Dirasa Cukup

317 46 4
                                    

SATU tahun terhitung lebih dari cukup untuk mengenal.

Terlalu cukup...

Terjebak dalam hubungan tanpa status, nyerempet fwb dikit, bikin Alma juga sadar gak sadar udah nyaman banget sama hubungan yang gitu-gitu aja. Yang gak ada berkembangnya.

Apa lagi setahun terakhir memang jadwal sibuk-sibuknya Alma buat tahun terakhir di SMA Kertajaya kebanggaan mereka itu.

Selama masuk di area kelas dua belas, pun intensitas bertemu keduanya menjadi sangat berkurang. Khususnya Kathrin yang lumayan dibilang keberatan sama keseharian yang gak ada Alma di dalamnya.

Berujung, banyak waktu sengaja diluangkan untuk sekedar menemani Alma belajar. Baik menginap di rumah Pak Wijaya, atau justru memilih menculik Alma untuk dibawa ke rumahnya.

Tiba lah di mana hari yang mereka tunggu.

Hari selesainya kisah mereka di SMA Kertajaya setelah tiga tahun mengemban pendidikan dengan suka duka. Banyak sukanya lupakan dukanya.

Semua menyiapkan diri dengan cantik, rapih, dan senang dipandang mata. Tak terkecuali para pembimbing/guru yang berjajar di barisan depan sebagai tamu VIP atas berlangsungnya acara purna siswa hari ini.

Pun saat maju ke depan, sebagai penerima beberapa penghargaan, Kathrin tidak lepas dari kamera ponselnya. Jepretan demi jepretan untuk mengabadikan momen Alma yang resmi dinyatakan lulus dari Kertajaya, juga sejauh ini belum ada upaya dari orang-orang untuk menghancurkan mood-nya.

Alma dengan kebaya berwarna navy pilihannya, rambut tertata indah juga hasil make up karyanya seolah pajangan apik yang dipamerkan cuma-cuma untuk ribuan siswa-siswi di aula ini.

"Halo? Kenapa, Kak?"

Alma menerima telepon dari Kathrin. Dirinya tengah berada di lapangan basket bersama Azura, Arumi, dan Arnata. SRIKANDI sedang berkumpul setelah masing-masing memiliki sesi foto dengan pasangan.

"Lagi di belakang sama yang lain, ada yang bisa dibantu kah?"

"Hah? Masih rame ah, yakali nyelonong masuk?"

"Yaudah, yaudah, tunggu agak mendingan. Deket lorong E.L masih agak crowded, Sayang," Alma agak mundur dari hadapan yang lain.

Tiga lainnya pun agaknya peka. Namun tak serta merta mengompori atau sekedar bersuara. Hingga..

"Samperin aja gapapa kaleee, gak akan sekepo itu juga yang lain mah," ujar Zura begitu Alma mematikan sambungan telepon.

"Asal pintu E.L ditutup aja, jangan dibuka," Rumi menyahuti sedikit berbisik.

"Dibuka juga gapapa, paling skandal dikit. Udah lulus juga ini," Nata memberi komentar lantas memasang ekspresi tengilnya.

"Yeu, si gila."

Sepuluh menit berlalu, sehabis bosan-bosannya memegang bola basket walau bawahan dengan kain jarik yang lumayan membatasi gerak mereka, Alma pun akhirnya pamit.

Melangkah menuju ruangan Kathrin yang berada dalam English Leader Team, jadi satu dengan dua lainnya. Maka dari itu Alma tetap mengetuk pintu mempertahankan kesopanan.

"Eh? Cari Rinjana kah? Di dalam, langsung masuk aja," Nasica bersuara begitu melihat Alma yang baru saja menutup pintu ruangan.

"Hehe, iya, Miss."

Sudah hampir dua tahun nampak akrab dengan Kathrin pun jujur Alma masih enggan dengan Nasica. Padahal biasanya ya gak ada apa-apa selama diajar di kelas.

"Kunci pintunya ya, Al! Takut ada yang masuk!" Seru Gesha dari ruangannya.

"Siap, Miss!"

Selesai pintu dibuka, Alma langsung tertawa geli mendapati Kathrin yang duduk manis menunggunya dengan senyum lebar andalan.

Srikandi Love-line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang