Nevan memang ke luar dari kamar, tapi dia tidak langsung melangkah menuju kamar Grace yang pintunya sedikit terbuka. Dia malah berdiri termenung bersandar di dinding luar kamar, ingin meyakinkan dirinya, bahwa Grace memang menyukainya dan menginginkannya.
Nevan memang menyukai Grace sejak dulu dan mengkhayal suatu saat bisa menjalin cinta dengannya, tapi dia sekarang dia malah bingung, merasa aneh karena begitu mudahnya dia berdekatan dengan Grace dan sekarang dia sudah menjadi pacarnya. Entah kenapa dia diberi kekuatan untuk tidak mengungkapkan kepada Bagas bahwa Grace dulunya pernah satu sekolah dengannya di Singapura. Nevan masih ingat momen Bagas menceritakan tentang kekasihnya dan menunjukkan wajah Grace, dia diam terpaku dan malam-malamnya dihiasi wajah Grace. Lucunya, Nevan malah tidak cemburu kepada Bagas.
Mengusir keraguan, Nevan berjalan menuju pintu kamar Grace yang sedikit terbuka, dan mendorongnya.
"Hai." Grace menyapa Nevan dengan senyum lebarnya, lalu menutup pintu kamarnya setelah Nevan masuk.
Grace tanpa malu-malu memeluk Nevan erat-erat, menghirup jaket yang masih melekat di tubuh Nevan, sedangkan Nevan masih dengan sikap bingungnya.
"Ayo," ajak Grace, menarik tangan Nevan ke tempat tidur mewah dan besarnya dan menyuruhnya rebah di atasnya.
Nevan menurut, dia rebah dengan kedua kaki sekonjoran, dan Grace sudah rebah di sampingnya.
"Nyaman?" tanya Grace.
"Ya," jawab Nevan.
"Wow. Kamu punya dagu yang bagus, Nevan," Grace memegang dagu Nevan dan meraba-rabanya. Lalu dia memegang tangan Nevan sambil memperhatikan jari-jari panjangnya. Dia iseng menarik ibu jari Nevan dari telunjuk, seolah mengukur sesuatu, lalu dia melirik ke pangkal paha Nevan, bergumam, "Kamu punya kaki bagus, dan ... aku menyukainya."
Nevan mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan sikap Grace.
"Lupakan, ini malam pertama jadian kita. Jadi...." Grace mengamati Nevan yang diam. "Kamu keberatan?"
"Keberatan apa?"
"Tentang malam ini. Maaf, kalo sikapku yang tiba-tiba."
Nevan mendengus tersenyum.
"Apa aku membosankan, Nevan?"
"Nggak nggak, sama sekali nggak membosankan."
"Besok hari pameran pertamaku...." Grace mengeluarkan ponsel dan menunjukkan kepada Nevan beberapa lukisan yang dia akan pamerkan besok.
"Lukisan-lukisanmu bagus, Grace."
"Apa kamu mau membelinya?"
"Berapa?"
"Mulai dari seribu lima ratus-"
"What?"
"Ini untuk amal, Nev."
"But I don't have that much money."
"Please."
Nevan mengamati wajah memelas Grace.
"Baiklah, aku turunkan saja menjadi seribu."
Nevan masih tampak keberatan, dia tidak mau mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak dia butuhkan.
"Kamu nggak suka-"
"Aku akan membelinya," ujar Nevan cepat. Dia tidak ingin merusak perasaan Grace, karena hari ini adalah hari jadian pertamanya.
"Oh, terima kasih, Nevan. Belum aku pamerkan saja, lukisanku sudah laku. Uangmu pasti menjadi keberuntunganku-"
"Aku transfer besok," ujar Nevan. Entah kenapa dia menyukai sikap Grace yang blak-blakan, meskipun dia terkesan memalak malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala 2
Romance"Siapa papa kandungku, Ma? Aku harus tahu siapa papa kandungku yang sebenarnya!" teriak Alana yang merasa sangat kesal dengan mamanya yang selama ini selalu menutup-nutupi data diri papa kandungnya. "Bua tapa kamu mengetahuinya? Sudah jelas kamu ad...