SUDAH hampir satu bulan pasca berita korupsi agency milik sang kakek.
Pengawasan Azura diperketat, pun anggota keluarga lain yang masih bersangkutan dengan kakeknya. Sedikit disayangkan mengapa dirinya harus ada dalam keluarga penuh sorotan publik seperti ini, batinnya tiap kali nama sang kakek muncul pada judul berita yang lewat melalui berandanya.
Bersyukurnya, semua masa suram itu bisa teratasi juga terdistraksi dengan adanya Ciara di sekelilingnya. Si cantik tapi galak yang sibuk menemani sampai saat ini, tinggal di kediaman keluarga inti Haidar bersama tersangka korupsi juga ibu Azura.
Seperti biasa, mereka memilih terduduk di salah satu ruang keluarga, di lantai tiga. Cukup luas dan Ciara bisa menduga kalau lantai ini dikhususkan untuk pacarnya. Lagian, hampir semua rak yang tersusun, pigura yang terpajang, warna sekelilingnya, sangat menggambarkan Azura Haidar tanpa tapi.
"Yang red velvet rada kemanisan deh, Ci? Apa lidahku aja ini yang kebanyakan makan manis daritadi?" Gumam Azura dengan menatap sepotong kukis di tangannya. Mulutnya sibuk mengunyah dan merasa, mencoba memberi penilaian untuk hasil baking Ciara hari ini.
"Hah? Emang iya? Aku tadi bikin sesuai takaran yang dikasih Mara, 'kok!" Ciara menanggapi sedikit panik, mengadahkan tangan meminta kembali kukis buatannya dari Zura.
"Loh? Gapapaaa! Aku 'kan mau ngasih komentar aja bukan mau ngembaliin ke kamu. Sayang kalau gak dimakan, takut diambil ayam," jawab Zura menyembunyikan tangannya dari Ciara yang sudah memasang wajah galak.
Keseharian yang tidak luput dari kata menyenangkan menurut Ciara. Sudah beberapa bulan lamanya menjadi kekasih Zura, kadang Ciara sendiri masih sangat amat menikmati yang namanya diberi kebebasan juga keleluasaan dalam menjajaki rumah ini, bahkan diminta bersikap layaknya keluarga sendiri. As mantu aja ya, Ci?
"Ayam darimananya siiih. Rumah segede ini mah ayam juga nyasar! Keburu kegeprek lift duluan kaliii," Ciara memutar bola matanya malas menanggapi ucapan Zura yang sedikit tidak masuk di akal.
Tawa Azura mengudara, membuat Ciara sedikitnya makin memberengut kesal. Katanya, "Aku tuh mau benerin kukisnya biar ga kemanisan. Kalau kadar gula darahmu naik gimana?"
"Apalah diaaa, orang makan baru secuil udah mikir kadar gula darah? Ada orang kayak elu, Ci?" Azura mengarahkan telunjuknya di depan muka Ciara, dengan ekspresi heran.
Geplakan pelan pada lengan Zura menjadikan suasana semakin penuh gelak. Azura ini kerap menjadikan sisi humorisnya sebagai charm tersendiri menurut Ciara. Karena Ciara sendiri tipe manusia kaku yang kalau gak dipancing gaakan keluar galaknya, walaupun receh juga.
Dulu, semasa PDKT dengan Azura secara diam-diam dan tanpa disadari, Ciara ini juga pelan-pelan ngegas dan tanpa basa-basi. Kelakuannya kadang bikin Azura heran, kenapa manusia segalak Ciara ini malah mepet-mepet kayak gapunya gebetan?
Padahal ditotal sama Azura sendiri, ada kali lima sampai tujuh orang yang kecolongan olehnya lagi suka sama si maung leutik. Sayangnya, tiga di antara mereka kena tolak mentah-mentah gapake mikir karena dari POV Ciara pun memang sama sekali gaada rasa tertarik.
Yang lain jadi pupus harapan tanpa jawaban deh..
TERMASUK AZURA!
Dulu dia mikir Ciara ini bakalan begitu juga. Galak-galak begitu, Ciara orangnya friendly banget. Azura takutnya dia doang yang nganggep semua perlakuan Ciara itu memang ada apa-apanya, walau sebenernya itu bentuk feedbacks dari Ciara buat Azura yang diem-diem ngejar dia.
Ciara gak sebego itu buat gak peka-peka amat masalah PDKT. Bukan sekali dua kali nyatanya dia ada di fase talking stage dan selalu stuck di situ-situ aja. Makanya dulu, Azura sempet digantung ada kali sampai setidaknya si mami naik jabatan di kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Srikandi Love-line [END]
FanfictionAda apa ajasih? Ada yang friendzone, ada yang backstreet, ada yang bongkar pasang, ada yang fwb-an. Tinggal capcipcup gaksih?? Kalau aja Arumi lebih satset, kalau aja Azura berani nanya alasan pacarnya ngajak backstreet, kalau aja Arnata mau ngobrol...