Part 9

344 37 24
                                    

Di sebuah malam Seolhwa masih terlihat sibuk dengan berkas berantakan di mejanya. Merapikan satu per satu kertas berkas yang akan ia masuki ke dalam map coklat yang sudah disiapkannya jauh-jauh hari. Rencananya besok Seolhwa akan menghadiri wawancara. Ia mendapat pesan panggilan dari salah satu perusahaan yang dilamarnya. Konon faktanya perusahaan itu adalah perusahaan yang Seolhwa impikan.

Bahkan malamnya pun ia tak merasa tenang, gelisah terus menghantuinya. Tak sadar jika jam di dinding sudah menunjukan pukul tiga pagi. Cepat-cepat Seolhwa memejamkan paksa matanya.

Di pagi hari Seolhwa mulai sibuk memulai aktivitasnya. Ia sedikit terlambat akibat jam tidur yang kurang. Ia sampai melewatkan sarapan paginya.

Seolhwa pergi dengan taxi, hari ini tidak ada pengawalan sebab gadis itu sengaja tak memberi tahu kekasihnya. Masalahnya pria itu masih belum mengizinkannya untuk bekerja, Mingyu ingin gadis itu di rumah saja sampai waktu yang ditentukan.

Seolhwa akhirnya tiba di sebuah perusahaan yang akan mewawancarainya. Degup jantungnya tak berhenti berdetak kencang. Proses hari itu cukup panjang, membuatnya tak bisa membuka ponselnya dalam waktu cukup lama. Seolhwa harus menghadapi proses psikotes dan proses lainnya sampai proses wawancara bisa ia lalui.

Di sana Seolhwa mendapat beberapa teman baru, mereka berharap bisa diterima menjadi salah satu karyawan dan memperpanjang masa pertemanan di sana. Hingga tak terasa siang hari pun tiba. Ini giliran Seolhwa untuk diwawancarai.

"Bagaimana wawancaramu? Lancar?" tanya teman baru Seolhwa, namanya Oh Hyejin, orangnya cantik dan periang. Dengan perasaan puas dan senang Seolhwa menjawab. "Lancar."

Seolhwa tak langsung pulang setelah wawancaranya selesai. Ia memilih untuk pergi sebentar dengan Hyejin ke sebuah mall yang jaraknya tak jauh dari lokasi perusahaan tersebut. Mereka terlalu sibuk berbincang dan bertukar cerita sehingga tak sadar jika sudah beberapa jam Seolhwa tak membuka ponselnya.

"Oh, sebentar, Hyejin." Sekarang Seolhwa baru sadar jika ponselnya masih off, layar ponselnya tersimpan dingin di dalam tas. Hyejin mengangguk dan memilih pergi memesan makanan untuk mereka santap.

Kedua bola Seolhwa sampai membulat saat menatap layar ponsel, baru saja menghidupkannya ia sudah disambut dengan puluhan pesan dan panggilan, itu semua dari kekasih polisinya, Kim Mingyu.

Cepat-cepat Seolhwa menghubungi kembali pria itu, ia harap tidak ada keributan setelah ini. "Hai. Maaf, Mingyu. Ponselku sedang di charger tadi, ini baru full." Alasan klasik dengan harapan Mingyu bisa mengerti dan mempercayainya.

"Memangnya ada men-charger ponsel sampai lima jam? Ponselmu tidak meledak memangnya?"

Nada Mingyu ketus. Seolhwa merasa Mingyu kesal padanya. Wawancara tadi memang sangat panjang, belum lagi ia harus lupa menghidupkan kembali ponselnya. "Aku ketiduran juga, Mingyu."

"Kau yakin?"

"Iya, kalau tidak percaya tanya Ibu saja." Untung Seolhwa sudah berkontribusi dengan Ibunya sejak semalam, jadi ia tidak terlalu panik jika pria itu tiba-tiba menghubungi Ibunya.

"Kalau begitu kirim lokasimu."

"I-iya?" Seolhwa sampai mengulang, bukan tak mendengar, ia hanya merasa terkejut.

"Kirim lokasimu sekarang, Cantik." Bahkan dalam situasi seperti ini Mingyu masih bisa menyebut cinta pada gadisnya. Ia sepertinya tahu jika gadisnya sedang berbohong.

"B-baiklah aku harus mematikan dulu--"

"Tidak perlu dimatikan. Tinggal keluar dari dari panggilan sebentar lalu kirim lokasimu. Aku akan menunggu."

Yore [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang