Selama perjalanan di wajah Seolhwa hanya terpatri ekspresi cemberutnya di sana. Ia tak menyangka jika Mingyu sungguh lebih memilih tugas negara dibandingkan dirinya yang belum pulih dari kejadian pagi tadi. Rindunya juga belum terobati.
Tidak ada pulang di sore hari, Seolhwa memilih pulang di detik itu juga, di detik Mingyu memutuskan untuk memilih gadisnya agar diantar pulang oleh juniornya. Gadis itu tentu kecewa, namun hal itu juga berat bagi Mingyu. Padahal baru beberapa menit yang lalu Mingyu memohon maaf padanya, katanya ingin menjaga gadisnya.
Di dalam mobil patroli Seolhwa berada sekarang. Ia seperti menjadi tahanan. Padahal kejadian semalam dan pagi tadi baru saja menimpanya, kenapa bisa-bisanya Mingyu mempercayakan orang lain untuk menjaga gadisnya?
Kaku, hening, dan membosankan. Junior Mingyu kali ini tak menyapanya seperti junior lain. Seolhwa dapat melihat bagaimana kedua mata bulat itu fokus pada apa yang ada di depannya, tak memperdulikan Seolhwa yang sesekali bergerak tak nyaman. Gadis itu sangat kesal pada kekasihnya.
"Nona jangan terlalu banyak bergerak. Perban di kakimu bisa lepas nanti." Suara itu berhasil memecahkan keheningan selama empat puluh menit lamanya perjalanan berlangsung. Pria itu bisa berkata demikian karena jok yang ditumpanginya dapat merasakan tendangan dari kaki si gadis di belakangnya.
Bola mata Seolhwa memutar malas. Kedua tangannya terlipat di dada. "Apa pedulimu? Kalau lepas pun bukan urusanmu."
"Tentu saja urusan saya, Nona. Saya bertanggungjawab atas Nona. Brigadir Kim memberi saya kepercayaan, kalau Nona kenapa-kenapa saya akan dapat masalah."
"Dari datangnya kau juga sudah membawa masalah. Seharusnya aku pulang dengan Mingyu sekarang!" ucap Seolhwa terdengar sewot. Baru kali ini ia mendapat tentangan dari junior Mingyu. Berani sekali bocah itu.
"Sudah tugas Brigadir Kim mengabdi pada negara di mana pun dan kapan pun. Nona sebagai orang terdekatnya tentu harus lebih mengerti. Negara nomor satu dan--"
"Bisa tidak diam saja? Kepalaku rasanya ingin pecah. Cukup menyetir dan kunci mulutmu." Sialnya bukan ketenangan yang ia dapatkan. Junior Mingyu ini justru menceramahi hal yang sudah berkali-kali ia dengar dari orang terdekatnya sejak ia memutuskan untuk menjalin kasih bersama pria abdi negara itu.
Ban mobil pun perlahan berhenti. Si pengemudi tak langsung turun dan membantu Seolhwa keluar. Ia terlihat memastikan lokasinya benar pada ponselnya sejenak.
"Ini rumahku. Tidak perlu di cek lagi," ketus Seolhwa saat melihat aksi pria tersebut. Dengan sigap pria itu melepas seatbelt, keluar dan membuka pintu untuk si gadis.
"Aku bisa sendiri," kata Seolhwa saat melihat junior Mingyu yang hampir membantunya. Terlihat sigap berjalan menjaga di belakang si gadis. Sampai mereka tiba di depan pintu rumah Seolhwa.
Tok tok tok.
Sambutan hangat namun penuh rasa khawatir itu Seolhwa dapatkan setelah melihat presensi Ibunya di sana. Ibunya pun tak sendirian, rupanya Ibu Mingyu turut menunggu kedatangan Seolhwa di sana.
"Ah, Anakku." Mereka bergantian guna memeluk tubuh ramping gadis itu. Dua belas jam lamanya menunggu dengan perasaan khawatir di dalam sana. Mingyu meminta kedua wanita paruh baya itu untuk tetap menunggu di dalam sana. Ia akan memastikan bahwa gadis itu pulang dengan selamat.
"Kakimu," lirih khawatir Ibu Mingyu pada Seolhwa. Namun dengan segera Seolhwa tersenyum guna menepis kekhawatiran mereka padanya. "Hanya terkilir dan luka sedikit. Aku masih bisa berjalan walau harus pelan."
Dengan segera mereka membantu Seolhwa untuk masuk. Seolhwa beruntung soal ini, kasih sayang Ibunya apalagi Ibu Mingyu sangatlah besar. Namun seketika leher Ibu Mingyu bergerak ke arah sesosok yang datang bersama Seolhwa. Tubuh kekar itu masih berdiri di sana, seperti menunggu perintah lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/363250205-288-k250892.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yore [M]
Misterio / Suspenso[Mature] Seolhwa cukup sembrono dalam menggunakan masa remajanya. Jika ia tak mengikuti saran temannya untuk mengunduh aplikasi dating itu, mungkin saat ini hidupnya akan jauh lebih tenang. ❝Kalau berciuman saja aku tidak mau, rasanya tanggung. Tapi...