The S'Lite

530 55 2
                                    

ALMA berjalan keluar dari toilet, niatnya ingin menuju kantin menyusul kawan-kawannya yang sudah lebih dulu mencari tempat duduk.

Seribu sayang, saking hafal dengan jadwal perempuan matang yang diam-diam dipuji habis-habisan itu, bodohnya Alma melewati lorong bahasa.

Dari salah satu kelas yang diyakininya tempat Kathrin mengajar, satu-persatu terlihat teman kelas lain keluar dengan muka sedikit pucat, mules, malas, mengantuk, dan lain-lain.

Emang bener rumor kalau Kathrin ngajarnya galak? Duhh.. Gak peduli sih Alma, tapi ke anak-anak SRIKANDI gak kelihatan kok galaknya?

Semakin dicepatkan langkahnya, berujung berpapasan dengan Kathrin di depan pintu. Sedikit kaget tapi Alma harus stay cool agar tidak mengundang tanya.

Berjalan bersampingan tanpa sapa, lalu berpisah di ujung lorong. Dahinya mengerut bingung, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua? Sangat susah untuk dipercaya.

Abai, lalu Alma menuju kantin dengan sedikit tergesa dan duduk di sebelah Nata. Mara di depannya langsung mengangkat sebelah alisnya. Ini kenapa kok tiba-tiba si gak bisa diem malah kurang ngomong? Lagi gak sehat?

"Ngapain?" Baru mau ditanya, keduluan Ciara.

"Gak diapa-apain kuntilanak toilet, 'kan?"

"Kesambet ya lo?"

"Eh anjir jangan diem doang, takut gue," kesal Haura yang membuat Alma menghela nafas.

"Bingung gue, kayak gak ada apa-apanya sama Miss Rin."

Toyoran dari Nata dan tawa Zura menjadi combo paling mantap siang ini. Alma berdecak malas, teman-temannya selalu memiliki celah untuk menertawakannya.

"Ya menurut lo aja, goblok! Kalau saling sapa tar ujungnya sapaan bibir, lo ngawur. Mau bikin skandal kayak apa lo?!" Rumi mengacungkan garpu yang dipegangnya pada wajah Alma. Menahan diri untuk tidak melukai sahabatnya.

"Ck, kayak orang gak kenal, males."

"YAUDAH SIH?! Aturan emang lo yang nyapa duluan, lo muridnya, nyet."

Kalimat menohok Nata dibalas ekspresi terlampau lebay dari Alma. Pinter drama.

"Aduh udah deh, jadi.. itu yang pojokan beneran pacaran?" Alma mengangkat sebelah alisnya berniat menggoda Zura dan pacarnya yang terang-terangan duduk bersebelahan.

Masamnya muka Zura dibalas tawa keras Nata juga Haura. Aduh gimana ya? Masalahnya mereka yang mergokin. Kalau-kalau nggak diciduk gak akan ketahuan 'kan mereka ada hubungan?

Entengnya Ciara melempar potongan tempe mendoan juga bukan menjadi masalah untuk mereka semua. Candaan iseng Alma menjadi topik baru, bukan lagi hal aneh kalau disaat obrolan pusing dan rungsingnya justru dialihkan begitu saja.

"Kalau gak gara-gara si kampret sama Waketos lo itu, gak akan gue blak-blakan di depan kalian gini," Ciara sedikit mendesis kecil setelah menjawab, kesal dengan acara pacaran diam-diamnya yang terbongkar.

"Berarti? Masih backstreet depan orang lain dong? Nyokap lo, Zu?" Rumi memberi tanya, sambil menatap Zura dan Ciara penuh minat.

Semakin masam muka Zura mendengar pertanyaan tersebut, "Bestie banget tuh sama Mami. Kalau lagi baking gak bisa diganggu gugat," ucapnya membeberkan sebuah fakta yang lagi-lagi dibalas keterkejutan.

"Diem sih diem, tapi yang paling diem gini rupanya gerak bawah tanah banget, ya?"

Lanjut dengan makan, mereka kurang memedulikan sekitar. Yang jelas tujuh manusia duduk berhadapan itu lebih memilih berbincang satu sama lain dari pada harus memperhatikan atau menggosipkan meja sebelah juga seberang.

Srikandi Love-line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang