SAKYA (B×B) END✓

KEMBALI BERSEKOLAH

Udah lima hari gue keluar dari rumah sakit. Sejak kejadian itu gue udah nggak pernah lihat si Sakya dan Olvin lagi.

Di depan cermin mengikatkan dasi dengan tercetaknya logo SMAN 1 Jaya, pada hari ini tepatnya hari yang paling siswa-siswi not like.

Gue turun ke bawah, berjalan ke arah meja makan. “hari ini lauk nya apa mak?”

“udang goreng”

“widih tau aja Emak, kalau anaknya ini suka udang”

“yaelah, makanan seafood mana sih yang nggak lu suka”

“hehehe” balas gue dengan senyum Pepsodent.

Kami pun menikmati makan pagi dengan tenang, dan damai. Setelah makan gue pamit.

“mak Niko berangkat dulu” teriak gue meninggalkan meja makan.

“Ehhhh bentar tong” gue berhenti setelah dengar teriakan Emak.

Membalikan badan, “kenapa mak?”

Emak nyamperin dan nyodorin tangannya di depan gue, “kunci motor”

“haa?” bingung gue, habisnya tiba-tiba emak minta kunci motor, enggak mungkin kan Emak mau nganter gue pakek motor gue yang notebe nya motor lakik.

“kunci motor lu mana?”

“kalau motor Niko Emak ambil, terus Niko berangkatnya sama siapa?”

“sementara ini lu pergi sama Sakya aja, bentar lagi juga dateng”

“tapi mak!”

“udah sono keburu telat” ujar Emak.
Dengan terpaksa gue nurut aja, berjalan ke arah pintu, dengan bertepatnya kedatangan motor scoopy hitam, yang tentu aja gue tau siapa pemiliknya.

Gue nyamperin tu orang, yang langsung di sodorin helem. Tanpa basa-basi gue menerimanya dan langsung duduk di jok belakang.

Di perjalanan kita cuman diem-dieman baek tanpa ada yang ngomong. Entah kenapa gue jadi kepikiran sama Olvin. Mau nanya, tapi gue masih trauma. Huuuuu.

Tanpa terasa kita pun tiba di parkiran. Dia yang lagi markirin motor, gue tinggal gitu aja.

Dari hari ini yaitu hari senin hal yang paling gue benci adalah upacara kek anj*, udah panas-panasan, di suruh berdiri sejam an bjirrr.

Andai aja gue nggak ngalamin kejadian itu, pasti sekarang gue ada di pinggir lapangan jadi petugas pmr. Gue ceritain yah enaknya jadi pmr itu apa, dan apa alasan gue waktu itu milih jadi pmr, yang akhirnya nggak jadi karna ulah author.

AUTHOR: apaan si Nik, gue diem loh.
NIKO: canda Thor, sensi amat.
AUTHOR: “.....”

Abaikan di atas.
Yaitu. Kalau jadi pmr kan jaga waktu upacara di pinggir lapangan, sedangkan pinggir lapangan gue itu nggak kena sinar matahari alias nggak kepanasan cuy, beda kalau di tengah lapangan.

Upacara pun berjalan dengan lancar jaya, walaupun tadi benderannya sempet kebalik, dan kita di suruh balik badan, dan gue lihat juga semua anggota paskib pada pus up.

Saat gue ada di kelas, mereka semua bersikap b-aja, yaelah ni orang-orang nggak punya hati apa gimana. Setidaknya nanyain kek apa kek, orang temenya yang ganteng paripurna ini udah tiga bulan lebih nggak masuk sekolah. Dasar temen anj*ng.

Yang gue heran ni yah, dua orang yang dulu pernah bully gue nggak ada cuy.
“Apa mereka nggak masuk yah?” batin gue. ahh bodoh ahh, nggak peduli gue.

Waktu pun berjalan dengan cepat, kini jam istirahat berbunyi. Karna gue laper, gue pun memutuskan ke kantin walaupun agak mager dikit. Moga aja nggak ketemu si Sakya.

Dan harapan gue pupus karena tu orang, datang nggak di undang pulang nggak di antar, tiba-tiba nongol aja njir.

“apa?” tanya gue ke Sakya, habisnya tu orang lihatin gue aja, udah tau gue lagi makan.

“kamu marah?”

“enggak”

“kamu lebih pendiam dari biasanya” ujar Sakya yang masih ngelihatin gue.

“perasaan lo aja kali, orang gue biasanya kek gini”

Hening beberapa detik

“maaf”

“untuk?” tanya gue, melipat ke dua tangan di atas dada.

“waktu itu”

“Gue nggak butuh maaf dari lo”

Hening lagi

“Saya sudah menuruti permintaan kamu, dia aman berada di kampung halamannya” ujar sakya. Gue tau orang yang di maksud dia itu siapa, gue lega dengarnya. Itu arti nya si Olvin udah aman. Tapi gue belum bisa lupain dia, apa lagi dia cinta pertama gue.

....