04 ; presence

7 2 0
                                    

Ruangan itu menjadi temaram setelah Lia mematikan lampu utama. Pencahayaan sepenuhnya bersumber pada lampu belajar diatas meja. Ajeng masih setia duduk disana, mengerjakan tugas yang deadlinenya besok.

Untuk malam ini, Ajeng menginap di kamar Lia. Alasannya sederhana; karena Yumna teman sekamar ijin pulang selama dua hari kedepan.

"Aman nggak sih ngomongin itu sekarang?" Lia membuka suara setelah duduk bersila di atas ranjang.

"Masih jam sembilan kurang, aman kok."

"Emang kalian mau ngomongin apa?"

Lia mengangkat kepala, menatap Misha yang duduk di ranjang seberang, tengah bermain ludo online.

"Kasih tahu aja Li. Lagian cepet atau lambat dia bakal tahu," saran Ajeng.

Lia menghela nafas. "Oke, Misha, ada hal yang bikin sekolah ini muridnya nggak lebih dari duapuluh tiap kelasnya. Itu karena reputasi buruk sekolah yang dulu sempet booming di internet."

"Reputasi apa? Kok gue nggak pernah denger?"

"Teror dari arwah siswi yang bunuh diri disini."

Pergerakan Misha yang ingin memutar dadu terhenti. Matanya beralih dari ponsel ke figur seorang perempuan di seberang dan suasana hening dalam sekejap.

1 detik ..

2 detik ..

3 detik ..

"H-hah?"

Ajeng sontak memutar tubuh sembilan puluh derajat, mengarah pada Misha yang terperangah.

"Itu nyata. Sekolah ini emang horor. Setiap tahun, pasti bakal ada yang mati karena teror setan itu. Kedengaran nggak logis? Gue juga awalnya nggak percaya tapi setelah kasus Kiara .. gue percaya."

Reaksi pertama, Misha terdiam. Selanjutnya, Misha menaruh ponsel ke atas ranjang. Terakhir, Misha lebih mendekat pada Lia dan Ajeng.

Misha rasa, ini informasi yang ingin Aksa sampaikan padanya.

"Kalian nggak lagi bercanda kan? Maksud gue--yang bener aja deh! Masa setan bisa bunuh orang?"

"Kita nggak nuntut lo buat percaya tapi please jangan ngelanggar peraturan yang pernah dibilang Aksa. Gue nggak bisa jamin lo bakal ketemu Dia atau nggak, ini sebagai antisipasi aja."

Mendengar seserius apa Lia mengatakan kalimat panjang itu, Misha tak bisa untuk tak merasa gelisah. Bertemu hantu? Hei, hantu palsu dalam film horror saja sudah menyeramkan, apalagi yang ori.

"O-oke gue percaya. Thanks udah ngasih tau gue."

Ajeng mengangguk pelan. "Yumna kena teror itu, dia beberapa kali lihat sosoknya. Itu yang bikin dia nggak konsen belajar dan stres sampe akhirnya overdosis. Gila kan? Apa coba tujuan tuh setan neror murid-murid disini?"

Misha meneguk ludah. Merasa bila hawa disekitar mulai mendingin. "Mungkin .. buat seneng-seneng?"

Blamm!

Gelap. Semuanya gelap. Seakan mereka buta. Lampu belajar diatas meja padam, begitu pula lampu koridor.

Bila saja jeritan terkejut dari kamar lain tak terdengar, entah akan semencekam apa suasana gelap diliputi keheningan dalam kamar itu.

Untung saja ponsel Misha muda dijangkau. Flashnya langsung menyala, menerangi sekitar.

"Mati lampu ya?" Lia turut menyalakan lampu senter dari bawah ranjang.

"Lampu belajar lo nggak nyambung listrik, aneh kalau ikutan mati."

"Ya terus?"

"Omongan gue mungkin keterlaluan."

Lia dan Ajeng serempak menoleh pada Misha.

"Tidur aja yuk?" Ajak perempuan itu kemudian.

"Oke ..."

"Tugas gue juga udah selesai."

◦ ࿏ ◦

Hal pertama yang ia sadari adalah kegelapan pada seluruh sudut area perpustakaan. Dalam keheningan malam, aroma buku berdebu serta udara dingin yang menembus blazer rajut pucatnya.

Perempuan itu menegakkan kepala, mengedarkan pandang ke sekeliling. Rasa kantuk masih mendera namun ia tak bisa mengabaikan kehadiran sesuatu yang entah berada dimana.

"Jangan ganggu aku ..." Suaranya lirih, memohon, disertai gurat ketakutan di wajah.

Dan, eksistensinya tertangkap dalam manik hitam milik perempuan itu.

Sosok yang mengenakan dress putih lusuh dengan rambut panjang menjuntai menutupi wajah. Datangnya bersama hawa dingin yang mencekik disertai aroma busuk mengudara.

"Aku ingin teman hihihi ..."

"Teman ... "

"Teman ..."

"Pergi!"

"Hihihi ..."

Suaranya menjauh namun sosoknya mendekat. Perempuan berblazer pucat itu semakin erat menutup telinga.

"Mana temanku ..."

"MANA TEMANKU!"

"AARGHHHH!"

-
-

teror dimulai xixi ><

Misha : completion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang