Bebak Telur

421 46 4
                                    

ARUMI, memilih untuk menjemput Amara setelah obrolan singkat mereka.

Awalnya, Mara bilang kalau bertemu saja di tempatnya langsung. Untuk apa? Mengerjakan tugas kelompok. Tidak hanya berdua, tapi juga akan ada pacar Azura; Ciara Hanadi.

Kebetulan, mereka ditugaskan untuk jadi satu kelompok. Seharusnya ada Nata juga, tapi dia udah ngerjain bagiannya duluan biar bisa malam mingguan sama Haura.

Sementara sekarang, Rumi menyapa Mara yang baru saja memasuki mobilnya. Memberikan senyum terbaik untuk perempuan cantik yang selalu jadi manusia paling indah di matanya.

Aduh..

Kalau lagi jatuh cinta emang kebanyakan hiperbola.

Tapi kalau kata Rumi, "Mau dicoba kayak apapun untuk berhenti suka sama Mara, cantiknya gaakan pernah gagal narik perhatian gue lagi."

Dengan cekatan Rumi mengatur suhu di dalam mobil juga seat milik Mara senyaman mungkin.

"Yang lain gaada yang mau nebeng apa gimana?" Tanya Rumi yang sesekali melirik pada Mara.

"Gatau deh, tumben. 'Kan si Nata gak ikut, lagi pacaran. Cia juga kayaknya rada telat."

Di sela obrolan, Rumi juga fokus mengendarai mobilnya. Menuju lokasi yang sudah ditetapkan menjadi titik kumpul mereka.

Sampai di tempat, mereka segera turun. Menghampiri Cia yang duduk sendirian dan melambaikan tangan ke arah Rumi dan Mara. Tergesa-gesa, lalu meminta maaf pada Cia yang sepertinya menunggu sedikit lebih lama dari waktu yang mereka perkirakan.

"Si Nata beneran gak berangkat?" Tanya Cia saat tidak mendapati Nata di belakang Rumi ataupun Mara.

"Gak, pacaran sama Haura. Yang penting udah tanggung jawab ngerjain bagiannya dia aja. Kasihan juga si Haura kalau gaada temennya di apart," jawab Mara.

Mulai dari mencari materi yang sudah dibagi-bagi, mencari jurnal yang bersangkutan, dokumentasi, sampai masing-masing bagian dikerjakan selancar-lancarnya. Mau sebandel apapun, Rumi ini memang siswi teladan.

Sesekali Rumi atau Cia berdiri dan menuju kasir untuk memesan minuman juga makanan ringan. Atau diselingi dengan candaan yang sekiranya menghibur isi kepala mereka yang cukup penuh.

"Ci, tadi nemu bagian A ada typo. Gue koreksi dikit, sama nambahin poin di bagian B punya Mara. Kalau ada lainnya langsung bilang aja mumpung gue ya-" Rumi menjeda ucapannya begitu fokusnya gagal dan malah menatap ke arah seberang.

"Alma itu, cok?!" Tangannya menunjuk tergesa dan tegas pada sepasang manusia yang duduk berhadapan dan saling bercanda.

"HEH! Sama Miss Rin!" Cia menepuk-nepuk lengan Mara untuk segera menoleh.

"Woy! Alma!" Mara membelalak dan menoyor kepala Rumi cukup kencang begitu mendengar gadis di sampingnya memanggil Alma dengan suara cukup kuat. Jangan lupakan tawa Cia yang langsung menyembur.

Tatapan panik dari Alma jelas tidak bisa dibohongi lagi. Rumi mengode untuk Alma bergabung dengan yang mereka saja. Jangan lupa senyum yang ditujukan pada Kathrin. Cukup.. membuatnya ragu.

"Sama Miss Rin banget?" Goda Cia sembari mengangkat alisnya begitu Alma duduk di sebelahnya.

"Diem ya, Ci. Jangan sampe gue suruh Zura kesini nyeret lo pulang," kesal Alma.

"Halo, Miss! Lagi senggang banget kayaknya?" Basa-basi Rumi dengan senyum nyeleneh.

"Aduh, iya.. Terus diajak nongkrong sama temenmu itu," jawaban Kathrin jelas tanpa ragu. Membuat Alma sendiri cukup terkejut. Dirinya kira, Kathrin akan lebih hati-hati dalam berbicara.

Srikandi Love-line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang