epilog

1 1 0
                                    

Sore itu juga mayat Shana dibawa ke rumah sakit untuk dibersihkan. Mereka yang mengetahui kejadian sebenarnya kompak bungkam saat polisi bertanya.

Pernyataan Arseno sebagai kepala sekolah tentu dipercaya oleh para polisi, juga kesaksian tujuh orang lain yang mengatakan hal serupa.

Kasus Shana disimpulkan sebagai kecelakaan sementara kasus Nadila dibuka kembali. Mereka menggali halaman belakang yang sekiranya sedikit merunduk dan menemukan tulang belulang Nadila.

Sisa tubuh Nadila itu dimakamkan dekat rumah keluarganya. Mereka terpukul atas apa yang menimpa anak mereka namun hanya rasa ikhlas yang tersisa.

Yang terpenting, sekarang tak ada teror lagi. Para siswa-siswi akan belajar dengan tenang dan damai. Tanpa ada lagi sesuatu yang mampu mengguncang mental mereka.

Semua mulai normal kembali.

◦ ࿏ ◦

"Ternyata selain cerdas kamu juga licik, Misha. Kamu membawa saya kesana untuk menjamin keselamatan kamu apabila Shana benar-benar tewas."

Si gadis tersenyum kecil. "Tidak juga. Saya memang ingin menunjukkan pada bapak bahwa Bu Shana bersalah."

"Apa kamu sudah memperhitungkan Nadila akan membunuh Shana?"

Misha lantas mengangguk. Tanpa disadari membuat Arseno merasa kagum.

"Lalu, apa bantuan dari saya sudah cukup?"

Lagi, Misha mengangguk. "Berkat bapak, polisi itu nggak curiga sama siapapun. Terimakasih banyak."

Arseno tersenyum samar. "Ya. Kamu juga melepas teror itu dari sekolah. Terimakasih."

"Saya masih penasaran, sebenarnya kenapa bapak korupsi uang sekolah?"

Arseno terdiam sebentar.

"Panti Asuhan Pelita yang saat itu sedang dalam pembangunan. Sebagian uang dibawa kabur oleh oknum yang tidak bertanggungjawab hingga pembangunan terhenti--"

"Dan bapak mengambil uang sekolah untuk disumbangkan kesana?"

Singkat, Arseno mengangguk. "Karena waktu itu saya belum semampu sekarang. Maaf jika saya mengecewakan."

"Itu tindakan yang mulia meski caranya salah. Lalu Kak Nadila?"

"Setelah tahu tujuan uang itu kemana, Nadila langsung berterimakasih kepada saya. Dia memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi hingga mewajarkan apa yang saya lakukan dengan syarat saya mengganti seluruh uang itu."

"Dan Pak Abim?"

"Saya yang memerintahkan Abim untuk mengawasi kalian. Dengan harapan kalian tidak dicelakai oleh Nadila."

Mengingat gelagat Abim selama penyelidikan membuat Misha sedikit berang. "Lalu kenapa bapak pernah menskors anak-anak yang mencoba menyelidiki kasus ini?"

"Karena mereka tidak hanya mencari tapi juga merusak."

Misha menautkan alis. "Maksud bapak?"

"Mereka merusak beberapa dokumen penting sekolah yang saya letakan di atas meja."

Semua telah terjawab. Rasa gundah dalam dada Misha seakan mengudara. Menyisakan kelegaan yang membuncah dalam dada.

.

"Gila! Gue nggak nyangka banget Bu Shana tega ngelakuin itu."

"Karmanya udah dateng."

"Kepalanya sampe pecah loh--ih ngeri!"

"Semoga beliau nggak neror sekolah ini juga."

"Idih amit-amit deh lihat hantu kepalanya bolong."

Secepat angin berhembus, secepat itu pula desas-desus soal Shana mengudara di seantero Lentera Negri. Ajeng yang ngotot untuk membeberkan hal ini dengan harapan mereka tak lagi menanyai alasan Shana tewas.

Karena mereka pasti langsung bisa menyimpulkan.

Beruntung, tak ada seorang pun yang mengetahui kejadian kemarin sore selain yang hadir di sana. Angga yang orang baru pun sepakat untuk menyembunyikan peristiwa itu tanpa hasutan Kaivan sedikitpun.

Karena Angga tahu bahwa Misha tidak bersalah.

"Mishaaa!"

Tiba-tiba saja Lia dan Ajeng menyerbu, memeluk kedua lengannya yang terbalut cardigan rajut.

"Kenapa sih? Lesbi kalian?" Misha mendengus geli melihat tingkah mereka.

"Misha, bukannya ada hal yang harus lo jelasin ke kita?" Tanya Aksa yang sejajar dengan Allen dibelakang.

Si perempuan pun menoleh, tersenyum, "yang penting sekarang udah selesai kan? Nggak akan ada lagi teror. Kita bisa belajar dengan nyaman."

"Yup! Semua berkat lo, Mishaaa! Demi apa gue dapet temen modelan lo gini. Anugrah kali ya?" Ajeng berucap riang.

"Temen gue nih. Tidurnya sekamar." Lia semakin melebarkan senyum.

Sedetik kemudian, mereka tertawa bersama. Meluapkan rasa senang yang sempat tertahan selama masa penyelidikan.

Dalam jarak beberapa meter, jauh dari kelima remaja itu, Sean berdiri dengan senyuman kecil terulas. Manik legamnya mengarah tepat pada paras cantik Misha yang ternyata menyimpan banyak rahasia.

"Lo berhasil."

-
-

tamatt

terimakasih banyak untuk kalian yang bersedia membaca cerita pendek dari aku ini.

ilys all <333

Misha : completion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang