BERUNTUNG bagi Zura dan Ciara yang masih bersembunyi di balik selimut pagi ini.
Hujan deras, juga hari sabtu yang semakin menguntungkan keduanya. Memeluk satu sama lain setelah banyak berbincang semalaman. Tak jarang salah satu dari mereka terbangun beberapa detik hanya untuk mengecek kondisi partner tidurnya.
Atau saat asisten rumah tangga mereka mengantarkan sarapan satu jam lalu, dan kini hanya tergeletak di meja tidak disentuh.
Tapi beberapa menit berlangsung, Zura membuka matanya dan hanya bisa menatap rambut Ciara. Yahh.. Sadar kalau pacarnya ternyata sekecil itu. Badan Ciara berasa tenggelem kalau lagi dipeluk Zura.
"Kecil banget dah, Ci," ucap Zura pelan, dengan kekehan kecil yang mengikuti. Mungkin jika Ciara terbangun, cubitan akan dilayangkan tanpa ampun. Membayangkan saja memancing tawa Zura semakin menjadi.
"Kamu kok udah bangun sih? Aku masih ngantuk," gumam Ciara semakin merapatkan tubuhnya pada Zura.
"Bangun dulu, sarapan. Hampir jam sembilan, Sayang," bisik Zura pada Ciara.
Makin dipepet makin ngantuk. Dasarnya Ciara memang kebo. Kalau bukan karena Zura bangun lebih dulu, Ciara juga gak akan membuka matanya.
"Ci, nanti mau kemana? Gak gabut gitu kamu diem doang di rumah?" Tanya Zura yang sedang menarik nampan berisi makanan keduanya.
"Namanya juga libur, mau kemana sih emangnya? Kayaknya situ yang mau jalan-jalan?"
"Hehe, es krim yang mint choco di kulkas habis. Aku lagi pengen banget," jawabnya dengan cengiran lebar.
"Yaelaah, beli sendiri dah!"
Namun habis sabar, Zura menarik Ciara untuk duduk dan langsung menyuapkan sepotong pancake dengan selai blueberry kesukaannya. Walau ekspresinya menunjukkan protes, nyatanya Ciara masih tetap mengunyah makanan di dalam mulutnya. Sesekali mereka berbincang tentang hal yang perlu.
"Tapi, Zu. Menurut lo mending makan seblak atau pangsit kuah?"
Pertanyaan Ciara disambut kernyitan bingung oleh pacarnya. Lagian.. selama ini memang sering mendengar namanya, tapi belum sekalipun kedapatan mencoba.
"Ini konteksnya ngeledek gue apa gimana? Gue gapernah nyoba dua-duanya," ini curhat atau apasih?
"Ahelah, bener kata Nata, kebanyakan nelen salmon," makin diledekin makin seru. Ciara tertawa melihat wajah murung Zura. "Ntar kita bikin pangsit kuah, ya? Biar coba iniii, kasihannya gapernah nyobain pedes-pedes," gemesin yaa, bu? Sampe dicubit-cubit itu pipinya.
Ini yang Zura suka. Kalau Ciara ada di rumahnya, selalu ramai. Selalu ada menu lain yang umum namun adalah rasa baru bagi Zura sendiri juga maminya, atau keluarga lainnya yang sedang berkunjung.
Ciara bukannya keberatan juga kalau harus menghabiskan waktunya di dapur kediaman keluarga Zura. Toh, dirinya juga sudah mendapatkan accept dari seluruhnya.
Kalau putus yang gamon serumah.
Menginjak jam sebelas siang, Ciara memutuskan turun lebih dulu, meninggalkan Zura yang katanya mau mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Srikandi Love-line [END]
FanfictionAda apa ajasih? Ada yang friendzone, ada yang backstreet, ada yang bongkar pasang, ada yang fwb-an. Tinggal capcipcup gaksih?? Kalau aja Arumi lebih satset, kalau aja Azura berani nanya alasan pacarnya ngajak backstreet, kalau aja Arnata mau ngobrol...