Bab 3. Lulus Magang

3.3K 167 2
                                    


Nirmala memejamkan matanya saat Damian memeluk tubuh polosnya dari belakang. Dingin guyuran air shower justru membuat perasaannya menjadi sangat hangat. Setelah hampir satu minggu absen ranjang karena Nirmala datang bulan, Damian tidak mau menyia-nyiakan kesempatan bercinta dengan istrinya sore ini, dan dia menghendaki bercinta dengan istrinya di bawah guyuran shower mandi.

"Kamu apa nggak bosan denganku, Demi?"

"Kamu bosan denganku?"

"Tentu saja nggak. Kamu ... selalu terbaik. Bagaimana bisa aku bosan?"

"Kenapa kamu bertanya seperti itu, aku sudah membuktikannya kan? Hidup bertahun-tahun bersama kamu ... memiliki anak-anak yang hebat, apalagi yang kamu mau?"

Mala tatap sepasang mata teduh Damian, dengan penuh perasaan cinta yang mendalam, lalu berkata, "Aku hanya mau kamu."

Damian terkekeh. Dia tahu Nirmala yang terkadang belum sepenuhnya percaya bahwa dia adalah suaminya. Terutama di saat-saat datang bulan, di mana emosi Nirmala yang naik turun. Maklum, kehidupan Damian di masa lalu sesekali membayangi Nirmala. Damian dulu kerap memesan perempuan nakal kelas atas hingga istri relasi bisnis, hampir setiap malam. Selama menikah dengan Damian, banyak pihak yang menyindir dan seolah ingin menyadarkan Nirmala bahwa Damian bukan laki-laki yang baik. Lucunya, mereka juga memuji Damian, sebagai sosok tenang dan perkasa, terutama urusan ranjang. Pada akhirnya Nirmala mengerti bahwa mereka yang menyindir itu hanya iri saja dengan pernikahannya yang sangat bahagia ini.

Damian yang tidak ingin Nirmala resah, mendekatkan wajahnya ke wajah Nirmala dan meraup bibir Nirmala, lalu melumatnya dengan lembut. "Bagaimana bisa aku bosan, kamu sendiri adalah kebahagiaan. Melihat wajahmu membuat hidupku sangat berarti. Lalu kamu hadirkan Nevan, Alaric dan Amanda, masa depan kita."

"Wendy dan Jeanny?"

"Mereka anak-anak Agung."

"Haha."

"Mereka juga anak-anakku, Mala. Kamu ... ck."

"Iya, iya ... aku mengerti, Demi."

Gantian, Nirmala melumat penuh bibir Damian seraya menggerakkan pinggulnya, membuka kedua kakinya agar anggota tubuh bagian bawah milik Damian yang sudah mengeras dengan mudah memasuki tubuhnya.

Damian mengangkat satu kaki Nirmala ke pinggangnya yang kokoh sambil memasukkan senjatanya.

"Akh, Damian."

Nirmala mengerang, dan mulai menikmati kasih sayang Damian sore itu.

***

Damian sekarang berada di puncak kejayaan, terutama sejak menikah dengan Nirmala, anak pengusaha alat berat sekaligus penguasa batubara di Kalimantan asal Pekalongan. Damian yang sudah memiliki usaha jasa keuangan dan property dipercaya pula oleh mertuanya untuk mengelola perusahaannya, karena usia mertuanya itu yang semakin tua. Tentu saja hal ini mengundang iri beberapa pihak, hidup Damian sangat sempurna sekarang.

Sesibuk apapun, Damian tetap memperhatikan keluarganya, tidak saja terhadap istri dan anak-anaknya, juga orangtuanya yang tinggal di Singapore.

"Halo, Ma?"

"Demi. Mama mau memperpanjang masa tinggal Nevan di sini. Please."

Damian melonggarkan dasinya dan terkekeh. Hampir satu minggu Nevan berada di Singapore, dan dia terpaksa libur dari sekolahnya.

"Sudah lama dia tidak sekolah, Ma."

Nevan lebih baik pindah ke sini, Demi."

Damian tentu tidak kuat mendengar rengekan mamanya.

Nirmala 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang