Kebun Binatang & Tetangganya

596 64 2
                                    

• Banyak tingkah banyak rejeki.



























disclaimer:
○ this is a work of fiction, sangat jauh dari kehidupan asli cast yang akan tertera. and this is a gxg work, homophob¡cs please do not interact!
● akan ada banyak harshwords, typo, bahasa kurang berkenan, juga bahasa tidak baku.
○ gimme ur feedbacks, kritik dan saran diterima baik melalui pesan anonim- Tellonym, atau komentar dan DM.


























•••

KALAU ditanya kelas mana yang paling gak normal isinya, semua guru bakalan jawab ‘Sebelas IPA 3’. Valid, tanpa bukti konkrit juga pada percaya aja.

Belum kalau dua anggota kelas sebelah malah milih mampir dan makin ributin suasana. Intinya; jangan dijadiin satu.

“Kalian kira Saya gak tekanan batin tiap hari diemin kebun binatang ini!? Jangan gitu dong, Kalian udah gede, jadi contoh buat adik kelasnya. Gak malu sama kelas sebelah yang adem ayem?”

Satu kelas langsung diam dan tidak ada yang mau menyela. Kecuali..


Mager, Bu. Kalau malu bukan jobdesk Saya.”

Bu Tantri, guru sosiologi yang kelihatan banget tekanan batinnya. Ini kalau besok resign gausah ditanya lagi apa alasannya.

“Terus, Rumi! Kebiasaan kalau dikasih tau jawab terus! Jam kelas sebelah jadi kepotong tiap negur kelas Kalian.”

Tapi, satu orang percaya diri angkat tangan dan mengalihkan atensi perempuan paruh baya di depan sana.

“Bukannya gak sopan, Bu, maaf. Tapi yang rame bukan kelas Saya aja, kelas yang diajar Ibu sekarang aja jeda lima menit gurunya keluar juga langsung rame, ‘kok!”


Kelihatan pusingnya, Bu Tantri hanya bisa menghela nafas sambil memijat pelipisnya. Tanpa kata keluar dari kelas XI IPA 3 yang udah gabisa dikondisikan sama sekali.

"Lain kali kalau mau rame ngintip kelas sebelah dulu, yang rame cuman satu kelompok, yang kena satu kelas."

Sindiran Haura memang tidak pernah bisa meleset. Rumi dan Nata meringis kecil merasakan hal itu memang tertuju untuk mereka.

"Harusnya lo duduk sebelah si Hau, biar gak nakutin gitu," bisik Rumi pada Nata di belakangnya.

"Lo kira gue gak takut sama dia?"


Haduh..


"Lo juga. Gausah dibiasain apa-apa dibikin heboh. Kalau udah gini, siapa yang mau balikin nama baik IPA 3?" Tatar Mara pada Rumi yang sekarang duduk anteng di sebelahnya.

"Rumi kan pinter, gausa-"

"Gausah bela yang gabener lo, Nat. Tau gue kalau dia pinter, tapi adil gak kalau nilai satu orang buat satu kelas?"

Srikandi Love-line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang