cardigan rajut nya yang berwarna hijau pastel serta baby blue dari dalam lemari. Alana memberikan cardigan hijau pastel pada Alisa, dan satunya ia yang pakai.

Setelah selesai mengenakannya, Alisa memasukkan jari-jarinya pada setiap sela jemari Alana. Alisa tersenyum riang dan membawa Alana keluar kamar.

"Mau kemana?" potong Hyunsuk yang datang dari arah dapur bersama Jihoon dan Junghwan.

Alana membuang muka agar tak bersitatap dengan para kakaknya. Berbeda dengan Alisa, ia justru menatap bengis pada mereka sebentar kemudian melenggang pergi membawa Alana.

"Jangan pulang terlalu malam!" ujar Jihoon sedikit lantang karena Alana dan Alisa yang sudah mulai menjauh.

Dua gadis kembar itu berjalan santai, mengelilingi desa yang masih dipenuhi sawah dan pepohonan. Udara sore hari ini memang sejuk seperti kata Alisa, ditambah pemandangan yang cukup memanjakan mata berhasil menaikkan suasana hati Alana sedikit. Sesekali orang desa yang lewat menyapa ramah mereka berdua, apalagi Alisa, sepertinya Alisa sudah mengenal orang-orang desa. Bahkan salah satu dari warga desa memberikan sekantung apel kepada mereka berdua.

Alana | Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang