Bab 184. Aku Suka Dia

667 91 3
                                    

"Oh." Nevan menggaruk-garuk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal, mungkin karena dia yang tidak bisa menahan sikap kikuknya.

Grace menurunkan kakinya dari atas pangkuan Bagas, merasa Nevan memperhatikannya.

"Aku pulang, Bagas," ujar Nevan merasa tidak enak.

"Oh, ya."

Bagas berdiri dari duduk, dan mendekati Nevan. Keduanya lalu berjalan menuju pintu apartemen.

"Van, besok kita ke Boston. Grace mengadakan pameran dan dia mengundang kita berdua."

Nevan mengerutkan dahinya. "Dia mengundangku?" tanyanya tidak percaya.

"Ayolah, setidaknya kamu temani aku. Aku lagi suntuk."

Nevan melirik ke Grace yang kini perhatiannya beralih ke televisi yang baru saja dia hidupkan.

"Oke."

"Acara pameran lusa, tapi besok pagi-pagi kita berangkat."

Nevan mengangguk. Dalam hati dia berkata seandainya om Dave melarang, dia bersikeras untuk ikut. Kapan lagi bisa dekat dengan Grace, perempuan yang dia kejar-kejar selama ini, meskipun dia tahu kisah asmara antara Grace dan Bagas yang maju mundur.

"Kalo om Dave nggak bolehin, aku akan turun tangan," ujar Bagas memaksa.

Nevan tertawa kecil, dan menepuk bahu Bagas. Lalu pergi setelah melambaikan tangannya ke arah Grace, dan Grace membalasnya dengan anggukan.

***

Nevan tidak mengerti kenapa dia amat menyukai Grace, padahal gadis itu dulunya adalah kekasih Bagas, sahabatnya. Malam ini Nevan agak kesusahan tidur, memikirkan bagaimana kejadian keesokan hari, dia akan bertemu Grace lagi. Nevan khawatir dia tidak bisa mengendalikan diri, mengungkapkan bahwa dia dulu adalah adik kelas Grace dan menyukai Grace? Ah, terlampau dini untuk mengungkapnnya. Yang cukup menarik perhatian Nevan adalah walaupun Bagas dan Grace terlihat "mesra", dia tidak melihat Bagas antusias dan sahabatnya itu tampak bingung. Terlebih dia sudah mendengar sendiri dari Bagas alasan hubungan asmaranya dengan Grace yang maju mundur. Satu hal, Bagas malah sempat iseng menawarkan Grace untuk menjadi pasangannya.

Bagas : Gimana, sudah dapat izin dari om Dave?

Nevan : Sudah, dia tanya berapa lama, aku bilang hanya dua malam.

Bagas : Oke, tiga malam nggak masalah, 'kan?

Nevan : Selama kamu dekat aku.

Bagas : Haha

Nevan tersenyum kecil, masih saja tidak percaya bahwa dirinya yang akan bertemu Grace lagi, lebih dekat dan lebih lama.

***

Nevan, Bagas dan Grace bertemu di bandara domestik Salt Lake City. Tampak Bagas tidak begitu semangat, mungkin memikirkan perjalanan yang sangat membosankan di dalam pesawat. Maklum, perjalanan cukup lama dengan menggunakan pesawat, kira-kira empat sampai lima jam menuju Boston. Sebaliknya, Nevan menunjukkan wajah semangat.

"Aku ke toilet dulu sebentar," ujar Bagas saat menunggu pengumuman keberangkatan pesawat yang masih setengah jam lagi. Dia berdiri dari duduk dan pergi meninggalkan Grace dan Nevan berduaan.

Nevan mengangguk, dan pura-pura memainkan ponselnya, padahal pikirannya tertuju ke Grace.

Tanpa disangka, Grace menggeser posisi duduknya, dan duduk tepat di samping Nevan.

Nevan masih pura-pura tidak tertarik, dia melirik sekilas dan tersenyum tipis.

"Hm ... apa Bagas di sekolah centil, Nevan?" tanya Grace.

Nirmala 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang